UNTUK APA SEMUA INI
Ya, untuk apa semua ini?
Semua kembali ke titik nol
Kembali kepertanyaan awal penciptaan,
Untuk apa semua ini...?
Setelah perjalanan tahun melintasi musim
Setelah suka dan duka mewarnai
Setelah peluh lelah membasuh raga
Kini jiwa dipermainkan masa
Ya, untuk apa semua ini?
Apalagi yang kucari setelah mengecap perih luka?
Apalagi yang kucari setelah menikmati manisnya suka?
Ya, untuk apa semua ini?
Haruskah kunikmati saja dunia tanpa norma, budaya dan etika?
Haruskah kuabaikan segala rasa dengan tega?
Ataukah ku diam saja dipersimpangan jalan dan menunggu jawaban?
Ataukah kukuatkan kaki tuk melangkah sembari melupakan?
Ah, untuk apa semua ini?
Ketika niat bukanlah sesuatu yang penting lagi,
Ketika komitmen tak punya esensi arti sama sekali,
Ketika cinta tak selayaknya roman seribu satu malam,.
Dan Selayaknya mencintaimu Tuhan yang tanpa wujud.
Seperti halnya cinta itu tak terbatas kehadiran wujud.
Ya, untuk apa semua ini?
Ketertarikan atas segala ciptaanmu,
Apakah untuk memuaskan nafsu indrawi dan ragawi?
Kalau memang seperti itu Tuhan, ijinkan aku menikmati semuanya...
Ijinkan aku, mengakomodir semuanya... Baik dengan rasa ataupun tanpa rasa.
Agar ku dapat meniadakan sakit dari permainan hidup ini.
Ya, untuk apa semua ini?
Yang kutau hanya Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun.
Dan ijinkan aku memahaminya utuh.
Makassar, 1 Mei 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H