Mohon tunggu...
Muhammad Fauzan
Muhammad Fauzan Mohon Tunggu... wiraswasta -

as simple as you think

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Keluh

10 Juni 2011   13:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:39 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terang ini membutakan aku, merisaui apa-apa yang ku niati dalam sepiku.

Dan senandungnya, kini tak juga sempurna. Tak indah sesedia dulu kala.

Aku menangis di peraduanmu tuhanku, aku tergulai dipangkuanmu kasihku, dan kembali aku mati dalam terangku. Sebab, tiada ada lagi kisah yang bisa  aku lalui dalam lamunku dan hidupku.

Risalah ini,

kembali terbantahkn. Kembali redup dan sejurus kemudian mati.

Lalu apakah aku ini?

Sejawat diam yang lunglai melewati jalan terang atau hanya lentik kutu yang bersiul spanjang hari.

Humph, sampailah aku pada separuh prjalanan naifku. Seorang sampah masa lalu yang tiada ingin terkenang dan tiada nian tuk di ingat. Maafkan aku tuhanku, takkan ada lagi serapahku yang hendak meragukan kuasamu, takkan ada lagi cacian yang membelakangi kuasamu dan tak akan ada lagi gumaman hati dalam syukurku. Dan sungguh, ampunilah aku tuhanku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun