Mohon tunggu...
Muh Fariz
Muh Fariz Mohon Tunggu... -

Dunia butuh tulisan, biar kelak semua tercatat dalam sejarah perubahan di Dunia ini....[]

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Suratku untuk Calon Presiden

9 Juli 2014   07:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:54 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salam 2 Jari…!!! Salam Hormat dan Assallamuallaikum. War. Wab.

Bung Jokowi, bagaimana kabarnya, lelah bukan, semua proses sudah dilewati, beban politik yang engkau emban begitu sangat berat, Partai pengusung begitu sangat percaya akan kemampuanmu untuk memimpin bangsa ini. Bung, saya mengikuti semua proses perjalanan karirmu, walaupun saya jauh dari hingar bingar politik nasional maupun lokal dimana saya tinggal. Saya selalu memantau setiap perjalanan politikmu, baik itu lewat media TV maupun di sosial media, di ruang tersebut, saya menyaksikan fitnah, cacian, dan unsur – unsur negatif terus menyertaimu sampai menjelang pencoblosan.

Bung Jokowi, terus terang, dikota ini, kami sulit menangkal, kami sulit membendung derasnya virus negatif yang di tabur oleh lawan-lawan politikmu, kami berhadapan langsung dengan penguasa, bahkan sang penguasa menganjurkan untuk tidak menyaksikan setiap tayanganmu disalah satu televisi swasta yang memang berada dibalik pemenanganmu.

Bung, Melihat dan memperhatikan sepak terjangmu selama ini memang sungguh luar biasa. Masyarakyat sama-sama menyaksikan dan mencermati, dibalik carut-marutnya bangsa ini, terbersit secercah harapan akan munculnya sosok seorang pemimpin yang betul-betul sahih membawa nama rakyat, sehingga gilirannya mampu mengantarkan kembali menjadi bangsa yang disegani bukan hanya sekedar pencitraan-diri belaka.

Bung Jokowi yang saya hormati, Beberapa hari dimasa kampanye terbuka ini, saya dan rekan-rekan diperhadapkan dengan situasi yang sangat sulit, disetiap sudut ada banyak informasi yang beredar tentang kepribadianmu, dikoran, dimedia sosial, tv dan ruang informasi lainnya, silih berganti menyudutkan perjalananmu untuk memenangkan pesta demokrasi, tentang upayamu untuk menduduki kursi nomor satu di Indonesia. Ada saja cara yang dilakukan oleh mereka yang tidak suka akan kepribadianmu, apakah itu hasrat politik mereka yang sangat kuat, atau keegoisan mereka yang menginginkan orang mereka yang memimpin bangsa ini.

Yah. Sulit bagi kami yang dari awal menerapkan sikap politik santun yang engkau titipkan kepada kader, kepada relawan, kepada simpatisan serta kepada masyarakat yang mengagumimu, bahwa fitnah harus dibalas dengan doa kebaikan bagi mereka yang melakukan fitnah, sehingga berkah dari kesabaran ada balasannya di tanggal 09 July 2014.

Bung Jokowi, kampanye, debat, dan rangkaian kegiatan politik sudah dilewati, engkau lebih memilih mendekatkan diri dihadapan Allah SWT dengan melakukan perjalanan Umroh, pada masa tenang menjelang pencoblosan, tetapi kami di Indonesia dan khususnya di Sulawesi Tengah, terus di perhadapkan tentang isu negatif yang selalu dialamatkan ke wilayah – wilayah akar rumput, masyarakat disuguhkan oleh informasi yang tidak memiliki dasar keakuratan, seakan mereka yang memiliki hak kebenaran dari semua proses yang kita lalui. Dari semua proses demokrasi di Indonesia ini.

Bung Jokowi, tidak ada hari terakhir disetiap perjalanan bangsa ini, terpilih dan tidaknya, engkau tetap dipercayakan untuk memimpin bangsa ini, sekalipun itu Ibu Kota Negara Indonesia. Tetapi setiap perjalanan,ada upaya yang harus dilakukan untuk memastikan ke masyarakat, agar menentukan sikap yang baik dan yang tidak baik, di satu hari itu, tepatnya 09 Juli 2014 akan disuguhkan kesungguhan hati rakyat, untuk menentukan pemimpin masa depan bangsa ini.

Bung, melalui surat ini, saya hanya menitipkan sejumlah amanah yang kelak engkau emban di masa pemerintahanmu untuk 5 tahun kedepan. Tidak banyak yang bisa saya titipkan, saya hanya kembali mengingatkan bahwa ada beberapa janji politik yang harus engkau tunaikan ketika nanti engkau terpilih. Beberapa diantaranya tlah tertuang lewat kontrak politik dengan rakyat yakni 9 piagam perjuangan yang merupakan simbol dari komitmenmu untuk bersungguh-sungguh memperjuangkan aspirasi rakyat, Berikut 9 Piagam, untuk memantapkan hati kami yang kelak engkau pertanggung jawabkan di 5 Tahun kedepan :

1.Piagam perjuangan Mizan, yakni komitmen terhadap pluralisme umat beragama dan kebinekaan warga negara Indonesia

2.Piagam Perjuangan marsinah, yakni komitmen untuk kebangkitan industri dan kaum pekerja di Indonesia.

3.Piagam perjuangan satinah, yakni perjuangan kaum pekerja migrans sejak mulai menjalani pelatihan, bekerja dinegara lain, hingga kembali keindonesia

4.Piagam perjuangan marhaen yakni komitmen untuk memperjuangkan hak-hak petani atas tanah, bibit air, pupuk, hingga kesejahteraan petani

5.Piagam perjuangan Abdul Moeluk, yakni komitmen untuk memperjuangkan bidang kesehatan yakni, pelayanan kesehatan dan hak-hak tenaga medis

6.Piagam perjuangan Ki Hajar Dewantra, yakni komitmen untuk memperjuangkan hak-hak para pengajar dan pendidik di semua tingkatan, mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.

7.Piagam perjuangan karangsong, yakni komitmen jokowi untuk mengatasi kemiskinan dan keterbelakangan

8.Piagam perjuangan Suharso adalah komimen untuk memperjuangkan hak-hak penyandang cacat

9.Piagam perjuangan Al Fathaniyah, yakni komitmen jokowi untuk memperjuangkan pondok pesantren termaksuk pesantren salafiyah dalam kebinekaan di Indonesia.

Bung Jokowi, dari 9 simbol itu, sangat sederhana, kesemuanya tlah merangkum permasalahan di Indonesia, akan tetapi ada persoalan besar yang belum tertuang di 9 piagam itu, yakni Tambang dan hasil energi bumi lainnya yang terkandung di bumi Indonesia ini, saya tidak melihat satu poin pun, yang mampu menguatkan hati saya, bahwa engkau sunggu-sunggu menasionalisasikan aset – aset besar bangsa, hasil energi bangsa ini, hasil dari sumber daya alam negara ini, apakah engkau sanggup?

Saya yakin engkau dan Pak JK, sudah memiliki konsep untuk mengatasi persoalan besar itu, bayangkan di tanah emas, masyarakyat Papua masih berada di bawah garis kemiskinan dan bahkan masyarakat disana jauh dari sejahterah, padahal ditanah itu, tertanam jutaan kubik emas yang mampu menghidupi Indonesia dan bahkan negara lain hingga ribuan Tahun kedepan. Entahlah Konsep atau simbol – simbol perjuangan itu saya meyakini sudah ada dibenakmu, sehingga permasalahan mendasar negara ini terselesaikan, terutama kemiskinan dan ekonomi masyarakat.

Bung, engkaulah figur yang kami cari, kami telah menemukan seorang figur yang menjadi pelayanan rakyat seutuhnya. Kami telah mendapatkan seorang pemimpin yang layak akan memimpin bangsa ini, dengan keteladanan dan pencapaian yang telah dilakukan olehmu.

Tapi Bung, perlu diketahui, bahwa di satu sisi, ikatan sosial yang merenggang dan perpecahan yang terjadi di masyarakat sebelum perebutan kekuasaan ini sangat terlihat jelas, ada sebagian masyarakat Indonesia yang dikomandoi oleh lawan politikmu tidak rela bahkan tidak iklas, mereka harus di pimpin orang yang pernah mereka caci, pernah mereka fitnah dan pernah mereka jatuhkan dengan berbagai cara dan lain sebagainya, Untuk itu, sekali lagi, saya mengingatkan untuk tetap mawas diri. Terus hati-hati dan tetap digaris yang lurus. Tidak lupa, saya juga mengingatkan melawai catatan sederhana ini, engkau sepatutnya untuk membuka diri, membuka hati untuk memaafkan orang-orang yang membencimu, sebab, mereka juga bagian dari bangsa yang sangat kita cintai ini.

Sebab, di sisi lain, saya, kami dan masyarakat yang iklas tlah memilihmu, memberikan amanah yang sebesar-besarnya untuk bertugas dan bertanggung jawab, sekaligus membawa kebanggaan sebagai rakyat kecil, sebagai masyarakt awam yang mempunyai masa depan cerah membawah Indonesia menjadi negara yang di segani di pentas Internasional.

Bung, diakhir surat ini, ada banyak harapan yang mungkin belum semua terlisankan lewat tulisan ini, belum semua harapan ini tersampaikan lewat kalimat, semoga saja, harapan untuk menjadi manusia hebat, bangsa hebat, negara hebat dan menjadi Indonesia hebat dapat tercapai. Dalam kesempatan ini, Bung, sebelumnya saya meminta maaf, sebab, saya tidak memiliki kapasitas untuk mengingatkanmu, tetapi saya punya tanggung jawab terhadap masa depan bangsa ini, dibawah kepemimpinanmu kelak.

Sebelum semua merasa khilaf, sebelum semua merasa lupa diri ada baiknya simbol – simbol komitmen itu, dijaga dan berupaya untuk membuktikan kepada rakyat bahwa engkau memang mampu melakukan itu.***

Tabe. Salam 2 Jari untuk Indonesia Hebat

Palu/07/07/2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun