Mohon tunggu...
M Adewansyah
M Adewansyah Mohon Tunggu... -

Inspirator Entrepreneur. Konsultan Investasi Dana Syariah, Penulis Buku Rahasia Rezeki dan Pembicara pada Training Motivasi “The Secret Of Rezeki”.

Selanjutnya

Tutup

Money

Meraih Sukses Butuh Kesungguhan, Bung!

10 Agustus 2014   14:47 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:55 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sepanjang sejarah peradaban manusia, kita selalu meyakini bahwa sebuah cita-cita akan bisa terwujud ketika kita memiliki etos kerja yang didukung kesungguhan dan semangat tinggi untuk berkorban. Orang rang Jepang adalah dikenal memiliki etos kerja luar biasa karena di dasari budaya ajaran Shinto dan Zen Budha, yang melahirkan semangat bushido serta makoto yang berarti “sungguh-sungguh”.

Orang yang beriman seharusnya tidak merasa puas dengan kehidupan yang statis. Melakukan perbaikan dari waktu ke waktu adalah ciri-ciri orang beriman. Sebagai seorang muslim, saya percaya semangat perubahan tak mungkin terwujud kecuali dengan jihad, yang dibuktikan dalam kehidupan nyata. Sayangnya, orang pada umumnya salah memahami makna jihad semata-mata dalam konteks “perang suci secara fisik” yang identik dengan peluru, pedang, pertempuran, kucuran darah dan membunuh musuh. Pemahaman jihad yang keliru ini sering merasuk kedalam pikiran bawah sadar kita, sehingga kehilangan makna hakikinya. Padahal jihad adalah “kesungguhan atau semangat yang sangat tinggi dalam segala hal kebaikan dijalan Allah”.

Lihatlah bangsa Jepang, mereka telah menunjukkan pada dunia bagaimana mereka mampu menempatkan diri sebagai penguasa ekonomi. Dan itu terjadi hanya dalam tempo tidak terllau lama, setelah kehancuran negerinya akibat bom atom Hiroshima dan Nagasaki. Bayangkan, hanya dalam waktu singkat mereka mampu bangkit dari keterpurukan yang luar biasa dan kembali menguasai musuh-musuhnya. Bukan dipercaturan militer, tetapi dibidang persaingan ekonomi. Kata kunci yang ada pada bangsa Jepang tiada lain adalah kesungguhan mengubah diri menjadi lebih baik, dari waktu ke waktu. Jepang menjadi bangsa besar karena memiliki mahkota kebesaran, mempunyai martabat dan seakan-akan telah merebut semangat yang pernah menjadikan umat islam gemilang, yaitu semangat jihad, yang oleh mereka diterjemahkan dalam satu kata magis kaizen.

Orang-orang Jepang adalah dikenal pandai meniru, kemudian hasil tiruannya dikembangkan melalui inovasi dan kretivitas mengagumkan. Semangat kaizen yang dipelopori Masaaki Imai, yang akhirnya dikenal sebagai pencetus pemikiran tentang pengelolaan kualitas dan perbaikan terus-menerus. Masaaki Imai dengan falsafah kaizen-nya, yang merupakan penyempurnaan dari pemikiran “proses belajar yang tak kenal henti” itu banyak diterapkan oleh banyak bangsa diseluruh dunia saat ini.

Mereka meniru apa saja yang dianggap baik, misalnya siklus PDCA, atau “Plan-Do-Check-Action” yang diperkenalkan Edward Deming, bapak kendali kualitas modern. Pada awalnya, bangsa Jepang belajar dari ilmu-ilmu Barat, tapi kahirnya dunia barat terperangah dan dengan kesal hati harus belajar dari bangsa Jepang. Persis seperti awal kejayaan Islam yang memiliki semangat jihad, yang mulai berjaya di negeri Eropa Andalusia dan kemudian menjadi pelopor banyak bidang pemikiran dan ilmu pengetahuan dunia modern.

Kaizen adalah semangat untuk terus-menerus melakukan perbaikan yang melibatkan setiap orang, mulai dari kepemimpinan puncak, para manager, sampai pada pekerja lapangan. Pandangan ini bahkan menjadi karakter bangsa Jepang yang mengilhami segala sikap dan perilaku mereka. Para insinyur Jepang sering di ingatkan pada sebuah motto :

“Tidak akan pernah ada kemajuan jika anda mengerjakan sesuatu dengan cara yang sama dari waktu ke waktu”.

Kaizen telah menggendor kesadaran bangsa Jepang saat itu dan termanifestasi menjadi sosok manusia modern yang unggul dalam hal produktifitas. Manurut Masaaki Imai, kaizen adalah “mukjizat” yang diberikan kepada bangsa Jepang, sebagai “upaya belajar tiada henti dari waktu ke waktu demi perbaikan, mengerjakan hal-hal kecil secara lebih baik, semangat meraih standar kualitas yang lebih baik lagi”. Ungkapan ini seakan-akan ingin mempraktikan ajaran sunnah Nabi kita sebagaimana diungkapkan dalam hadits popular,

“Sebaik-baiknya amal adalah amal yang terus-menerus secara berkesinambungan untuk meraih perbaikan walaupun kecil.”

Dalam ungkapan lain “Jadikanlah hari ini lebih baik dari hari kemarin, jadikanlah hari esok lebih baik lagi daripada hari ini.”

Jihad lebih dari sekedar teriakan takbir penuh semangat, tapi muatan batin yang mendorong kesungguhan yang sangat luar biasa.

“Sesungguhnya, Allah sangat senang jika salah seorang diantara kamu mengerjakan suatu pekerjaan yang dilakukan dengan tekun dan sangat bersungguh-sungguh.” (HR Muslim)

Nilai-nilai dan semangat semacam inilah yang saya yakini, tidak saja dalam menjalankan ibadah tapi juga dalam bisnis dan dalam kehidupan kita yang lebih luas. Nilai-nilai yang kita yakini memiliki andil besar sebagai pijakan kita meraih kesuksesan dan segala yang kita impikan. **

Sumber: Buku Rahasia Rezeki

http://www.rahasiarezeki.com/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun