Mohon tunggu...
Muhammad Abrar
Muhammad Abrar Mohon Tunggu... -

Senang membaca dan berkawan dengan kamus.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Resensi "Buku Saku Psikologi Akhlak"

11 Januari 2015   21:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:21 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14209595831434100441

Nama ulama Ibnu Hazm al-Andalusi (أبو محمد علي بن احمد بن سعيد بن حزم) dikenal luas sebagai salah seorang dari sekian banyak pakar hukum Islam. Selain menuliskan karya di bidang hukum, ulama asal Spanyol ini juga menulis banyak lagi kitab jenis lainnya, bahkan dalam beberapa catatan sejarah disebutkan bahwa tak kurang dari 400 karya pernah dihasilkannya. Adapun yang menjadi resensi dari tulisan saya kali ini adalah tentang karyanya "Kitab al-Akhlaaq" yang diterjemahkan sebagai "Buku Saku Psikologi Akhlak" oleh Penerbit Zaman.

Kitab al-Akhlaaq sendiri mempunyai banyak versi, mulai dari yang berbentuk manuskrip hingga yang berbentuk cetakan modern. Adapun "Buku Saku Psikologi Akhlak" ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Zainul Am dengan merujuk pada dua buku yakni: "Kitaab al-Akhlaaq wa al-Siyar fi Mudaawaat al-Nufuus" dan "In The Pursuit of Virtue" (terjemahan bahasa Inggris oleh Dr. Muhammad Abu Laylah).

Saya menemukan banyak hal positif setelah membaca buku yang terdiri dari 12 bab ini. Jujur saja, kata-kata Ibn Hazm di dalam buku ini banyak yang menghentak dan terasa menukik tajam.

Ibn Hazm sering menyisipkan aforisme di antara paragraf tulisannya. Gaya penulisannya pun mengalir dan tidak terikat pada kekakuan bentuk seperti yang jamak dijumpai. Untaian nasihat demi nasihat membuat saya sebagai pembacanya merasa sedang mendengarkan langsung sang penulis merapalkan nasihatnya. Seperti pada nasihat berikut ini, "Janganlah Anda menggunakan tenaga Anda kecuali demi jalan yang lebih mulia daripada diri Anda sendiri. Jalan seperti itu tak dapat ditemukan kecuali di dalam Zat Allah swt. sendiri: menyampaikan kebenaran, membela hak kaum perempuan, menjauhkan diri dari larangan Allah, menolong kaum lemah. Barangsiapa berjuang demi kehampaan dunia ini, maka dia laksana orang yang menukar permata dengan batu kerikil." Dan juga pada apa yang ditulisnya sebagai berikut, "Orang yang kikir dengan ilmu lebih buruk daripada orang yang kikir dengan uang. Sebab, orang yang kikir dengan uang merasa takut uangnya akan habis. Sementara, ilmu tidak akan habis dan berkurang jika dibagikan." (hlm. 38) Simak pula nasihatnya berikut ini, "Jangan mengharapkan balasan dari siapa pun kecuali dari Allah Yang Mahakuasa dan Maha besar. Ingatlah selalu bahwa orang pertama yang Anda tolong bisa menjadi orang pertama yang merugikan Anda dan menentang Anda."

Saya yakin bahwa Ibn Hazm menulis bukunya ini di tengah banyak suasana dan kondisi manusia yang berbeda-beda. Dalam menyikapi salah satu sikap buruk yang selalu ada pada manusia, yaitu ingin dipuji, Ibn Hazm memberikan untaian hikmah sebagai berikut, "Tak ada kesalahan yang lebih buruk daripada orang yang memuji salah satu sifat yang justru tidak Anda miliki, yang berarti malah menghilangkan kemungkinan Anda memiliki sifat terpuji. Tak ada pujian yang lebih baik daripada orang yang mencela Anda atas kesalahan yang tak Anda perbuat, yang berarti mengundang perhatian terhadap kebaikan Anda, dan dia memberikan Anda peluang untuk membalasnya melalui tindakannya sendiri yang memberi celah bagi bantahan dan celaan karena telah memfitnah Anda." (hlm. 70)

Selain banyak menyoroti sikap orang lain, Ibn Hazm pun dalam buku ini sering mengambil contoh pada dirinya sendiri. Misalnya saja, dia menulis, "Aku sendiri punya banyak kesalahan, namun aku selalu berusaha memperbaikinya dengan melatih diri, dengan mempelajari sabda para nabi dan juga perkataan para guru bijak terdahulu yang unggul dalam moralitas dan kedisiplinan, hingga Allah menolongku mengatasi banyak kesalahanku, alhamdulillah."

Ibn Hazm berulang kali menegaskan pentingnya menuntut ilmu, tentunya di samping senantiasa memperbaiki moral. Dengan menuntut ilmu, seseorang akan menjadi ilmuwan; dengan memperbaiki moral, seseorang akan menjadi budiman. Dengan menggunakan sebuah analogi sederhana, ulama Andalusia ini mengingatkan bahwa, "Barangsiapa membuang waktu dengan mempelajari hal sepele dan meninggalkan ilmu yang lebih penting, dia laksana orang yang menyemai benih jagung di tanah yang dapat ditumbuhi gandum, atau ibarat orang yang menanam rumput di tanah yang dapat ditumbuhi pohon kurma atau pohon kelapa."

Meskipun tidak banyak menukil ayat al-Qur'an, Ibn Hazm senantiasa mengajak siapa pun agar jangan sampai melupakan Allah swt. dalam menuntut ilmu sebagaimana yang ditulisnya, "Cabang ilmu yang paling mulia adalah ilmu yang mendekatkan diri Anda kepada Sang Pencipta dan membantu Anda menjadi orang yang diridai-Nya."

Buku Saku Psikologi Akhlak ini pertama kali saya lihat diterbitkan oleh Penerbit Zaman pada bulan Agustus 2014 lalu. Saya rasa buku ini sangat  cocok dibaca oleh siapa saja, dari kalangan apa saja, yang menginginkan perbaikan moral dan akhlak. Meskipun buku ini tidak tebal, namun ketebalannya sungguh tidak mencerminkan isinya. Karena, di dalam buku ini terdapat banyak pesan moral yang boleh jadi sudah kita tahu sejak dulu namun sempat terlupakan sekarang. Di tengah banyaknya kita jumpai kemerosotan moral saat ini, saya berharap semoga dengan mengamalkan pesan-pesan bijak yang terkandung dalam buku ini kita bisa terhindar dari hal demikian. Amin.

Sekian resensi singkat saya terhadap "Buku Saku Psikologi Akhlak". Terima kasih telah membaca dan semoga bermanfaat.

Salam,

Muhammad Abrar

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun