Mohon tunggu...
M. Khaliq Shalha
M. Khaliq Shalha Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat literasi bersama anak didik

Pustakawan MTs Al-Wathan Sumenep

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Warisan Leluhur Pinggiran

8 Juli 2019   13:30 Diperbarui: 8 Juli 2019   13:54 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu banyak karya leluhur pinggiran yang bisa diambil manfaatnya pada era ini. Hasil penelitian yang meraka lakukan cukup berguna. Kearifan mereka patut ditiru.Leluhur pinggiran yang dimaksud adalah mereka yang tidak populer pada masanya dan setelahnya dengan hasil penelitian dan pemikiran serta kearifannya, namun karya mereka nyata walaupun tidak diketahui siapa yang punya inisiatif awal, alias anonim. Mereka tak terekam oleh sejarah. Berbeda misalnya dengan Plato, Aristoteles dengan filsafatnya yang bisa terekam oleh sejarah sehingga mereka berdua tergolong leluhur populer, bukan pinggiran.

Salah satu contoh; bagi orang yang masuk angin terapinya cukup melakukan kerokan pada sekujur tubuhnya dengan menggunakan uang logam dan pelumas minyak tanah atau kalau sekarang lation (bedak cair). Cara ini sangat efektif, murah meriah dan tanpa efek samping. Hal ini merupakan hasil penelitian leluhur yang tak terbukukan tapi terwariskan secara turun-temurun.

Contoh kearifan leluhur; bila seseorang ingin membangun rumah serba dilakukan dengan cara kehati-hatian secara spiritual. Malam hari menjelang dilakukan peletakan batu pertama pada keesokan harinya, mereka melakukan selamatan (istighatsah) bersama untuk diberi keselamatan oleh Allah bagi penghuni rumah tersebut dan proyek berjalan lancar. Ketika pada tahap selesai pemasangan genting (atap) mereka melakukan istighatsah lagi sore harinya dengan maksud penghuni rumah ini selamat dan tasyakur atas terselesaikannya pekerjaan pada tahap primer. Bagi orang yang punya anggaran pas-pasan apabila sudah mampu membangun rumah sampai pada tahan pemasangan genting, mereka sudah menganggap selesai dalam tahapan primer dan tahapan selanjutnya skunder lalu tersier bisa menyusul. Ketika akan menempati rumah baru ini mereka istighasah lagi untuk meraih keselamatan dalam menempati rumah dan sebagai bentuk rasa syukur mereka.

Itu salah satu sampel dari sekian banyak peninggalan leluhur yang berguna bagi kehidupan. Genarasi muda tidak sepantasnya meremehkan atau keburu menyalahkan pada peninggalan-peninggalan mereka dengan persepsi kurang ilmiah, tidak ilmiah, metos dan lain sebagainya. Bisa jadi pihak penilai tidak paham betul maksud leluhur. Kalau begitu bisa memalukan. Ibarat cerita fauna; kelelawar mengatakan matahari tidak ada, yang ada itu bulan. Pernyataan itu menunjukkan kepicikan kelelawar karena ia bisanya hanya keluar pada malam hari.

Warisan leluhur patut kita aprisiasi dan tak mudah meremehkan karya mereka selama tidak mengandung efek samping yang fatal dan kemusyrikan. Resep-resep mereka bisa bertahan selama berabd-abad karena terbukti keampuhannya.

 
M. Khaliq Shalha

Bisa dikunjungi pula di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun