Mohon tunggu...
lysthano sir
lysthano sir Mohon Tunggu... Penulis - music, book and art enthusiast

blogger newbie

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Harga Tiket yang Melambung & Promotor Cerdas

30 Juni 2015   15:43 Diperbarui: 30 Juni 2015   15:43 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia hiburan, dalam hal ini musik, di Indonesia masih menarik khlayak. Beberapa konser musik yang digelar, bisa dibilang tidak pernah sepi dari penonton, dari mulai yang berbayar apalagi yang gratisan.

Animo  masyarakat yang besar  terhadap musik, dimanfaatkan oleh sejumlah jasa penyelenggara konser (EO) untuk menghadirkan musisi atau penyayi  terkenal. Meski dipatok dengan harga tiket yang lumayan mahal, toh akhirnya penjualan tiket sold out atau ludes semua. Tinggalah promotor  atau EO musik menaguk keuntungan. Ya, inilah bisnis yang tidak bisa dinafikkan upaya untuk mencari keuntungan.

Namun, sekalipun demikian terkadang   ada EO  sebagai penyelenggaraan konser musik dengan menjual tiket dengan harga fantastis. Misalkan ada promotor musik yang menghadirkan musisi lokal dengan harga tiket paling murah Rp. 1juta. Bagi sebagian orang tentu  ini tidak menjadi masalah, karena mereka memiliki kemampuan finansial yang cukup. Namun bagi mereka, para penggemar' yang tidak memiliki cukup "modal" harga tiket melambung itu menjadikan mimpi semata.

Pernah suatu ketika, sebuah EO menggelar acara konser musik yang menghadirkan  sejumlah musisi papan atas di JCC-Jakarta. Acara sudah dikemas  dan dipersiapkan sedemikian rupa, musisi semua sudah fikz hadir dan tampil, tapi tanpa dinyana penonton sepi. Meski konser terus berjalan, tentu menjadi pemandangan yang miris jika ini terjadi. Betapa, promotor dan musisi menjadi lebih "berjarak" dengan penontonnya. Sang penonton yang berniat menyaksikan bintang pujaannya hanya bisa menelan ludah melihat harga tiket yang fantastis.

Penulis cukup paham, bahwa dalam setiap penyelenggaraan konser dibutuhkan biaya yang tidak sedikit; mulai dari  membayar artis/musisi, sewa tempat, alat-alat panggung dan alat musik, hingga biaya promosi. Namun tetap saja, menurut saya, keterlaluan jika penetapan harga tiket diluar kewajaran.  Dan sepinya penonton menjadi jawaban, kesalahan strategi sang penyelenggara dalam menggelar acara konser tersebut.

Sekalipun demikian tidak semuanya EO mengalami "kegagalan" dengan sepinya penonton. Ada juga yang menaguk unttuk meski harga tiketnya selangit. Namun ini biasanya  penyelenggaraan konser musik di venue tertentu (hotel) dan mendatangkan  musisi atau penyanyi Asing. Kabarnya, dengan  harga tiket 5 juta pun, kursi penonton di venue tersebut penuh.

Mungkin salah satu faktor yang perlu diperhatikan EO atau promotor musik adalah  faktor timing.  Menggela acara konser dengan harga tiket mahal jika timing-nya tidak tepat, bisa dipastikan penonton akan sepi. Gelaran konser yang sering disuatu lokasi, misalkan di Jakarta, dengan rentang waktu mepet/pendek antara satu konser ke konser lainnya, padahal musisinya  sama, ini juga menjadi penyebab target penonton menjadi jenuh dan berujung pada penjualan tiket yang sulit.

Di Jakarta, dalam rentang Agustus hingga akhir tahun banyak event musik digelar. Salah satunya konser musik yang mendatangkan penyanyi ternama dunia BON JOVI. Menurut penyelenggara, harga tiket dibandrol paling murah 500 ribu masih masuk akal, apalagi acara digelar di Stadion GBK. Berangkat dari pengalaman konser besar sebelumnya, dimana promotor dalam negeri mendatangkan super band "METALLICA" harga tiket juga mirip.

Nah, yang menjadi perhatian  penulis , diantara gelaran konser dalam negeri, ada konser GodBless diawal Agustus yang akan digelar di Ciputra Artpreneur Theatre. Harga tiketnya lumayan mahal, hampir Rp 1 juta, untuk tiket yang paling murah. Diluar masalah sang EO yang ingin mengkrucutkan segmen penonton GodBless untuk yang "eksekutif", penetapan harga tiket itu didalam situasi banyaknya gelaran konser, belum menjadi exit strategy untuk meraup untung.

Promotor musik sebaiknya bisa mencermati "timing" sebelum menggelar konser dan tidak bernapsu memanfaatkan target penonton untuk meraup untuk besar dari panggung hiburan di Indonesia yang hingga kini masih "sexy" [lys] - penulis suka musik, kolektor dan suka nonton konser.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun