Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Namun karakter seperti apa yang baik untuk dikuti oleh bahawan. Â Karakteristik pribadi seorang leader, seperti kecerdasan, kejujuran, kepercayaan diri, dan penampilan yang disebut sebagai suatu sifat adalah hal yang paling penting dimiliki semua pemimpin. Pemimpin yang baik juga menunjukkan pandangan positif dan sikap ceria sebagai kunci kepemimpinan yang efektif.Â
Optimisme mengacu pada kecenderungan untuk melihat sisi positif dari berbagai hal dan mengharapkan hal-hal tersebut akan berjalan dengan baik dan sebagai pemimpin mengenal dirinya sendiri dapat mengembangkan rasa percaya diri, yang merupakan jaminan umum dalam penilaian, pengambilan keputusan, gagasan, dan kemampuan seseorang.
Namun kekuatan seorang pemimpin bukan hanya sifat pribadi tapi juga pola perilaku.  Dalam buku The Leadership Experience - L. Daft Beragam program penelitian mengenai perilaku kepemimpinan telah berusaha untuk mengungkap perilaku yang melibatkan pemimpin yang efektif, Salah satu studi yang berfungsi sebagai pelopor terhadap pendekatan perilaku mencetuskan gaya kepemimpinan otokratis dan demokratis.
Pemimpin otokratis adalah pemimpin yang cenderung memusatkan wewenang dan memperoleh kekuasaan dari jabatan, yang bersifat memaksa bawahan. Seorang pemimpin demokratis mendelegasikan wewenang kepada orang lain, mendorong partisipasi, mengandalkan pada pengetahuan bawahan untuk menyelesaikan tugas.Â
Dari kedua gaya kepemimpinan ini menunjukan dua karakter pemimpin yang berbeda, pemimpin otokratis biasanya akan sangat tegas dan membuat bahawannya merasa tertekan yang dapat membuat bawahnya banyak mengundurkan diri, namun pemimpin seperti ini baik untuk memajukan perusahaan karena dia hanya berorientasi pada tugas. Â
Dan pemimpin demokratis lebih mengandalakan partisipasi dari semua bawahan bukan hanya dia yang mengambil keputusan, namun pemimpin seperti ini dapat menyebabkan kelambatan pertumbuhan perusahaan karena bawahannya akan merasa santai dalam pekerjaannya sehingga pekerjaannya jadi terlambat.
Namun pada dasaranya seorang pemimpin harus memiliki kedua perilaku tersebut dalam dirinya, disaat pemimpin merasa tertekan atau pekerjaan yang dia inginkan tidak terlakasana sesuai dengan yang ia perintahkan gaya pemimpin otokratislah yang harus pemimpin gunakan, dan jika keadaan tenang dan tidak ada tekanan gaya demokratis bisa digunakan. Â Kesimpulanya sebagai calon pemimpin atau seorang pemimpin harus harus memiliki kedua pola perilaku tersebut agar perusahaan yang dipimpin berjalan dengan baik agar dapat mencapai tujuan perusahaan.
SalamÂ
Lysandra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H