Mohon tunggu...
Lyra
Lyra Mohon Tunggu... Mahasiswa - wanita penggemar oppa

Hai? kenalin nama penaku Lyra ^.^

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Takhayul di Mata Orang-orang dan di Zaman Sekarang

30 Juni 2021   14:39 Diperbarui: 30 Juni 2021   14:54 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seseorang tentunya memiliki sifat yang berbeda-beda, ada yang bersifat baik ada yang bersifat buruk. Sifat-sifat tersebut pun dibagi menjadi beberapa lagi. Tidak terkecuali dengan rakyat Indonesia yang berjumlah jutaan jiwa tentunya memiliki beragam karakter, sifat, kebudayaan, tradisi, adat istiadat yang berlimpah. Dilansir dari Tirto.id Mochtar Lubis pernah membaca pidato berjudul " Manusia Indonesia: Sebuah Pertanggungjawaban". Pidato ini mengangkat sifat-sifat masyarakat Indonesia yang masih melekat hingga kini salah satunya adalah masih mempercayai takhayul.

Takhayul berasal dari bahasa Arab yaitu takhayyul 'angan-angan' dari kata takhayyala 'terbang. Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia takhayul merupakan (sesuatu yang) hanya ada dalam khayal belaka dan kepercayaan kepada sesuatu yang diangap ada atau sakti. Takhayul tidak hanya masih dipercayai oleh orang Indonesia, tetapi juga di belahan dunia lainnya. Tidak hanya itu, takhayul juga sudah ada di zaman dahulu kala, dalam livescince.com menumpahkan garam dianggap membawa kesialan. 

Takhayul ini sudah muncul pada tahun 3.500 sebelum masehi di zaman Sumeria kuno. Takhayul mengenai garam yang tumpah bukan semata-mata karena membawa kesialan, namun lebih pada agar tidak membuang-buang garam karena pada saat itu garam merupakan komoditas yang mahal. Dan nyatanya masih relevan dan dipercayai oleh banyak orang hingga sekarang. Takhayul biasanya berkaitan erat dengan hal-hal yang berbau supranatural atau magis.

Mengapa masih ada yang mempecayai takhayul? Hal ini terjadi karena  terkadang orang mempercayai sesuatu lalu diwaktu yang bersamaan hal itupun terjadi seusai dengan apa yang dipercayainnya. Misalnya saat seorang gadis menyapu tidak bersih, maka akan mendapatkan suami yang brewokan. Lalu beberapa tahun kemudian ia memiliki pacar lalu menikah, dan benar bahwa laki-laki yang merupakan pacarnya dan dinikahinya brewokan, maka takhayul tersebut dianggap benar dan disebarluaskan sehingga orang-orang percaya. Padahal hal itu terjadi karena menurut penelitian dalam cnnindonesia.com laki-laki yang memiliki brewok atau jenggot dianggap lebih dewasa, kuat, dan agresif. Dan pada umumnya laki-laki yang dominan dipilih adalah laki-laki yang memiliki jenggot atau brewok. Maka dari itu, laki-laki yang beranjak dewasa berusaha untuk menumbuhkan jenggot atau brewoknya agar lebih mudah mendapatkan hati wanita.

Lalu ada takhayul tentang larangan anak-anak atau orang-orang untuk tidak boleh keluar rumah  waktu Maghrib. Terutama bagi orang-orang yang memeluk agama Islam. Larangan ini ada benarnya karena dalam Islam ada perintah untuk sholat 5 waktu, salah satunya adalah sholat Maghrib, seharusnya umat Islam diwaktu itu sholat. Lalu larangan inipun juga banyak disebutkan dalam hadist. Dan secara ilmiah larangan ini dijelaskan dalam sebuah buku karya Rachman (2011) didalamnya dijelaskan bahwa menjelang Maghrib, alam akan berubah menjadi spektrum cahaya yang berwarna merah yang selaras dengan frekuensi jin dan iblis. Dan banyak interfernsi atau tumpang tindihnya dua atau lebih gelombang yang berfrekuensi sama. Sehingga penglihatan terkadang kurang tajam oleh adanya fatamorgana.  

Kepercayaan terhadap takhayul membuktikan bahwa hal ini mendorong pada sikap dan mental yang positif. Dan dilansir dari inews.id menurut penelitian bahwa tindakan yang terkait dengan takhayul juga bisa memperkuat diri dimana perilaku berkembang menjadi kebiasaan. 

Selain itu, dilansir dari medikastra.com menurut Jurnal Internasional Psychology and Behavioral Sciences, "Takhayul berakar pada masa awal spesies kita ketika nenek moyang kita tidak dapat memahami kekuatan dunia alami. Kelangsungan hidup nenek moyang kita terancam oleh pemangsaan atau kekuatan alam lainnya"akibatnya, takhayul telah 'berevolusi' untuk menghasilkan 'kendali rasa aman atas  kondisi luar'. Misalnya saat ujian CPNS peserta membawa jimat yang dianggp dpat membawa keberuntungan sehingga bisa lulus tes. 

Dalam sebuah penelitian yang dilansir juga dalam livescience.com ada beberapa sukarelawan yang melakukan tes membawa jimat, dan yang tidak membawa jimat mempunyai nilai lebih rendah dibandingkan yang membawa. Artinya dengan hadirnya takhayul dapat juga berfungsi sebagai penambah rasa percaya diri. Karena dengan membawa jimat atau benda keramat lain, maka seseorang akan dapat beraktifitas lebih baik daripada saat tidak membawa barang-barang tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian Mauliana (2018) ada beberapa faktor penyebab masyarakat mempercayai takhayul yaitu, faktor pendidikan, faktor budaya, dan faktor agama. Pertama faktor pendidikan diperlukan karena pengetahuan sangatlah dibutuhkan oleh manusia, baik pengetahuan dunia maupun akhirat(agama). Dan pendidikan non formal apa yang didapatkan atau diajarkan oleh orang tua ataupun guru ditempat mengaji. Lingkungan sosial adalah penyebab dimana masyarakat mempercayai satu sama lain, apa yang dikatakan akan mudah dipercaya. Kedua, faktor budaya. 

Alasan mengapa faktor budaya juga termasuk karena masyarakat awam mempercayai bahwa takhayul merupakan sebuah budaya, karena apabila dilanggar maka akan berakibat buruk oleh karena itu budaya tidak boleh dilanggar, dan apabila ada yang melanggar akan dikenakan denda. Dan terakhir, faktor agama, agama memiliki peran sebagai pembentukan karakter manusia, manusia yang memiliki agama yang kuat akan cenderung berperilaku yang positif. Agama memiliki ajaran yang didalamnya mengajarkan kebaikan dan melarang kebajikan, dan manusia yang berperilaku dengan baik maka baik pula agamanya.

Keseluruhan hal ini  berasal dari asumsi-asumsi yang muncul akibat kebetulan. Rasio keberuntungan tersebut jika banyak dialami oleh orang-orang maka akan menimbulkan kepercayaan yang lebih dan lebih lagi. Dan tergantung dari masing-masing orang apakah memilih untuk percaya atau tidak terhadap takhayul tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun