Mohon tunggu...
Evllyn Natashya
Evllyn Natashya Mohon Tunggu... Lainnya - Siswi Kanaan

mengikuti tantangan sebulan menulis cerpen :>

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Indah dengan Ibu untuk Pertama Kalinya

5 Oktober 2024   02:00 Diperbarui: 5 Oktober 2024   02:10 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku masuk ke dalam rumahku, basah kuyup dengan hujan, penampilanku yang berantakan dengan air mataku yang belum kunjung berhenti. Aku langsung memasuki kamar tidurku, tidak peduli seberapa berantakan diriku. Aku duduk di ujung ranjang, pikiranku terasa kacau dan berat, kepalaku terasa pusing dan tubuhku terasa lelah. Malam ini sangat sunyi dan hampa, di tambah suasana dingin dengan suara hujan deras mengetuk jendela kamarku. Membangkitkan perasaan sedih dan kacau, air mataku tidak kunjung berhenti dari sebelum aku pulang kerumah. Ah, aku benar-benar tidak tahu harus melakukan apa lagi, semuanya terasa berantakan, dadaku sesak karena isak tangis yang tidak kunjung berhenti, tubuhku terus gemetar, sekeras apapun ku berusaha tenang dan menghadapi kenyataan, aku bahkan tidak bisa sedikitpun menatap kenyataan dunia. apalagi menghadapinya...

Aku terbaring di atas ranjang, tidak kuat untuk mencoba tegar, pikiranku terasa kacau hingga rasanya aku bahkan tidak bisa memikirkan apapun lagi kecuali menangis seperti bayi.. Aku menangis cukup lama sampai tengah malam. Dan air mataku berhenti turun saat diriku tertidur dengan sendirinya.. Aku berada di dalam mimpiku, disana aku terlihat tersenyum hangat dengan wujudku yang masih anak-anak. Aku berlarian di tengah taman luas yang indah dengan cahaya matahari hangat, angin sejuk, dengan pemandangan laut di sekitarnya. Bunda juga berada di sana, bersamaku.. Senyuman hangat bunda, wajahnya tampak bercahaya, matanya terlihat ikut tersenyum, sentuhan tangannya yang ringan dan lembut memegang tanganku, menuntunku agar tidak terjatuh atau terlalu jauh darinya. Entah apa yang ada di pikiran bunda, tapi aku merasakan rasa hangat di dadaku, aku merasa sangat bahagia, senyumku lepas dan suara tawa bunda yang manis menghiburku.. Di dunia nyata, air mataku turun lagi secara tidak sadar..

Matahari perlahan muncul dengan cahaya hangat menyelinap masuk lewat jendela kamarku, membangunkan ku dengan cahaya cerahnya yang hangat. Tanganku mengambil ponsel di samping, memeriksa jam yang menunjukkan sekarang pukul 11.25.. Sialnya pagi ini aku telat bekerja. Aku mengoceh pelan dengan diriku sendiri dengan menyalahkan bunda karena tidak membangunkan, tetapi beberapa detik kemudian aku terdiam. Aku melamun. Perasaan tidak enak kembali menusuk dadaku, ditambah dengan rasa hampa di hatiku. "Bunda sudah tidak ada, ya..? Aku melupakan itu.. Betapa bodohnya", kataku dalam pikiranku sendiri..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun