Mohon tunggu...
Lailatul Qodriyah
Lailatul Qodriyah Mohon Tunggu... -

Selalu ingin menjadi manusia 'Pembelajar'

Selanjutnya

Tutup

Money

Demo Adalah Peluang Usaha

15 November 2011   01:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:40 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Seringkali ketika kita mendengar kata "Demo" pasti yang muncul dalam benak kita adalah segerombolan masyarakat atau mahasiswa yang menuntut adanya perubahan. Iring-iringan panjang lautan manusia dengan membawa spanduk dari berbagai elemen masyarakat turun ke jalan sambil berorasi mohon diperhatikan, mohon adanya perubahan dan berbagai keinginan disampaikan. Pemandangan semacam ini kerap sekali ketika ada moment penting bersamaan dengan hari-hari besar nasional, peringatan hari jadi, ketika ada kunjungan menteri atau presiden dan lain-lain.

Tak jarang ibu-ibu berkomentar,"Demo lagi, demo lagi, apalagi ya...mahasiswa kok bisanya demo melulu...," para ibu kadang kurang mengerti jika tuntutannya itu memperjuangkan hak hidup orang banyak, padahal kadang mereka para pendemo secara tidak langsung juga mengurangi hak orang lain. Berkendara jadi kurang nyaman, terjadi kemacetan, pengalihan arus lalu-lintas dan yang pasti akan menambah kerja Pak Polisi.

Nah ada demo yang pasti disukai ibu-ibu yaitu demo masak bagi yang hobby masak. Biasanya setiap ada produk baru alat masak, produsen menyiapkan demo mengenalkan produknya dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki alat masak (barang)  tersebut, beberapa manfaat (multifungsi) dari barang serta berbagai menu yang bisa disajikan dengan cepat jika menggunakan alat tersebut.

Sebetulnya sudah ada media televisi yang menampilkan secara berulang-ulang demo masak, mengenalkan produk-produk baru dan unggulan baik dari dalam maupun dari luar negeri. Bagi ibu-ibu kalangan menengah ke atas yang hobby masak dan punya dana, mungkin demo dan informasi dari televisi sudah cukup. Tinggal sms minta kirim barang yang dibeli lalu transfer, dua hari berikutnya barang sudah datang dan langsung bisa dinikmati, praktis dan nggak pake lama ...

Namun tak jarang ada ibu-ibu yang lebih suka demo dengan mengundang sales barang tertentu agar bisa dipraktekkan masakan yang diinginkan pada pertemuan ibu-ibu seperti RT atau Dharma Wanita, peminatnya masih banyak. Ada kepuasan tersendiri bila ada praktek masak dan terjadi komunikasi langsung, apalagi jika harga barang mahal bisa dibayar dengan sistem kredit, 3 kali, 5 kali atau 10 kali. Wah sepertinya pertemuan ibu-ibu sangat identik dengan arisan dan "kreditan", makanya tak heran kenapa ibu-ibu paling suka dengan baju warna "pink" (karena sering bayar ping 3, ping 5 dan seterusnya... he..he..he..).

Dalam pertemuan Dharma Wanita yang biasanya dilakukan setiap bulan sekali sering kali kami harus menolak permohonan demo. Banyak sekali permohonan demo untuk mengenalkan produk, ada produk suplemen kesehatan, alat-alat olah raga, perawatan kecantikan, buku ensiklopedi yang tidak dijual bebas di pasaran dan yang paling sering adalah peralatan masak. Oleh karena itu kami harus membatasi. Karena organisasi wanita ini murni kegiatan sosial, kami lebih menyukai kegiatan ini diisi kegiatan yang bermanfaat, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, kursus-kursus ketrampilan selain kegiatan sosial.

Jika tidak dibatasi, kami khawatir akan muncul kesan bahwa pertemuan Dharma Wanita hanya mengajarkan budaya konsumtif dan mengajarkan para ibu untuk berhutang barang. Namun kadang terjadi dilematis juga, disatu sisi ingin membantu ibu-ibu memperoleh barang dengan harga mudah dengan sistem kredit sehingga terjangkau tetapi disisi lain kami juga khawatir barangkali tidak berkenan dengan suaminya. Kenapa suami kurang berkenan? karena kesalahan ibu sendiri, selalu ingin beli jika ada barag baru namun jarang dimanfaatkan secara maksimal. Sifat dasar manusia selalu ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain, terutama ibu-ibu...

Kami sudah hafal dengan karakter ibu-ibu jika ada demo, inginnya tidak mau ketinggalan dengan yang lain. Begitu selesai demo dibuka harga, langsung aja para ibu pada pesen barang yang diinginkan. Entah dipakai atau tidak yang penting beli dulu. Nah karena itulah kami ajarkan pada ibu-ibu agar tidak mudah terpengaruh dengan orang lain, juga perlu diperkirakan kemampuan untuk membeli. Kami sangat selektif menerima permohonan demo barang dengan harapan ibu-ibu tidak kehilangan informasi produk baru.

Suatu hari saya kedatangan tamu seorang sales peralatan masak. Dia minta waktu agar diberi kesempatan demo barang dan praktek masak pada pertemuan Dharma Wanita. Saya lihat daftar demo bulan itu ternyata sudah diisi demo busana kesehatan. Awalnya saya menolak karena saya sudah komitmen satu pertemuan hanya ada satu kali demo. Entah karena apa, tiba-tiba hati kecil saya merasa kasihan dengan sales tersebut. Setelah saya pikirkan masak-masak akhirnya saya tawarkan, gimana kalau demo masak dilakukan di luar  area pertemuan alias di teras depan. Soalnya di dalam sudah ada demo pakaian kesehatan. Sales tersebut tersenyum mafhum dan menerima.

Kita hanya merencanakan dan membuka peluang namun Allah Yang Maha Pemberi rizki-Nya. Di luar dugaan, dua demo yang kami beri kesempatan pada hari itu yaitu Pakaian kesehatan dan alat masak, di dalam dan di luar area pertemuan ternyata yang laku keras justru yang di luar area pertemuan. Ibu-ibu pada asyik menikmati praktek masak di teras sehingga tak butuh waktu lama pesanan barang sudah dapat berlangsung.

Hampir tak percaya, jika kita memberi kemudahan pada orang lain niscaya Allah akan memudahkan kita memperoleh rizki-Nya. Sudah barang tentu kegiatan ekonomi Dharma Wanita bisa berputar karena ada ibu-ibu yang memanfaatkan dana ekonomi untuk beli barang.  Begitulah demo yang bermanfaat buat ibu-ibu kreatif...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun