Sejak lahir anak pertama nyaris 13 tahun yang lalu, saya berusaha nggak terlalu memedulikan mitos atau mudah percaya apa kata orang tentang kehamilan dan menyusui, saya memilih lebih percaya pada ahlinya (melalui banyak nanya dan baca dr ahlinya). Saya tetap menyusui si sulung meskipun ketika usianya baru 4 bln saya hamil lagi anak kedua. Tandem Nursing itu saya lakukan sampai keduanya cukup waktu utk disapih. bahkan saat mau lahiran anak kedua, satu jam sblmnya saya masih menyusui Hafidz. Alhamdulillaaaah, keduanya lulus S2 ASI, tanpa sufor.
Perkara GTM atau picky eater, saya punya pengalaman lucu. sejak awal saya sangat yakin bahwa anak itu pasti mencontoh kedua ortunya. jadi sejak punya baby saya selalu maksa suami (skrg sudah mantan) untuk TIDAK PERNAH menunjukkan ketidaksukaannya pada makanan tertentu di depan anak. seperti contoh, saat itu suami sangat benci makan ikan. beliau selalu buang muka atau menunjukkan ekspresi tidak suka kalau ada menu ikan apapun di meja makan. Tapi demi anak, saya paksa dia untuk berusaha tidak menunjukkan ketidaksukaannya itu di manapun saat anak2 kami ada. Jadi, kalau dia buka tudung saji di meja makan dan melihat ada ikan, dia HARUS bilang, "waaah, ada ikan! pasti enak banget nih. mau aaaah," begitu juga dengan makanan lainnya.
Alhamdulillah semua itu membuat anakanak saya sama sekali nggak pernah mengalami GTM atau jadi Picky Eater sanpai hari ini. Padahal saya nggak pernah kasih mereka vitamin apapun. Saya mengolah makanan juga sebisa mungkin dengan kreatif. Kalau keliatan mereka sedang bosan makan sayur berkuah, saya akan bikin perkedel bayam, wortel dll.
Begitu pula dengan Baby Ipank yang sekarang baru 20 bulan. selain masih tetap ngASI, Ipank juga nggak pernah rewel makan makanan apapun. nggak pernah menyemburkan makanannya pula. dan semua ini bikin saya yakin bahwa memang kebiasaan anak itu menurun dan mencontoh dari orang tuanya. saya selalu berusaha menunjukkan sikap antusias terhadap segala jenis makanan apapun yang sehat di depan anak, sehingga mereka
juga jadi antusias mencicipi.
Alhamdulillah, baby ipank sebentar lagi akan menyusul kedua kakaknya, jadi sarjana S2 ASI.
Tips Mengatasi si Picky Eater:
1. Sejak kecil, selalulah mengenalkan beragam makanan sehat kepada anak-anak. Kenalkan mereka dengan sayur, ikan, daging, ayam, buah, susu, dan jangan pernah menunjukkan di depan mereka kalau kita tidak menyukai jenis makanan tertentu, termasuk ketika kita alergi terhadap satu makanan.
2. Jangan biasakan anak untuk mengikuti pola makan kita. berkorbanlah demi mereka. jika kita tidak suka bau amisnya ikan, bukan berarti tidak boleh ada menu ikan di rumah. lebih baik meminta bantuan orang lain untuk mengolahnya, yang penting anak tidak melihat dan tidak tahu kalau kita tidak suka.
3. ketika anak susah makan, jangan ikuti/turuti mogoknya mereka. Be a Creative Mom. selalu cari akal untuk menghidangkan makanan dengan cara sekreatif mungkin hingga membuat si kecil terkesan dan lupa dengan acara mogok makannya. seperti yang saya kisahkan di atas, ketika si kecil bosan makan sayur, segera olah sayuran menjadi bentuk lain yang tak disangka2. bahkan donat pun bisa dibuat dari singkong, sukun, kentang dan lain sebagainya hingga menjadi sangat enak ketika diolah. Bayam bisa jadi perkedel dengan bentuk yang cantik, daging ikan bisa diolah menjadi syomai, nugget, atau makanan kesukaan si kecil lainnya.
Jadi, hikmah yang bisa saya ambil adalah, memang peranan orang tua itu sangat penting bagi tumbuh kembang anak bahkan sejak anak itu masih di dalam kandungan. Akan jadi sangat lucu seandainya ada orang tua yang selalu menasehati anaknya untuk rajin makan sayur, sementara dia sendiri sangat tidak doyan sayur. bukan begitu?
Ketika kita sebagai orangtua hendak menasehati anak, jangan pernah abaikan hal ini: CONTOH. berikdianlah nasehat sekaligus jadilah teladan bagi mereka, bukan sekadar lip service belaka. Jadi, ketika kita menasehati anak-anak kita, sesungguhnya kita sedang menasehati diri sendiri.