Mohon tunggu...
Lygia Pecanduhujan
Lygia Pecanduhujan Mohon Tunggu... Penulis - Creative Writer, influencer, Blogger, Content Contributor, Social Worker, Backpacker, Founder Digiefood Indonesia, Founder of Baklavanesia

Bookografi A Cup of Tea for Single Mom (Stiletto Books, 2010), A Cup of Tea for Complicated Relationship (Stiletto Books, 2011), Storycake for Ramadhan (Gramedia Pustaka Utama, 2011), Emak Gokil, the Anthology (Rumah Ide, 2011), For the Love of Mom, the Anthology (2011), Storycake for Amazing Mom, the Anthology (Gramedia Pustaka Utama, 2011), Hot Chocolate for Broken Heart (Cahaya Atma Pustaka, 2012), Hot Chocolate for Dreamers (Cahaya Atma Pustaka, 2012), Storycake for Backpackers (Gramedia Pustaka Utama, 2013), Balotelli versus Zlatan (Grasindo, 2013), Jurus 100% Pensiun Kaya (Bisnis Sapi) with Raimy Sofyan (Grasindo, 2014), Ronaldo versus Messi, duet with Astri Novia (Grasindo, 2014), World Cup Attack (Grasindo, 2014), AC Milan versus Inter Milan (Grasindo, 2014), Van Persie versus Luiz Suarez (Grasindo, 2014), 101 Kisah Cinta Sepanjang Masa (Grasindo, 2014), As Creative as Steve Jobs (Grasindo, 2014), Peluk ia Untukku (ghostwriter) (Grasindo, 2014), Peruntungan Cinta Menurut Zodiak & Shio di Tahun Kambing 2015 (Menggunakan nama pena: Tria Astari, Penerbit Grasindo, 2015), 50 Ritual Malam Miliader Dunia bersama Honey Miftahuljannah (Grasindo, 2015)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hujan Bukan Penyebab Banjir

17 Januari 2014   18:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13899598851306509203

Bukan karena saya pecandu hujan maka saya menuliskan postingan ini. [caption id="attachment_290555" align="aligncenter" width="480" caption="HUJAN DIPANDANG DARI BERANDA KANTOR SAYA"][/caption] Saya seringkali gemas jika mendengar atau membaca ada orang yang menyebutkan bahwa penyebab banjir adalah hujan.Bukankah hujan merupakan salah satu rahmat Allah SWT yang diturunkan ke bumi untuk manusia? Mengapa sebagian dari kita justru merutukinya ketika ia datang menghampiri? Bukan salah hujan kalau ia harus terus turun, mungkin seharian, bisa jadi berhari-hari. "Duh, mendung. Pasti sebentar lagi hujan. Males deh gue. Cucian nggak kering-kering, jalanan super macet, belum lagi banjir yang pasti bakal datang kalau hujan turun nggak berhenti-henti." Siapa diantara Kompasianer yang mungkin pernah menggerutu seperti ini? Atau mungkin mendengar orang lain di sekitar mengucapkan kalimat tersebut? Ayoo, ngakuuuu! :-) Bagi saya, hujan itu BERKAH. Selalu saya tanamkan hal ini baik-baik ke hati. Bersyukur sekali saya ketika panas terik melanda kota Bandung tercinta namun sejurus kemudian hujan merintik perlahan kemudian turun dengan derasnya. Sungguh, rasanya bagai mendapat nikmat yang luar biasa, cuaca yang semula begitu menyengat. mendadak sirna tergantikan sejuk yang luar biasa. Namun banyak orang tak seberuntung saya bisa menikmati hujan dengan sepenuh hati. Ada yang memilih untuk memaki, merasa bosan setengah mati, hingga memilih untuk menepi sambil masih merutuk dalam hati. Ah, seandainya saja kita bisa lebih bijak mengerti dan mempelajari bahwa dalam Al-Quran ada begitu banyak ayat yang menerangkan tentang manfaat Hujan yang merupakan penghantar berkah yang hendak diturunkan oleh ALLAH SWT kepada makhluk-makhlukNya. Kasih sayang Allah turun melalui air hujan, untuk menyuburkan bumi dan tetumbuhan, memberikan sejuk, menyiram kekeringan yang melanda. Dalam beberapa ayat berikut ini, disebutkan tentang Hujan:

  1. Al Baqarah ayat 164,  artinya, "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan muatan yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin yang dikendalikan antara langit dan bumi, semua itu sungguh merupakan tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang mengerti"
  2. Al An'aam ayat 99, yang artinya "Dan Dia-lah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak, dan dari mayang kurma, mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah, dan menjadi masak. Sungguh pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman."
  3. Al Jatsiyah ayat 5, artinya, "Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan allah dari langit, lalu dengan air hujan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang mengerti."

Dan sesungguhnya masih banyak ayat Al-Quran lainnya yang menyebutkan tentang hujan. Tidakkah kita mau melihatnya? Seorang teman pernah bertanya, "Teh, kenapa sih namanya Pecanduhujan? Hujan kan bikin banjir?" Biasanya saya langsung menyambar, "Enak aja! Yang bikin banjir itu SAMPAH, bukan hujan. yang bikin banjir itu tangan-tangan manusia yang tidak peduli pada lingkungannya sendiri. Seenaknya saja buang sampah sembarangan di mana-mana, membangun gedung-gedung tinggi tapi lupa memperlebar saluran air di bawahnya. Air tidak bisa mengalir, macet, dan akhirnya meluap ke jalan. Sampah bertumpuk di sungai, kali, tepian jalan, siapa yang melakukannya? Hujan?" Saya memilih mengajari diri sendiri untuk lebih peka dan peduli terhadap sekitar. Kemanapun saya pergi selalu ada kantung kresek dalam tas, untuk membuang sampah yang saya hasilkan, alih-alih sampah itu saya buang ke tepi jalan atau di dalam kendaraan umum. Setidaknya, itulah hal paling sederhana yang dapat saya lakukan agar saya dapat lebih menikmati keberkahan yang dibawa oleh setiap tetes air hujan. Bagaimana dengan anda? Hujan-hujanan, Yuk :-) Hujan selalu membuat saya ingin menuliskannya, seperti dalam postingan di sini. "Tak perlu kau tanya seberapa banyak rindu yang kupunya. Lihatlah keluar jendela, hitung berapa jumlah tetesan hujan yang jatuh, sebanyak itulah kumerindumu." ~Lygia Pecanduhujan~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun