Mohon tunggu...
Lygia Pecanduhujan
Lygia Pecanduhujan Mohon Tunggu... Penulis - Creative Writer, influencer, Blogger, Content Contributor, Social Worker, Backpacker, Founder Digiefood Indonesia, Founder of Baklavanesia

Bookografi A Cup of Tea for Single Mom (Stiletto Books, 2010), A Cup of Tea for Complicated Relationship (Stiletto Books, 2011), Storycake for Ramadhan (Gramedia Pustaka Utama, 2011), Emak Gokil, the Anthology (Rumah Ide, 2011), For the Love of Mom, the Anthology (2011), Storycake for Amazing Mom, the Anthology (Gramedia Pustaka Utama, 2011), Hot Chocolate for Broken Heart (Cahaya Atma Pustaka, 2012), Hot Chocolate for Dreamers (Cahaya Atma Pustaka, 2012), Storycake for Backpackers (Gramedia Pustaka Utama, 2013), Balotelli versus Zlatan (Grasindo, 2013), Jurus 100% Pensiun Kaya (Bisnis Sapi) with Raimy Sofyan (Grasindo, 2014), Ronaldo versus Messi, duet with Astri Novia (Grasindo, 2014), World Cup Attack (Grasindo, 2014), AC Milan versus Inter Milan (Grasindo, 2014), Van Persie versus Luiz Suarez (Grasindo, 2014), 101 Kisah Cinta Sepanjang Masa (Grasindo, 2014), As Creative as Steve Jobs (Grasindo, 2014), Peluk ia Untukku (ghostwriter) (Grasindo, 2014), Peruntungan Cinta Menurut Zodiak & Shio di Tahun Kambing 2015 (Menggunakan nama pena: Tria Astari, Penerbit Grasindo, 2015), 50 Ritual Malam Miliader Dunia bersama Honey Miftahuljannah (Grasindo, 2015)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Heboh Penemuan Mayat Bayi, Kemana Hati Nurani?

13 Januari 2014   14:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1389598470806089760

Sesosok bayi ditemukan tak bernyawa, menyangkut pada batu di sungai Cikapundung. Mayat bayi tersebut ditemukan oleh seorang warga yang kebetulan sedang berjalan-jalan di sekitar sungai. Akhirnya warga di sekitar RT 02, Cikapundung, Bandung beramai-ramai berusaha mengangkatnya, meski aliran air sungai cukup deras, mengingat hujan yang tak henti turun sejak kemarin.

Mayat bayi yang akhirnya diketahui berjenis kelamin laki-laki itu dalam keadaan telanjang, masih lengkap dengan ari-arinya yang menempel. Sekujur tubuhnya memerah, diduga karena terkena benturan bebatuan yang ada di sungai tersebut. Saat ini, kabarnya mayat bayi tersebut sudah dievakuasi ke rumah sakit Sartika Asih untuk divisum dan dilakukan penyelidikan lebih lanjut. Sungguh, berita ini membuat saya menangis seketika. Saya memang tak mengenalnya, pun tidak memiliki kepentingan apapun dengan berita ini, namun saya yakin siapapun ibu yang baik di dunia ini pastinya juga akan mengalami hal yang sama dengan saya ketika melihat dan mendengar berita ini. Sungguh biadab dan tak berkeprimanusiaan! Heboh penemuan mayat bayi di sungai Cikapundung rupanya bukan pertama kali ini terjadi. Karena rasa penasaran dan emosi yang tinggi, saya mencoba menelusuri lewat mesin pencarian google dan menemukan beberapa berita yang nyaris serupa. Pada 24 Juni 2004, ditemukan mayat bayi laki-laki mengapung di sungai Cikapundung. Beritanya saya temukan di liputan6.com, di mana masih di artikel yang sama saya membaca bahwa bulan Maret masih di tahun yang sama, mayat bayi perempuan ditemukan mengapung di sungai Citepus, Bandung. Tercatat pula pada sebuah berita di DetikNews tertanggal 22 September 2013, mayat bayi laki-laki ditemukan mengambang di aliran sungai Cikapundung. Diduga bayi ini merupakan hasil aborsi karena diperkirakan masih berusia enam bulan dalam kandungan. Saya yakin, masih sangat banyak berita serupa yang bisa kita temui dari berbagai media, tentu kita sering membaca tentang ditemukannya mayat bayi di dalam toilet, di tepi hutan, di kebun hingga di dalam tong sampah. Saya hanya ingin bertanya, ada di mana hati nurani sang Ibu pembuang bayi itu? Ya Allah, mereka, bayi-bayi itu sungguh tak memiliki dosa apapun padamu, Ibu. Mengapa kau biarkan dirimu dirasuki bisikan iblis tak berhati, hingga mampu membuang tubuh-tubuh mungil itu begitu saja, bagai membuang sampah menjijikkan yang tak hendak kau lihat lagi? Bagimu, Ibu dan Ayah tak berhati nurani, izinkan saya mempersembahkan puisi sederhana ini, atas nama mereka yang telah kalian khianati keberadaannya.

Apa Salahku ?

Apa salah dan dosamu, Nak … Ketika engkau diturunkan ke dunia Dititipkan kepada sepasang manusia yang kelak kau sebut ayah dan ibu Maut mengintai setiap waktu terhitung sejak detik pertama kau ada Kehadiran yang tak diterima hingga ingin dienyahkan dari ada Hingga biru lebam tubuhmu ketika siksaan demi siksaan mampir Ke tubuh mungilmu yang ringkih

Apa salah dan dosamu, Nak .. Ketika rautmu yang lugu menyiratkan kemanisan Harus tersentak oleh ribuan maki tersembur dari mulut busuk malaikat penjagamu Hingga tangis teredam seketika oleh deraan siksa yang tak mampu tertahan Oleh raga halusmu yang bahkan belum mampu tegak sempurna

( Apa salah dan dosaku, ayah…ibu…… Ketika kerasnya hidup membuatmu menjadi seperti iblis tak berhati Memaksaku menjeritkan kepedihan di saat semestinya aku tertawa riang Ketika ayah pergi meninggalkan kita, atau ibu tertawa bersama lelaki lain Ketika hidup tak lagi sempurna Ketika orangorang berpaling menyumpahimu seribu kata maki Ketika..ketika..dan ketika… Lalu….. Mengapa AKU?!

Mengapa kau kandung aku dulu jika hanya untuk kau lahirkan ke dunia

Lantas kau lempar begitu saja ke mana kau suka??

MENGAPA KAU BEGITU MEMBENCIKU? )

PS : kuserahkan seluruh lebam dan luka ini sebagai tanda baktiku padamu, ayah dan ibu….

( Timur Bandung, 24 Juni 2010 )

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun