Di malam yang sunyi, disuasana yang sepi dan terasa rintik hujan pun turun. Hiduplah seorang anak yang bernama Adi. Adi sedang merenung karena ayahnya menderita suatu penyakit. Ayahnya tidak bisa bekerja dan tidak bisa mencukupi ekonomi keluarganya. Adi adalah anak laki-laki sulung dari 7 bersaudara. setiap harinya pemikiran Adi selalu tentang kondisi ekonomi keluarganya.
Waktu terus berjalan, Adi melihat semakin lama ekonomi keluarganya kian terpuruk. Akibatnya kondisi mental dan batinnya Adi terganggu. Saat pulang sekolah, Adı melihat terdapat papan tulisan lowongan pekerjaan sebagai kuli bangunan. Adı tertarik karena ingin bekerja. Sesampainya dirumah, Adi langsung menceritakan informasi tersebut ke ibunya.
"Bu, aku ingin sekali bekerja." Ujar Adı yang tadi melihat papan informasi lowongan pekerjaan.
Ibu menegaskan. "Usia kamu terlalu kecil untuk bekerja, Nak."
Jawab Adı yang menjelaskan dengan terburu-buru. "Tapi Bu, aku ingin sekali membantu perekonomian keluarga kita."
"Ibu khawatir dengan masa depan kamu, Nak." Ujar ibu dengan wajah prihatin.
"Aku sudah yakın bu dengan segala konsekuensinya, aku rela tidak sekolah tapi adik-adiktu harus tetap sekolah." Ucap Adı dengan mimik sedih.
"Ibu izinkan aku mengambil keputusan ini kan?." Tanya Adı dengan rasa takut.
Ibu menjawab dengan suara menahan tangis. "Ibu izinkan, Nak... ."
"Terimakasih bu telah mengizinkan Adı untuk bekerja." Dengan raut wajah Adi ceria.
Keesokan harinya, ditemani merdunya suara burung terlihat matahari telah menunjukkan jati dirinya. Adı mulai berangkat sekolah untuk yang terakhir kalinya. Suasana pun menjadi sedih dan hening saat Adi berpamitan dengan semua guru dan teman-temannya. Saat bel pulang sekolah berdengung keras, Adı langsung menuju ke tempat lowongan pekerjaan yang kemarin ia jumpai.
"Permisi pak,saya ingin melamar kerja disini." Tanya Adi dengan raut wajah tegang.
"Kamu yakin ingin bekerja disini, pekerjaan ini umumnya dilakukan untuk orang dewasa." Tegas Pak Ridwan dengan raut wajah ragu.
Jawab Adi dengan gelisah. "Tetapi saya ingin bekerja untuk membantu ekonomi keluarga, Pak."
"kalau kamu yakin besok pagi segera datang kesini."Jawab Pak Ridwan.
"Terimakasih, Pak." Ujar Adı dengan perasaan gembira.
"Sama-sama."
Pagi yang cerah ketika matahari memancarkan sinarnya dari arah timur dunia. Adi bergegas ke tempat kerja kemarin. Disana Adı mulai bekerja sebegitu telatennya. Adi bekerja setiap harinya dari pagi hingga sore. Rasa lelah hanya begitu terlewat saja. Hingga 3 bulan lamanya ia bekerja, Adi bisa mencukupi ekonomi keluarganya dan mampu menyekolahkan 4 adiknya sekaligus.
Pada bulan ke 4 saat ia hendak berangkat kerja. Tiba-tiba ada sebuah mobil yang kencang menabrak Adı hingga terluka parah. Tangan Adı keseleo dan memar diseluruh tubuhnya. Akibatnya ia tidak bisa bekerja selama berminggu-minggu. Pak Ridwan curiga kenapa Adı tidak pernah masuk kerja. Sehingga ia berinisiatif untuk mengunjungi rumah Adı.
Langit biru dengan kabut tipis menghiasi langit, sinar matahari belum tampak. Adı terbangun dan melihat kondisi lukanya tidak kunjung membaik. Pada waktu yang bersamaan terdengar suara ketokan pintu yang begitu teras.
"Assalamualaikum wr.wb." Pak Ridwan dengan mengetok pintu.
Jawab Ibu. "Oh Pak Ridwan bos nya Adi ya."
"Iya bu, saya bos nya Adı."
"Silahkan masuk, Pak." Jawab Ibu dengan mempersilahkan duduk.
"Dengan tujuan apa anda datang kesini, Pak." Tanya Ibu.
Jawab Pak Ridwan. "Saya ingin bertemu dengan Adi, Bu. Karena Adi sudah lama tidak masuk kerja, saya khawatir jika Adı terjadi apa-apa."
"Mohon maaf sebelumnya, Adi sudah lama tidak bekerja karena tertabrak mobil. Saya ingin menghubungi bapak tetapi terkendala oleh handphone Adi yang rusak." Ujar Ibu.
Tanya Pak Ridwan. "Apakah boleh saya melihat kondisi Adi sekarang?."
"Boleh Pak, mari saya antar." Jawab Ibu.
Tanya Pak Ridwan. "Bagiamana keadaan kamu, Adı?."
"Keadaan saya sudah baik, Pak. Tetapi tangan saya yang keseleo tidak sembuh karena belum dioperasi." Jawab Adi dengan memperlihatkan kondisi lukanya.
"Kenapa kamu tidak segera mengambil tindakan operasi." Tanya Pak Ridwan.
Jawab Adı dengan ragu. "Karena saya tidak mempunyai biaya yang cukup, Pak."
"Saya antarkan kamu kerumah sakit, tidak perlu memikirkan biaya semua saya tanggung." Ujar Pak Ridwan.
Jawab Adi dengan terharu. "Terimakasih banyak, Pak."
"Sama-sama Adı."
Setelah Adi menjalankan operasi, beberapa bulan luka tersebut sudah sembuh. Adı bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Suasana sejuk menyambut panasnya mentari. Hari pertama Adi berangkat kerja setelah sekian lamanya Adi hanya berbaring setiap paginya. Dengan penuh semangat Adi bergegas menuju ke tempat kerjanya.
"Assalamualaikum Pak Ridwan, saya sudah pulih dan siap bekerja disini." Ujar Adı dengan raut wajah gembira.
"Wassalamualaikum Adi, saya senang kamu sudah bekerja lagi." Jawab Pak Ridwan.
"Adi saya ingin berbicara serius dengan kamu."
"Dari dulu saya melihat kamu hatinya sangat tulus dan rela putus sekolah demi menghidupi keluarga kamu. Saya bangga dengan kamu. Saya ingin membantu kamu agar tidak perlu bekerja, cukup lanjutkan sekolah dan biayanya semua saya yang tanggung. Apakah kamu bersedia menerima tawaran ini Adi?." Tanya Pak Ridwan.
Jawab Adı dengan bahagia. "Dengan senang hati saya menerima tawaran dari bapak."