Bermula dari ajakan seniorku liburan ke rumahnya di Dieng saat kami mengobrol santai di teras basecamp. Akhirnya kami menyetujui mengisi liburan hari raya Idul Adha tahun 2021 lalu dengan melakukan trip bersama ke rumahnya. Personil trip kali ini berjumlah sebelas orang, enam perempuan dan lima laki-laki. Karena beberapa dari kami tidak memiliki motor, jadi harus diatur pasangan boncengan tiap motor.
 Meskipun jalan raya ke Dieng beraspal bagus, tetapi tidak sembarang motor bisa berkendara ke sana. Dieng berada di dataran tinggi, sehingga motor yang kami gunakan harus dalam keadaan prima. Kami memang sangat antusias dengan trip kali ini terutama dua orang tamu dari Lampung dan seorang perempuan dari Aceh yang selama beberapa pekan sudah menginap di basecamp.
Kami berangkat sehari sebelum hari raya. Dari Semarang, kami berdelapan berangkat lebih dulu, sedangkan tiga perempuan dari kami berangkat sore hari karena ada urusan. Aku ikut berangkat yang siang harinya.
Perjalanan dengan Vespa yang Tidak Mudah
Waktu itu perjalanan ke Dieng tidak selalu mulus. Belum satu jam perjalanan, sesudah melewati Boja, vespa yang dikendarai Bang Akmal dan Bang Anam mogok. Aku yang ada di belakang mereka ikut berhenti dan menghampiri. Aku menghubungi teman-teman lainnya yang sudah di depan meminta mereka menunggu. Untungnya setelah beberapa menit vespa itu bisa menyala kembali setelah diotak-atik oleh pemiliknya. Kami pun segera menyusul teman-teman yang lain.
Baru beberapa menit setelah melewati Curug Sewu, tepatnya di jalan berkelok-kelok tajam Patean-Boja, Ferdian si tuan rumah yang membonceng Kadek tiba-tiba terjatuh di jalan menikung. Kami semua ikut berhenti dan membantu mereka. Syukurlah tidak ada yang terluka parah, hanya saja spion motor Ferdian copot satu.
Motor kami kembali melaju memasuki daerah Tambi, kaki Gunung Sindoro. Jalanan semakin menanjak, mesin motor harus semakin keras bekerja. Sambil terus berpegangan jok, aku menikmati pemandangan kanan dan kiri jalan yang berupa hamparan kebun tembakau dan Gunung Sindoro yang megah. Hawa dingin juga sudah mulai menerpa kulit, terasa begitu sejuk.
Perjalanan dengan Medan Menanjak
Sesudah melewati Tambi, kami memasuki jalanan Kejajar. Sejauh ini cukup lancar hingga kami kembali melewati jalanan yang mulai menanjak lagi. Vespa Bang Anam sudah tidak kuat lagi kalau dibuat boncengan, juga motor yang kunaiki. Terpaksa aku dan Bang Anam turun dan jalan kaki dulu.
Namun sebelum kami berjalan jauh, kebetulan ada mobil bak lewat di depan kami dan menawarkan tumpangan. Wah, kami senang sekali. Akhirnya kami yang semula diboncengin ikut menumpang mobil bak semua. Di atas mobil bak, Bang Anam berteriak kegirangan sambil membuat video, kami pun ikut tertawa bahagia dan melambai ke kamera.
Mampir di Tuk Bimalukar
Mobil kemudian berhenti di depan sebuah bangunan tinggi berundak yang bertuliskan 'Tuk Bimalukar'. Kami pun turun dari mobil, rupanya teman-teman kami sudah menunggu di sana.