Mohon tunggu...
Lya Elyawati
Lya Elyawati Mohon Tunggu... Lainnya - Pemula
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Semoga Bermafaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Konsep dan Karakteristik Kurikulum di Indonesia dengan Kurikulum di Korea Selatan, oleh: Lya Elyawati

18 Februari 2021   13:16 Diperbarui: 18 Februari 2021   13:32 2516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Kurikulum adalah kumpulan rencana, tujuan, materi pembelajaran, dan bahkan cara mengajar yang digunakan sebagai pedoman oleh para pengajar demi tercapainya tujuan akhir pembelajaran. Jika ditinjau dari segi istilah, kata kurikulum dapat diartikan sebagai suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari agar dia bisa mendapatkan medali atau penghargaan lainnya. Kemudian, hal tersebut diadaptasi ke dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari atau ditempuh oleh seorang peserta didik demi mendapatkan ijazah sebagai penghargaannya.  

            Sebagai rangkaian rencana demi terwujudnya tujuan pendidikan, tentu kurikulum memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai fungsi penyesuaian, fungsi integrasi, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, dungsi pemlihan, dan fungsi diagnostik. Selain itu peserta didik juga diharapkan mendapatkan pengalaman baru yang bisa saja menjadi bekal di kehidupannya nanti. Tujuan utama kurikulum adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat menjadi pribadi serta warga negara yang kreatif, inovatif, beriman, dan juga afektif ketika dia berada pada lingkungan masyarakat kelak. kurikulum juga bertujuan untuk mendidik dan membimbing peserta didik agar dapat berkontribusi secara positif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.  

            Konsep kurikulum semakin terus berkembang dan bervariasi seiring perkembangan zaman serta perkembangan teori dan praktiknya. Kurikulum sebagai substansi dianggap sebagai suatu rencana kegiatan belajar yang dilakukan siswa di sekolah. Kurikulum juga dianggap sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum juga dapat diartikan sebagai suatu dokumen yang merumuskan tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar dan mengajar, jadwal, serta evaluasi. Kurikulum sebagai sistem yang berlaku dalam kurikulum terdiri dari struktur personalia dan prosedur kerja tentang cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, serta menyempurnakannya. Hasil dari sistem tersebut adalah tersusunnya suatu kurikulum yang sesuai. Adapun fungsi dari sistem tersebut adalah untuk memelihara kurikulum yang tengah atau akan diterapkan agar tetap dinamis. Dan kurikulum sebagai bidang studi Kurikulum sebagai bidang studi memiliki tujuan untuk mengembangkan ilmu tentang kurikulum beserta sistemnya.  

            Sedangkan konsep kurikulum Negara Korea Selatan mengimplementasikan kurikulum pendidikan dengan menekankan pada pemberian bekal kompetensi untuk dunia kerja dan mempersiapkan pengetahuan dan keterampilan untuk melanjutkan kejenjang berikutnya. Baik sekolah negeri dan swasta memilikikurikulum yangrelatifsama, yaitu lebih banyak mengajarkan kemandirian, kreatifitas dan bersosialisasi dengan lingkungan. Mengajarkan tentang kehidupan sehari-haridan perkembangan ipteks.Tingkat satuan pendidikan yang terdiri dari sekolah, guru, dan komite sekolah, diberikan kewenangan oleh pemerintah untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi yang ada dilingkungannya, kurikulum ini disebut KTSP. Kurikulum di Korea Selatan tidak menekankan sisi keyakinan atau keagamaan. (Kim, 2012)

            Sekolah diberi keleluasaan untuk menambah kurikulum lokalsesuai minat siswa dan kondisi wilayah masing-masing, dengan pilihan kurikulum lokal yang diarahkan kepada masalah: Pertanian, Perikanan, dan Teknologi, yang mampu membawa siswa untuk memiliki kreatifitas terutama untuk kehidupannya. Untuk kasus kurikulummuatan lokal implementasinya sangat berbeda dengan Indonesia, yang rata-rata memasukkan kurikulum lokal yang " tidak" langsung berhubungan dengan pemenuhan harkat hidup siswa, seperti kurikulum lokal hanya terbatas pada bahasa daerah/bahasa asing, seni dan lain-lain, yang tidak atas dasar keinginan siswa dan kondisi daerah setempat.

            Pendidikan dasar di Korea Selatan : untuk Siswa kelas 1 dan 2 mempelajari bahasa Korea, matematika empat jam pelajaran dalam seminggu, sains, ilmu sosial, seni, dan bahasa Inggris, sedangkan kelas 3 hingga 6 ditambah pendidikan moral, seni praktis, dan musik. Guru kelas (wali kelas) yang mengajar sebagian besar mata pelajaran, kecuali bahasa asing dan olahraga.Sekolah menengah disebut junghakgyo, melaksanakan enam pelajaran sehari, kurikulum sekolah menengah tidak berbeda jauh dari sekolah dasar. Matematika, Bahasa Inggris, bahasa Korea, studi sosial, dan ilmu pengetahuan membentuk mata pelajaran inti, dengan siswa juga menerima instruksi dalam musik, seni, PE, sejarah, etika, ekonomi rumah, teknologi, dan Hanja. Pada prinsipnya, semua siswa di tahun pertama (kelas 10) mengikuti kurikulum umum nasional. Dalam tahun kedua dan ketiga (kelas 11 dan 12). siswa akan mendapatkan kursus yang relevan dengan spesialisasi mereka. Dalam beberapa program, siswa dapat berpartisipasi dalam pelatihan kerja melalui kerjasama antara sekolah dan pengusaha lokal.

            Karakteristik kurikulum di Indonesia pada kurikulum 1994 yaitu Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan, pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi), kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar, dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan, dan dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

            Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memiliki karakteristik yaitu menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagamaan. penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukatif, dan penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

            Karekteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta sistem penilaian. Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi, kepemimpinan yang demokratis dan professional, serta tim kerja yang kompak dan transparan.

            Karakteristik kurikulum 2013 yaitu penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan peluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan appa yang dihasilkan.

     Karakteristik Kurikulum di Korea Selatan dilaksanakan dalam beberapa jenjang, yaitu jenjang pendidikan primer (primary education), pendidikan sekunder (secondary education), dan pendidikan tinggi (high education). Pendidikan primer di Korea Selatan diwajibkan untuk anak-anak berusia 6 sampai 14 tahun. Pada jenjang pendidikan primer ini, prosesnya dilaksanakan di taman kanak-kanak dan sekolah dasar, pendidikan sekunder di Korea selatan idealnya dilaksanakan selama 6 tahun, yaitu 3 tahun di sekolah menengah (setara dengan SMP di Indonesia) dan sekolah atas (setara dengan SMA di Indonesia). Pada jenjang pendidikan sekunder ini, prosesnya dilaksanakan sekolah-sekolah kejuruan (setara dengan SMK di Indonesia). Selain itu, pada usia-usia sekolah menengah dan sekolah tinggi ini, anak-anak Korea Selatan melaksanakan beberapa pendidikan tambahan, yaitu melalui kegiatan kursus-kursus tertentu, pendidikan tinggi di Korea Selatan dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan perkuliahan di beberapa perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta yang jumlahnya sekitar 330 perguruan tinggi. Adapun beberapa perguruan tinggi yang terkemuka di Korea Selatan antara lain Universitas Korea (Korea University), Universitas Nasional Seoul (Seoul National University), Universitas Ewha (Ewha Women's University), dan Universitas Yonsei (Yonsei University).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun