Tidak menutup kemungkinan konsepsi katuju dek urang adalah "ikut merayakan perbedaan tersebut" (Keuwel, 2017). Pasalnya falsafah lamak dek awak katuju dek urang adalah interpretasi hakikat tertinggi pada matra toleransi. Yang mana diri sendiri tidak sekedar ikut merasakan dan empati terhadap perbedaan, juga merayakan perbedaan yang ada pada orang lain.
Falsafah lamak dek awak katuju dek urang adalah ungkapan yang sangat bijaksana agar konflik atas perbedaan rasial tidak mencuat ke permukaan. Agaknya dapat dikatakan sebagai ungkapan antisipasi untuk mencegah konflik rasial dan merawat keberagaman. Falsafah ini sebagai kontiunitas atas firman tuhan yang mengehendaki keragaman itu sendiri. Penulis memandang keragaman sebagai hal yang inheren dalam kehidupan manusia.
Oleh karenanya merawat keberagaman diperlukan pemahaman antara masyarakat terhadap perbedaan yang terdapat pada masyarakat yang lain. Â Dibutuhkan kesadaran bersama menghidupkan dan menerjemahkan lebih luas diskursus falsafah lamak dek awak katuju dek urang dalam berbagai dimensi ruang dan waktu.
Falsafah lamak dek awak katuju dek urang ditilik dngan kacamata spritualitas adalah spritualitas garam yang memengaruhi tanpa warna namun memberikan asin yang efektif, memberikan jalan keluar tentang persoalan rasial yang kerap menimbulkan konflik. Spritualitas garam terhadap keragaman berarti menjadi manusia beriman yang mampu larut dalam berbagai pebedaan yang ada di tegah masyarakat,"dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung.