Makna secara harfiahnya, tidak akan pernah hidup perapian apabila kayu disusun rapi. Makna tersiratnya, manusia  dengan keragaman serta keunikannya masing-masing, harus mau menceburkan diri dalam tatanan yang disebut dengan masyarakat.Â
Tidak sampai di situ, sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri dituntut ikut serta memberikan pandangan dan peran dalam masyarakat.
Justru dengan tidak adanya silang pemikiran dan dinamika itulah yang membuat kelompok masyarakat menjadi stagnan. Yang diharapkan falsafah tersebut adalah, manusia mencurahkan pemikirannya di mana dia berada, meskipun berbeda satu sama lain.Â
Karena dengan perbedaan tersebut muncul pandangan-pandangan baru untuk kemajuan.Â
Benang merahnya adalah, "disinan api mangkonyo hiduik". Dari berbagai pandangan yang lahir dapatlah solusi, kemudian timbul semangat untuk bergerak mencapai cita-cita bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H