Mohon tunggu...
Luqman Kumara
Luqman Kumara Mohon Tunggu... -

Aku pria simple, dan tidak macem macem. Hidup yang lurus lurus, Jujur dan setia. baik dan bijaksana, Mapan dan bersahaja Sehat dan jauh dari narkoba. Ku mencari seorang gadis, yang cantik juga manis. Rambut panjang dan lurus, penyayang dan setia. Sabar dan sederhana, menerima apa adanya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mata Air = Air Mata ????

11 Januari 2010   06:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:31 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak mata air di desa-desa kaki pegunungan saat ini yang jadi penyebab banjirnya air mata penduduk di sekitar mata air itu berada. Sawah, sumur, selokan, kolam, sungai yang dahulunya menyediakan atau mengalirkan air nan bening tanpa henti saat ini kering di musim kemarau padahal keberadaannya tidak jauh dari sumber mata air. Eksploitasi berlebihan oleh berbagai industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) adalah salah satu penyebab pasti rusaknya lingkungan tersebut walaupun berbagai macam dalih dilontarkan berbagai pihak yang merasa berkepentingan dalam menangkis tudingan itu dengan menyatakan bahwa pengambilan air sudah sesuai dengan aturan dan sebagainya tetapi fakta dan realita di lapangan tetap tidak bisa terbantahkan bahwa penyebabnya adalah kehadiran mereka.

Sudah sangat banyak tulisan dan berita yang isinya menyuarakan keprihatinan ini seperti yang bisa dibaca pada link-link berikut ini :

  1. http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/12/01332273/merebut.air.merampas.hidup
  2. http://www.hupelita.com/baca.php?id=12142
  3. http://umum.kompasiana.com/2008/10/22/kita-dipaksa-sangat-tergantung-pada-air-kemasan/
  4. http://www.asiacalling.org/index.php?option=com_content&view=article&id=925%3Aaqua-dries-up-farmers-wells-in-indonesia&catid=1%3Aindonesia&Itemid=18&lang=in

Memang kalau dalam tayangan iklannya, beberapa produsen AMDK ini seolah-olah peduli terhadap lingkungan dan masyarakat tetapi kenyataannya memang 'peduli' untuk suatu tempat yang sudah rusak melalui program-program CSRnya atau program lainnya tetapi merusak lebih parah di tempat lain yang masih baik. Untuk perusahaan AMDK yang kepemilikannya sebagian besar adalah modal asing tentunya bisa saja lebih tidak peduli terhadap efek yang ditimbulkan industrinya karena bagi mereka kalau suatu lokasi sudah tidak menguntungkan lagi dari sisi bisnis untuk dieksploitasi maka tinggal pindah saja mencari lokasi lain yang bisa dieksploitasi lebih lanjut sedangkan efek yang ditinggalkan tidak menjadi perhatian mereka dan akhirnya menjadi penderitaan berkepanjangan penduduk setempat yang akan menguras habis air mata masyarakat setelah mata air disana terkuras habis.

Industri yang sudah jadi dan berdiri tentu pada kenyataannya sulit untuk dikendalikan, mereka akan dilindungi secara ketat oleh berbagai pihak dari berbagai kalangan yang merasakan keuntungan secara pribadi mulai dari oknum aparat sampai 'preman' dari kalangan masyarakat itu sendiri yang sudah kokoh eksistensinya bergentayangan menebar ancaman dan opini serta akan membungkam suara masyarakat secara halus maupun kasar. Untuk mengendalikan industri yang sudah ada, tidak ada cara lain kecuali dengan kepemimpinan yang kuat dan berani dari Kepala Daerahnya, siap bila diri dan keluarganya menjadi sasaran teror, ancaman, santet, kriminalisasi atau bahkan sasaran pembunuhan.

Ah tapi masih jauh rupanya di negeri ini mendapatkan pemimpin yang seperti itu, siap menandatangani'kontrak mati' saat pencalonannya bukan hanya sekedar 'kontrak politik' yang kadangkala juga dihindari, memang tetap diyakini masih ada orang yang berani berkorban seperti itu namun mungkin belum mendapatkan kesempatan untuk memimpin masyarakat karena kebodohan masyarakat itu sendiri dalam memilih pemimpinnya.

Hal yang bisa dilakukan saat ini oleh masyarakat dan komunitas peduli lingkungan adalah tindakan pencegahan meluasnya kerusakan ke sumber mata air di daerah lain akibat eksploitasi yang tidak terkendali ini. Tindakan dalam rangka pencegahan yang perlu dilakukan adalah dengan pendekatan dan memberikan edukasi kepada tokoh-tokoh masyarakat yang masih 'lurus' dan masih memiliki pengaruh yang cukup kuat pada masyarakat.

Edukasi ini harus meliputi pemahaman mengenai pentingnya kesadaran terhadap terpeliharanya lingkungan hidup dan pentingnya memilih pemimpin yang lurus dan tepat minimal pada tingkat desa yang masih menggunakan sistem pemilihan langsung. Selanjutnya bersama-sama dengan tokoh masyarakat, komunitas peduli lingkungan ini melanjutkan pemahaman-pemahaman ini kepada seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat yang sudah cerdas ini kemudian bila dipimpin oleh seorang pimpinan daerah semisal Kepala Desa yang kuat kepemimpinannya dan 'lurus'diharapkan akan dapat mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan mata air dan lingkungan sekitarnya serta hal-hal buruk lainnya. Mereka secara bersama-sama akan menjadi kekuatan yang tangguh dalam menolak segala bentuk kegiatan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan walaupun ada intervensi dari struktur pemerintahan di atasnya.

Oleh karenanya yang diperlukan saat ini adalah suatu gerakan sosial yang memberikan edukasi lingkungan dan politik secara terintegrasi atau bahkan kalau perlu sekaligus dengan edukasi ekonomi kepada masyarakat sehingga mereka menjadi cerdas dan kritis dalam menghadapi setiap persoalan di daerahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun