Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister -

menulis agar difahami, menulis agar tetap hidup, menulis agar merdeka, menulis agar abadi. berbicara agar didengar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Malang Sebagai Kota Parkir

2 September 2016   08:59 Diperbarui: 19 Juli 2017   20:11 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: dialektika.net

Malang kota sejuk dan dingin, terlebih ketika memasuki musim pancaroba pada siang terasa sangat panas dan malam terasa sangat dingin, dengan angin kencang membuat murung dan takut para jomblo untuk keluar malam walau hanya sekedar Ngopi, dan tak kalah yang membuat murung adalah tukang parkir yang menjamur di setiap warung, toko, depan ATM, bahkan di depan toko fotocopy yang hanya sekedar ingin Fotocopy KTP yang habisnya Rp. 500,- harus membayar parkir yang lebih mahal yakni 2000 rupiah.

Tingginya jumlah pendatang di kota malang membuat banyak peluang bisnis yang menjanjikan, ya salah satunya tukang parkir, yang hanya duduk , pritt, pritt.. Dapet duit 2000.0. Hitunglah paling sedikit nunggu 50 kendaraan motor di kali 2000.0 sudah dapat 100.000 dan pastinya lebih dari 50 kendaraan dalam satu hari 

Saya pernah melakukan penelitian mengenai pendapatan tukang parkir pada tahun 2012 di alun-alun kota malang (sebelah timur) sebelum di renovasi seperti sekarang dimana dulu kendaraan diparkir di area alun-alun, di area tersebut di kelola oleh satu keluarga meliputi ibu, 2 anak laki-laki dan beberapa keponakan yang ikut membantu shif mereka antara jam 07.00 sampai jam 16.00 sore hari setelah itu di gantikan oleh orang lain. 

Pendapatan mereka sungguh fantastis yakni sedikitnya 1.000.000 pada hari normal. Dan ketika hari libur serta ada event, penghasilan mereka mencapai lebih dari 1.500.0000! Dan sering kali mereka tidak menggunakan karcis yang telah disediakan pemkot sehingga pengelola tersebut tidak memberikan kontribusi pada pemerintah kota. Sungguh ironis!

Hasil observasi di atas hanyalah salah satu dari ratusan tempat di kota malang yang di jamuri para juru parkir ilegal!, seharusnya tingginya kasus juru parkir ilegal tersebut di tanggapi pemerintah kota, karena pendapatan tersebut tidaklah kecil dan bahkan jika di kalkulasi mencapai puluhan juta perhari.

Selain parkir tersebut ilegal, yang lebih menjengkelkan ialah para juru parkir tersebut tidak mau menyebrangkan pengendara yang telah membayar jasa parkir, walaupun parkirnya hanya hitungan menit. Akan tetapi rasa jengkel tersebut tidaklah penting, ada yang lebih penting dari  sekedar rasa jengkel tersebut yakni bagaimana pemkot bisa mengelola jasa perkir tersebut menjadi pendapatan retribusi yang bisa membantu pembangaunan infrastruktur kota malang

Pesan saya untuk pemerintah kota Malang khususnya agar bisa membuat perda mengenai parkir karena mengingat pendapatan retribusi besar yang terabaikan dan membuat resah masyarakat oleh adanya juru parkir ilegal. Serta untuk masyarakat, harus cerdas dan tegas terhadap juru parkir ilegal ketika mereka meminta uang parkir anda harus meminta pula karcis parkir resmi dari pemerintah, bukan kartu parkir yang usang dan tidak resmi, karena jika kita mengacuhkan perbuatan juru parkir tersebut sama saja kita mendukung adanya pungutan liar dan pelanggaran terhadap hukum.

#savedaritukangparkir
#tukangparkir
#malangkotaparkir
#malangkota
#cityofarema
#parkirgratis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun