Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister -

menulis agar difahami, menulis agar tetap hidup, menulis agar merdeka, menulis agar abadi. berbicara agar didengar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Saya Masih Cupu dan Sering Salah dalam Berdoa

1 September 2016   22:10 Diperbarui: 1 September 2016   22:43 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Seringkali saya pribadi merasakan segala kebutuhan dan segala keinginan sudah terpenuhi, seperti ingin memiliki gadget terbaru dengan susah payah pada akhirnya bisa terbeli, ingin menikmati makan istimewa selalu bisa menikmatinya, ingin piknik ke suatu tempat bisa terlaksana

 Akan tetapi kenapa hidup saya masih kurang bahagia? Apa yang kurang? Segala sesuatu  terpenuhi tapi hati masih merasa kurang dan segala kesenangan itu sekana tiada arti. Jelas ada yang salah dengan diri saya, dan saya rasa tidak hanya saya yang merasakan akan tetapi orang lain-pun sangan mungkin merasakan hal yang demikian.

Setelah introfeksi dan merenungkan apa yang terjadi dengan diri saya, akhirnya saya menemukan beberapa hal. Pertama, ternyata saya kurang bersyukur dengan segala nikmat yang sedang allah titipkan kepada saya, saya selelu melihat ke atas, melihat bahwa masih ada orang yang lebuh nikmat dari saya sehingga diri ini ingin terus memenuhi hasrat nafsu jiawa yang merubah suatu keinginan menjadi kebutuhan dan kebutuhan diabaikan menjadi sebuah keinginan dan tidak pernah melihat mereka yang kebih susah dari saya, oh.. Saya sangat bodoh!

Kedua, ternyata selama ini saya menikmati semua ini dengan kesendirian, hanya diri sendiri yang di utamakan tidak pernah melibatkan orang lain dalam semua kesengan dalam hidup saya baik yang kecil maupun besar, saya lupa bahwa melihat orang lain senang karena diri kita akan membuat kita merasa lebih senang dari pada orang tersebut, sesuatu yang hidup yang bisa membahagiakan kita bukan sesuatu yang mati.

Ketiga, merasa khawatir akan sesuatu yang belum tentu terjadi, selalu menerka-nerka nasib  diri sendiri untuk waktu yang akan terjadi, padhal hal tersebuat adalah wewenang tuhan, kita terlalu bersu'udzhon terhadap diri kita sampai memarjinalkan kuasa tuhan. Ternyata kita memasuki ranah kekuasaan tuhan sehingga hati tidak tenang.

Keempat, tidak memasrahakan diri sepenuhnya  kepada tuhan, sehingga hati tidak tenang dan gundah, saya lupa bahwa tuhan mengetahui yang terbaik untuk diri kita, belum tentu yang kita minta baik untuk kita,, ya allah.. Maafkan hambamu yang cupu ini.

Ternyata saya cupu dan masih bodoh tapi selama ini menyombongkan diri dengan tidak pernah belajar dan mengambil i'tibar di setiap kehendakmu, maafkan kami tuhan, berilah kami ketenangan hati dan kebahagiaan dengan cara yang baik dan kami inginkan atas kehendakmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun