[caption id="attachment_328862" align="aligncenter" width="569" caption="Sumber gambar : http://agent108.biz/"][/caption]
Lagi-lagi Fiorentina harus menuai hasil negatif untuk kesekian kalinya. Tampil di depan pendukungnya sendiri, Manuel Pasqual dan kawan-kawan terpaksa mengakui keunggulan tamunya, AC Milan, dua gol tanpa balas. Setelah pertandingan ini, praktis kans La Viola untuk berkompetisi di Liga Champions musim depan hampir dipastikan tertutup, menyusul performa Napoli yang tetap stabil, sebagai penghuni tempat ketiga, posisi terakhir kontestan Liga Champions. Hasil tersebut sekaligus melengkapi trend negatif yang sudah seharusnya menjadi bahan evaluasi bagi pelatih dan manajemen tim.
Diakui atau tidak, diparuh kedua musim ini, Fiorentina bisa dikatakan kehilangan taringnya. Terbukti dari rekam jejak mereka yang hanya dapat meraih tiga kemenangan di sepuluh pertandingan terakhir, dengan empat kekalahan dan tiga hasil imbang sebagai pelengkapnya. Padahal di paruh musim pertama, Fiore sempat dielu-elukan sebagai salah satu kandidat Scuedeto musim ini. Tapi fakta berkata lain. Cedera yang menimpa bomber andalan, Mario Gomez dan Giuseppe Rossi, sedikit banyak mempengaruhi mental dan gaya bermain anak-anak Florence. Bahkan pasca kehilangan Rossi, Fiore cenderung tampil angin-anginan. Formasi dan komposisi pemainpun nyaris selalu berubah-ubah di setiap pertandingan. Apakah itu bagian dari skenario rotasi? ataukah eksperimen bahkan perjudian yang dilakukan oleh pelatih? hanya sang allenatore, Vincenzo Montella, yang tahu jawaban pastinya.
Yang pasti, sebagian besar fans menilai, perekrutan pemain di bursa musim dingin kemarin gagal total. Modibo Diakite, Anderson dan Alessandro Matri yang dipinjam dari Sunderland, Manchester United dan Milan, sejauh ini belum memberikan kontribusi berarti untuk tim. Permainan Diakite malah cenderung lamban dan sering terjadi miskomunikasi dengan pemain lain. Andersonpun masih belum mampu menunjukkan kapasitasnya sebagai playing creator. Sedangkan Matri, yang sempat mencetak sepasang gol di debutnya kala melawan Catania, sampai saat ini hanya mampu menambah satu gol penggembira, yaitu kala menghadapi Chievo. Bisa jadi Montella terobsesi dengan pendahulunya, Cesare Prandelli yang dapat mengasah "pemain buangan" menjadi bersinar kembali, macam Adrian Mutu dan Alberto Gilardino. Namun sekali lagi fakta berkata lain. Mungkin kepiawaian Montella tidak dalam bidang itu. Bukankah hal itu sudah pernah dicoba kala mendaratkan kembali Luca Toni di musim 2012-2013? namun hasilnya sang pemain tetap tidak bisa nyetel seperti dulu.
Yang patut disorot juga adalah bahwa Fiorentina rentan dengan bola-bola mati. Dua gol Milan lahir dari situasi tersebut. Pada proses gol pertama, ada 2 pemain Milan yang lepas dari kawalan sehingga dengan bebas dapat mengambil bola rebound. Gol kedua lebih aneh lagi, karena tiba-tiba pagar betis Fiore terbuka dan praktis bola mengalir deras ke pojok kiri atas. Pertanyaannya, mengapa tiba-tiba pagar betis membuka? biasanya dikarenakan adanya pemain yang perlu dijaga sehingga pemain yang menjadi pagar mengikuti pemain lawan kemanapun bergerak, atau yang masyhur disebut man to man marking. Namun dalam kasus ini, tidak ada pemain yang dijaga, sehingga terlihat seolah-olah pagar betis Fiore menghindari bola tersebut. Kebobolan via tendangan bebas juga dialami kala menjamu Juventus di leg kedua kompetisi Liga Eropa, melalui Andrea Pirlo, yang sekaligus memastikan tersingkirnya armada Florence dari kompetisi tersebut.
Kami para fans, sadar bahwa evaluasi pasti telah dilakukan oleh berbagai elemen penting tim. Namun kami tentu juga berhak mengutarakan unek-unek kami agar tidak mengganjal di hati. Menang, seri, ataupun kalah, kami tetap tifosi La Viola. Percaya atau tidak, sebagian besar fans tim-tim non raksasa itu jauh lebih solid dan setia. Itu dikarenakan, pertama, tidak terlalu membeludaknya jumlah pendukung tim tersebut, sehingga tidak banyak perbedaan pandangan yang akhirnya bisa menimbulkan perpecahan. Kedua, tidak selalu menang di setiap pertandingan, yang artinya meminimalisir fans karbitan. Ketiga, tidak banyaknya haters yang berusaha menjatuhkan dan memecah belah keharmonisan para fans.
Semoga Fiorentina akan lebih baik setelah ini. Meskipun tiket Liga Champions hampir mustahil, dan tiket Liga Eropa hampir pasti telah di tangan, menyusul lolosnya Fiore ke final Coppa Italia, dan akan melawan Napoli, yang kemungkinan besar ke Liga Champions, namun biar bagaimanapun kami, para fans, ingin menyaksikan tim kebanggan kami bermain cantik dan mencetak banyak gol. Semoga semuanya bisa segera membaik seperti sediakala. Forza Fiorentina!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H