Mohon tunggu...
Lutfi Firmansyah
Lutfi Firmansyah Mohon Tunggu... Guru - Worklife | Aktual | Puisi | Pendidikan

Viewers dan komentar anda bermanfaat untuk koreksi saya menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru yang Tidak Mau Disebut Guru

6 Maret 2024   12:20 Diperbarui: 6 Maret 2024   12:56 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di balik setiap profesi, terdapat kisah unik dan inspiratif yang mencerahkan tentang individu yang menjalani peran mereka dengan penuh dedikasi. Salah satu kisah menarik yang patut disimak adalah kisah Lutfi Firmansyah, seorang guru yang menolak untuk dianggap sebagai seorang guru.Lutfi Firmansyah adalah seorang pendidik di sebuah Kampung di Kota Serang. 

Namun, meskipun gelarnya sebagai seorang guru, Lutfi memiliki pandangan yang berbeda tentang profesinya. Baginya, menjadi seorang guru hanyalah sebagian kecil dari identitasnya. Ia lebih memilih untuk dikenal sebagai seorang pembelajar yang tak henti-hentinya mencari pengetahuan dan berbagi pengalaman dengan orang lain.Meskipun tidak menganggap dirinya sebagai seorang guru, Lutfi memiliki dampak yang besar pada komunitasnya. 

Ia berdedikasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di desanya dengan cara yang unik dan inovatif. Salah satunya adalah dengan membuka ruang belajar informal di rumahnya, di mana ia menyediakan akses ke buku-buku dan sumber daya pendidikan lainnya bagi anak-anak desa.

Tidak hanya itu, Lutfi juga aktif dalam mengajak masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan pendidikan di desa mereka. Ia percaya bahwa pendidikan bukanlah tanggung jawab yang hanya bisa diemban oleh guru di sekolah, tetapi juga tanggung jawab bersama bagi seluruh masyarakat. 

Dengan pendekatan kolaboratif ini, Lutfi berhasil menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan membangun semangat kebersamaan di antara penduduk desa.Meskipun demikian, Lutfi tetap bersikeras untuk tidak dianggap sebagai seorang guru. 

Baginya, gelar tersebut terlalu sempit dan terbatas untuk mencakup semua yang ingin ia wujudkan dalam kehidupannya. Ia lebih memilih untuk dikenal sebagai seorang pembelajar yang terus berkembang dan memberikan inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya.

Kisah Lutfi Firmansyah mengingatkan kita bahwa profesi tidak selalu harus menjadi label yang membatasi. Sebaliknya, kita memiliki kebebasan untuk menentukan identitas kita sendiri dan mempengaruhi dunia di sekitar kita sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut. 

Dengan semangatnya yang membara untuk belajar dan berbagi, Lutfi Firmansyah telah membuktikan bahwa siapapun dapat menjadi agen perubahan yang positif, terlepas dari gelar atau label yang melekat pada mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun