Mohon tunggu...
Luvena Salsabila
Luvena Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa teknik kimia yang tertarik dengan sains, kegiatan masyarakat dan kegiatan positif lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Inisiatif Kreatif Mahasiswa KKN-T Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang dalam Mengatasi Tantangan Sampah di Desa Kemujan, Karimunjawa

19 November 2024   08:44 Diperbarui: 19 November 2024   09:17 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KKN-T Teknik Kimia UNNES Desa Kemujan

Isu pengelolaan sampah merupakan tantangan klasik yang dihadapi oleh banyak desa-desa kepulauan di Indonesia, termasuk Karimunjawa. Karimunjawa merupakan suatu wilayah kepulauan yang terdiri dari 27 pulau-pulau kecil. Terdiri dari 5 pulau berpenghuni dan sisanya tidak berpenghuni. Produksi sampah yang dihasilkan setiap harinya mencapai 5,6 ton. Letak geografis yang terpencil, keterbatasan infrastruktur, serta minimnya sumber daya menjadi faktor-faktor yang mempersulit penanganan sampah di wilayah tersebut. 

Desa Kemujan, Kec. Karimunjawa, salah satu gugusan kepulauan indah di Jawa Tengah, tidak luput dari permasalahan ini. Terbatasnya lahan untuk tempat pembuangan sampah dan aksesibilitas yang sulit menjadi kendala utama dalam pengelolaan sampah. Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jepara, Elida Farikha menyatakan, sumber sampah di Karimunjawa saat ini terdeteksi berasal dari dua faktor, yaitu sampah domestik masyarakat Kemujan itu sendiri dan aktivitas pariwisata. 

Kondisi sampah yang tidak terkelola dengan baik berpotensi mencemari lingkungan laut dan pesisir, serta mengancam ekosistem yang menjadi jantung kehidupan masyarakat Desa Kemujan. Dampak dari pengelolaan sampah yang buruk tidak hanya mengancam kesehatan lingkungan, tetapi juga meningkatkan risiko penyebaran penyakit di kalangan masyarakat. Lebih jauh lagi, kondisi ini dapat menghambat perkembangan sektor pariwisata di Kecamatan Karimunjawa, khususnya di Desa Kemujan.

Melihat permasalahan ini, tim KKN-T Desa Kemujan dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) berinisiatif untuk mengambil peran aktif dalam mengatasi masalah sampah di desa-desa kepulauan tersebut. Salah satu program yang mereka laksanakan adalah pelatihan pembuatan pupuk organik cair (POC) dari limbah ikan dan biodekomposer berbahan dasar sampah rumah tangga.

Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Ikan / KKN-T Teknik Kimia UNNES
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Ikan / KKN-T Teknik Kimia UNNES

"Kami menyadari bahwa minimnya pengetahuan warga mengenai pengelolaan sampah di desa-desa kepulauan seperti Karimunjawa membutuhkan solusi yang kreatif dan sesuai dengan kondisi setempat," jelas Vena, ketua tim KKN-T. "Melalui pelatihan ini, kami berharap dapat membantu warga memanfaatkan limbah menjadi produk yang bernilai ekonomis, sekaligus mengurangi beban pembuangan sampah."

Dalam pelatihan tersebut, mahasiswa KKN-T Desa Kemujan mengajarkan warga cara membuat pupuk organik cair dan padat dari bahan-bahan yang mudah ditemukan di sekitar mereka, seperti sisa-sisa jeroan ikan dan sampah rumah tangga. Limbah jeroan ikan dan sampah organik rumah tangga yang sudah dikumpulkan ditambahkan EM4 sebagai mikroorganisme tambahan yang akan mempercepat proses penguraian limbah menjadi pupuk yang kaya akan nutrisi. Selain itu, mereka juga memberikan edukasi mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang benar demi menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

Pembuatan Biodekomposer / KKN-T Teknik Kimia UNNES
Pembuatan Biodekomposer / KKN-T Teknik Kimia UNNES

Pelaksanaan kegiatan tersebut berlangsung pada selasa, 10 September 2024, dilaksanakan oleh tim mahasiswa KKN-T sebanyak 10 orang beserta dosen pembimbing lapangan Ibu Maharani Kusumaningrum, S.T., M.Eng. mencakup pembuatan pupuk organik, demonstrasi pembuatan POC, kemudian sesi diskusi atau tanya jawab dan dilanjutkan dengan edukasi pengaplikasian pupuk pada tanaman.  Setelah melaksanakan kegiatan sosialisasi dan pelatihan pembuatan pupuk organik cair (POC) dan Biodekomposter, acara tersebut ditutup dengan pembagian produk Pupuk Organik dan bibit tanaman kepada peserta.

"Antusiasme warga dalam mengikuti pelatihan ini sangat tinggi. Mereka cepat memahami dan langsung mempraktekkannya di rumah masing-masing" ungkap Bu Isnaini, salah satu peserta pelatihan. "Kami berharap program ini dapat terus berlanjut dan menjadi solusi jangka panjang bagi permasalahan sampah di desa kami."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun