Oleh : Lutpi Mubarok
Sekolah Berbasis Pesantren atau akrab di sebut dengan Boarding School sudah sejak lama menjadi pilihan masyarkat yang ingin anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan religius. Hal tersebut menjadi kabar gembira sekaligus tantangan bagi para pengelola Boarding School untuk senantiasa berupaya dalam meiningkatkan mutu layanan pedidikan yang diberikan kepada para santri. Terlebih biasanya peminat Boarding School biasanya terdiri dari masyarakat kelas menengah keatas, sehingga jika kualitas  mutu layanan pendidikan  tidak dijaga maka akan sangat berdampak pada trush atau kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan terkait akan menurun, dan hal tersebut menjadi ancaman keras bagi Boarding School yang statusnya sebagai sekolah Swasta. Masalah yang ditemui Boarding School  cukup beragam, jika dilihat dari sudut pandang pengelola masalah yang paling pokok adalah mengenai self konsep, yang artinya para musyrif atau pendamping santri  belum selesai dengan dirinya sendiri, hal ini tentunya sangat berdampak pada pendampingan santri, karena bagaimana mungkin para musyrif bisa memberikan contoh dan treatmen yang tepat bagi santri sedangkan dengan diri sendirinyapun belum selsai.
Adapun temuan masalah dari sudut pandang santri yaitu masalah utamanya adalah tentang kemandirian. Banyak sekali potret proses kegiatan yang menunjukan fakta tersebut, mulai dari kegiatan rutinitas seperti ibadah, belajar, menjaga kebersihan diri dan lingkunganpun para santri masih perlu pola directing dari musyrif untuk melaksnakannya. Banyak sekali faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, diantaranya adalah latar belakang pola pengasuhan keluarga yang cenderung serba melayani, ataupun pengaruh lingkungan sekitar yang cukup berkontribusi dalam pembentukan karakter santri.
Masalah yang berkaitan dengan santri tentunya merupakan hal yang biasa terjadi, dan memang sudah menjadi sunatullahnya demikian. Lain halnya dengan masalah pengelola (SDM) yang sebetulnya bisa diantisipasi dan direncanakan secara matang pada saat recrutmen.
Ada bebrapa hal yang bisa dilakukan oleh lembaga agar mutu layanan pendidikan di Boarding School bisa di berikan dengan maksimal, khususnya dalam pengelolaa santri.
Pertama : Menentukan kualifikasi SDM yang cocok dengan tujuan lembaga. Mulai dari jumlah hafalan Qur'an, Latar belakang pendidikan, Usia, Kapribadian, Keterampilan dan lain-lain.
Kedua: Melakukan seleksi yang ketat, mengambil yang terbaik dan calon SDM yang baik. Tentunya semakin banyak pendaftar, maka akan semakin banyak juga peluang untuk memilih
Ketiga : Melakukan Pendidikan dan Pelatihan SDM sebelum mereka bekerja dilapangan. Pendidikan dan pelatihan yang harus diikuti oleh calon seorang pendamping santri atau musyrif bisa berupa latihan komunikasi efektif, cara memahami keperibadian santri, cara therapy masalah, cara berpenampilan, penyetandaran bacaan Qur'an dan lain-lain
Keempat : Para pendamping santri atau musyrif harus memilki penduan bekerja yang standar, dan spesifik. Karena perbedaan layanan yang diberikan kepada santri akan menjadi bagian yang an mempengaruhi kepercayaa publik terhadap lembaga pendidikan terkait.
Kelima : Monitoring dan evaluasi yang ketat dari pimpinan serta komunkasi yang baik antara pengelola, sehingga sistem bisa berjalan dengan maksimal
Demikian beberapa point yang perlu diperhatikan oleh para manajeman sekolah berasrama (Boarding School) dalam upaya menjaga dan meningkatkan mutu layanan pendidikan agar kepercayaan publik semakin meningkat.