Mohon tunggu...
Luthfy Avian Ananda
Luthfy Avian Ananda Mohon Tunggu... Penulis - Kuli Tinta

Pernah belajar di Fakultas Hukum UII, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menebak Arah Manuver PDIP dalam Pilkada DKI Jakarta 2017

21 Oktober 2016   10:44 Diperbarui: 21 Oktober 2016   11:07 1692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : www.voaindonesia.com

Dikenal dengan sebutan partai “injury time” karena setiap pengambilan keputusan yang bersifat maha penting tidak membuat partai dengan ciri khas warna merah dan logo banteng ini merubah tabiatnya yang selalu membuat siapapun selalu penasaran baik itu masyarakat, lawan politik, atau bahkan kader internal partai itu sendiri. 

Sudah berkali-kali kendaraan politik yang saat ini dinahkodai oleh Megawati Soekarnoputri itu mengeluarkan berbagai macam keputusan mengejutkan yang dilakukan pada menit-menit terakhir. Pada akhirnya setelah keluarnya suatu keputusan besar dan penting tersebut hamper tidak ada satu orangpun yang sudah mencuri start untuk menebak, karena adanya hak prerogatif dari ketua umum yang bersifat mutlak, sehingga hanya Megawati yang tahu keputusan terbaik seperti apa yang akan ia ambil untuk kepentingan partainya.

Terpilihnya Joko Widodo untuk maju sebagai calon Presiden Republik Indonesia yang akan diusung oleh PDIP pada 2014 yang lalu cukup menyita perhatian banyak pihak, ada beberapa alasan untuk menjawab hal tersebut. Pertama, Joko Widodo baru 2 tahun menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta yang pada 2012 terpilih bersama wakilnya Basuki Tjahaja Purnama. Kedua, kali ini Megawati melakukan hal yang tak biasa dengan mengajukan “pion” yang berasal dari kader partai untuk maju di kontestasi politik tertinggi di tanah air, yakni pemilihan presiden. Karena seperti yang sudah-sudah, pada pemilihan presiden sebelumnya puteri dari Soekarno ini selalu berhasrat untuk menjadi RI 1 namun selalu gagal, maka sangat mengherankan apabila pada 2014 rasa penasaran dari Ketua Umum PDIP tersebut untuk merebut kursi Presiden tiba-tiba hilang begitu saja.

Seiring berjalannya waktu, jawaban atas rasa penasaran kita semua tentang mengapa Megawati mengajukan “orang baru” untuk bersaing mendapatkan posisi Presiden Republik Indonesia mulai terjawab. Menilik dari pengalaman strategi gambling yang dilakukan oleh PDIP pada saat pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta di tahun 2012, maka itu menjadi jawaban yang cukup masuk akal. 

Saat ditarik oleh PDIP menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta kala itu, usia Joko Widodo dalam memimpin Solo sebagai Walikota belum genap 2 tahun, kala itu belum cukup banyak orang yang mengenal beliau kecuai sebagai Kepala Daerah yang cukup berhasil membangun Solo. Perjudian mulai dilakukan, tidak tanggung-tanggung, sosok yang juga menggeluti usaha di bidang mebel ini “dipaksa” oleh partainya sendiri untuk bertarung dengan petahana saat itu, Fauzi Bowo yang notabene sudah mempunyai basis pendukung cukup banyak di Ibukota. Hasil akhir yang terjadi sangat mengejutkan, sebuah pencapaian sensasional dari strategi yang diterapkan oleh PDIP, Joko Widodo & Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok memimpin DKI Jakarta 2012-2017

Menghadapi peta persaingan di Pilkada serentak pada 2017 nanti membuat PDIP harus kerja ekstra keras kembali menyiapkan strategi paling ampuh untuk memenangkannya. Khusus di DKI Jakarta, saya melihat dinamika politik yang terjadi mulai dari proses penjaringan calon hingga penentuan pasangan yang akan diusung cukup mencerminkan wajah politik yang sebenarnya. Siapa mengira Ahok kembali mesra dengan PDIP setelah sebelumnya dua pihak tersebut terlihat bersiap untuk melakukan pertarungan politik yang cukup sengit pada Pilkada nanti. Pada awalnya petahana yang menggantikan posisi tandemnya, 

Joko Widodo tersebut jual mahal dengan mengatakan memilih untuk maju melalui jalur independen menggunakan kendaraan bernama “Teman Ahok”. Kemudian, setelah 1 juta KTP Pemilih sebagai syarat verifikasi yang ditentukan oleh KPU dikumpulkan, justru mantan kader Gerindra ini “membelot” untuk bergabung ikut kendaraan partai politik dengan alasan sudah adanya kesepakatan antara Teman Ahok dan partai politik yang akan mengusungnya untuk saling bekerja sama memenangkan mantan anggota DPR RI ini.

Sebagian besar masyarakat cukup kecewa dengan tingkah polah yang ditunjukkan oleh Ahok termasuk PDIP partai yang sejak awal berniat untuk mengusungnya apabila sang Gubernur mau untuk ikut mekanisme penjaringan yang diselenggarakan oleh internal partai demi mendapatkan sosok terbaik yang akan diajukan menjadi calon Gubernur DKI Jakarta 2017. 

Kekecewaan PDIP tersebut cukup beralasan, karena para kader internal partai menilai apa yang dilakukan oleh Ahok sangat tidak konsisten, hingga kemudian muncul jargon dari kader partai yang berbunyi “ahok pasti tumbang.” Berdasarkan sikap yang seperti itu, PDIP bahkan diisukan sempat melirik beberapa tokoh lain yang dirasa cukup ampuh untuk membunuh peluang petahana menang di Pilgub DKI Jakarta 2017. Nama – nama seperti Ridwan Kamil ( Walikota Bandung ), Tri Rismaharini ( Walikota Surabaya ), dan Ganjar Pranowo ( Gubernur Jawa Tengah ) adalah yang paling santer dikaitkan untuk mengisi kursi calon DKI 1 dari PDIP yang masih kosong.

Entah karena kurang percaya diri atau memang menganggap bahwa Basuki Tjahaja Purnama lah satu-satunya tokoh terbaik di luar kader partai yang dianggap cukup mampu untuk “diadu” dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta nanti, akhirnya pilihan ibu Megawati tetap jatuh kepada sang petahana tersebut dengan didampingi oleh wakilnya saat ini Djarot Saiful Hidayat. 

Jadi sekarang kita sebagai masyarakat sudah sama-sama mengetahui, bahwa dalam dunia politik, khususnya di tanah air, mereka yang menilai orang lain inkonsisten itu belum tentu juga konsisten dalam mengambil keputusan. Seperti biasa, keputusan akhir yang diambil oleh PDIP berdasarkan restu dari Megawati Soekarnoputri selalu mengejutkan semua orang, kemudian banyak yang menerka-nerka strategi jitu macam apalagi yang akan dijalankan oleh partai tersebut, pada point inilah saya akan memberikan sedikit tebakan dan analisis saya sebagai seorang penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun