Mohon tunggu...
Luthfy FaizHabibi
Luthfy FaizHabibi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi yang memiliki minat di bidang otomotif

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Kampung Budaya Betawi Sukapura: Melestarikan Tradisi di Tengah Modernisasi

15 Desember 2024   23:00 Diperbarui: 15 Desember 2024   23:33 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah kemegahan Jakarta yang semakin modern, budaya Betawi sebagai identitas asli ibukota perlahan mulai terkikis. Kemajuan teknologi dan derasnya arus globalisasi menghadirkan tantangan besar bagi pelestarian budaya lokal. Namun, di tengah ancaman tersebut, Kampung Budaya Betawi Sukapura berdiri sebagai benteng pelindung tradisi Betawi di Jakarta Utara.  Dipimpin oleh Hj. Yusriah Dzinnun, S.Pd., M.IP., seorang tokoh budaya sekaligus anggota Komisi D DPRD Provinsi DKI Jakarta, kampung ini menjadi pusat edukasi, pelestarian, dan perayaan budaya Betawi. Dalam wawancara eksklusif, Hj. Yusriah mengisahkan perjuangan melestarikan warisan budaya ini dan harapan besar untuk masa depan budaya Betawi.


Tantangan Budaya Betawi di Tengah Modernisasi
“Budaya Betawi menghadapi tantangan besar dari globalisasi dan pengaruh budaya luar,” ungkap Hj. Yusriah. Ia menjelaskan, budaya seperti K-Pop dan tren Barat sangat mendominasi generasi muda saat ini. Berkat kemajuan teknologi dan media sosial, budaya luar mudah diakses, sementara budaya lokal sering kali diabaikan.  
“Generasi muda kita lebih mengenal budaya asing daripada budaya mereka sendiri,” ujarnya prihatin. Kondisi ini diperparah dengan minimnya regenerasi budayawan. Banyak tokoh budaya senior meninggal dunia tanpa sempat mewariskan ilmu mereka. “Ketika mereka pergi, kita kehilangan pengetahuan berharga yang sulit digantikan,” tambahnya.  
Menurut Hj. Yusriah, pelestarian budaya Betawi harus dilakukan dengan pendekatan yang relevan untuk zaman modern. Metode lama seperti festival dan pameran tradisional saja sudah tidak cukup. “Kita harus memanfaatkan media sosial dan teknologi untuk menjangkau generasi muda, meskipun ini tidak mudah karena banyak pegiat budaya senior kurang paham teknologi,” jelasnya.  

Mengapa Budaya Betawi Harus Dilestarikan?
Budaya Betawi bukan sekadar tradisi, tetapi juga identitas dan sejarah masyarakat Jakarta. “Kalau budaya ini punah, kita kehilangan bagian penting dari jati diri sebagai warga Jakarta,” tegas Hj. Yusriah.  
Ia juga menekankan bahwa pelestarian budaya lokal tidak berarti menolak pengaruh budaya luar. Sebaliknya, budaya lokal harus menjadi akar identitas di tengah keberagaman. “Kita boleh menerima budaya lain, tapi budaya sendiri tidak boleh dilupakan. Lihat bagaimana budaya besar seperti Jepang tetap bertahan karena masyarakatnya bangga melestarikannya,” ujarnya.  
Budaya Betawi, menurut Hj. Yusriah, adalah simbol keberagaman dan toleransi. Tradisi ini memadukan unsur Arab, Cina, Melayu, dan Eropa, mencerminkan harmoni dalam kebhinekaan. “Budaya Betawi adalah wujud kebersamaan yang harus terus kita jaga,” tambahnya.  

Peran Kampung Budaya Betawi Sukapura
Kampung Budaya Betawi Sukapura telah menjadi pusat pelestarian budaya Betawi yang dinamis. Berbagai kegiatan rutin diadakan, mulai dari bazar kuliner hingga pelatihan seni tradisional. “Bazar kuliner adalah salah satu cara efektif untuk mengenalkan makanan khas Betawi, seperti bir pletok, es selendang mayang, dan dodol,” kata Hj. Yusriah.  
Selain itu, pelatihan tari dan musik tradisional juga digelar untuk melibatkan generasi muda. Anak-anak sekolah diajak mempelajari tarian Betawi dan memainkan alat musik tradisional seperti gambang kromong. “Kalau mereka sudah merasa memiliki budaya ini, mereka akan berusaha menjaganya,” jelasnya.  
Tidak hanya itu, Kampung Budaya Betawi Sukapura juga menjadi tempat riset bagi mahasiswa dan peneliti yang ingin mendalami budaya Betawi. Dengan cara ini, tradisi Betawi tidak hanya dilestarikan tetapi juga terdokumentasi untuk generasi mendatang.  

Pendidikan sebagai Kunci Pelestarian
Salah satu langkah strategis yang diambil oleh Kampung Budaya Betawi Sukapura adalah memasukkan unsur budaya Betawi ke dalam pendidikan. Pemerintah mendukung inisiatif ini dengan memasukkan muatan lokal tentang budaya Betawi ke dalam kurikulum sekolah di Jakarta.  
“Kami bekerja sama dengan sekolah-sekolah untuk memastikan budaya Betawi diajarkan kepada siswa sejak dini,” ungkap Hj. Yusriah. Ia percaya bahwa pengenalan budaya sejak kecil akan menanamkan rasa bangga terhadap identitas lokal pada anak-anak.  

Kolaborasi Masyarakat untuk Pelestarian
Pelestarian budaya di Kampung Budaya Betawi Sukapura tidak hanya menjadi tanggung jawab yayasan, tetapi juga melibatkan masyarakat sekitar. Warga setempat, meskipun banyak yang bukan keturunan Betawi asli, turut berkontribusi dalam menjaga tradisi ini.  
“Warga sekitar ikut membuat makanan khas seperti dodol dan bir pletok, serta berpartisipasi dalam kegiatan seni. Kolaborasi ini sangat penting untuk menjaga keberlanjutan tradisi,” jelas Hj. Yusriah. Ia menambahkan bahwa istilah “kampung” mencerminkan kehidupan yang dinamis dan kolaboratif, di mana budaya dapat hidup dan berkembang bersama masyarakat.  

Memanfaatkan Teknologi untuk Masa Depan
Hj. Yusriah menyadari bahwa teknologi adalah kunci untuk menjangkau generasi muda. Oleh karena itu, Kampung Budaya Betawi Sukapura mulai memanfaatkan media sosial seperti Instagram, YouTube, dan TikTok untuk mempromosikan budaya Betawi.  
“Anak muda hidup di dunia digital. Kalau kita tidak masuk ke sana, budaya kita akan semakin sulit dikenal,” tegasnya. Ia berharap ada kolaborasi antara generasi muda dan pegiat budaya senior untuk menciptakan konten digital yang menarik.  
Misalnya, tutorial memasak makanan khas Betawi atau video pendek tentang tarian tradisional dapat menjadi cara efektif untuk memperkenalkan budaya Betawi kepada khalayak yang lebih luas. “Ini bukan sekadar pelestarian, tetapi juga promosi budaya kita,” katanya.  

Harapan untuk Masa Depan
Hj. Yusriah memiliki visi besar untuk Kampung Budaya Betawi Sukapura. Ia berharap tempat ini dapat menjadi destinasi wisata budaya yang dikenal di tingkat nasional maupun internasional.  
“Kami ingin Kampung Budaya Betawi Sukapura menjadi tempat belajar, pusat riset, dan ruang untuk merayakan budaya Betawi. Harapannya, semakin banyak orang yang peduli terhadap warisan ini,” ungkapnya.  
Ia juga berharap generasi muda Jakarta semakin bangga dengan budaya Betawi. “Kalau bukan kita yang menjaga budaya ini, siapa lagi? Saya ingin anak-anak Jakarta bangga dengan budaya Betawi, sama seperti mereka bangga dengan budaya luar,” pungkasnya.  

Melestarikan Identitas Jakarta
Kampung Budaya Betawi Sukapura adalah contoh nyata bagaimana budaya lokal dapat bertahan di tengah modernisasi. Dengan kolaborasi antara yayasan, masyarakat, dan pemerintah, tradisi Betawi terus hidup dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Jakarta.  
Dengan berbagai kegiatan, mulai dari bazar kuliner hingga pelatihan seni, Kampung Budaya Betawi Sukapura tidak hanya menjaga tradisi tetapi juga menginspirasi generasi muda untuk bangga pada warisan leluhur mereka. Bagi siapa saja yang ingin merasakan kekayaan budaya Betawi, Kampung Budaya Betawi Sukapura adalah destinasi yang wajib dikunjungi. Di sini, setiap sudutnya mengisahkan semangat untuk menjaga jati diri budaya di tengah arus perubahan zaman.

Narasumber : Hj. Yusriah Dzinnun, S.Pd., M.IP.
Narasumber : Hj. Yusriah Dzinnun, S.Pd., M.IP.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun