Bangka Belitung merupakan kepulauan yang mempunyai beragam budaya serta tradisi yang salah satu tradisinya adalah tradisi Nganggung yang masih terjaga kelestariannya hingga saat ini juga. Nganggung sendiri merupakan tradisi yang turun-temurun bagi masyarakat Bangka Belitung. Nganggung adalah kegiatan dimana kita membawa sebuah dulang(nampan khas dari Bangka Belitung) yang berisi makanan untuk dibawa ke masjid, Musholla, atau tempat hajatan. Tradisi Nganggung ini sendiri sebenarnya memiliki kemiripan dengan kenduren yang berasal dari jawa. Namun Nganggung mempunyai cirri khasnya sendiri, mulai dari cara mengemas makanan, tempat penyajian makanannya, cara membawa dulang, hingga posisi jemaah yang mengikuti tradisi ini pada saat menyantap makanan.
Nganggung juga merupakan tradisi yang dilaksanakan dengan melakukan ritual doa terlebih dahulu,dan lalu diakhiri dengan menyantap hidangan yang telah dibawa dari rumah tersebut dengan bersama-sama. Salah satu cirri khas dari tradisi Nganggung ini ,salah satunya seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu masyarakat membawa sebuah dulang ke tempat masjid, musholla maupun tempat hajatan dengan tangan kanannya sebagai penopang saat membawa nampan tersebut, dan tangan krinya yang digunakan untuk memegang bibir dulang, serta menggunakan kopiah resam( yang terbuat dari tumbuhan paku).
Tradisi Nganggung juga merupakan tradisi masyarakat yang sudah turun-temurun,dan memiliki bertujuan untuk mempererat persatuan di lingkungan masyarakat Bangka Belitung. Terdapat banyak juga pembelajaran yang dapat diambil dari tradisi yang sudah turun-temurun ini, sehingga diperlukan usaha yang bertujuan untuk menjaga kelestarian dari tradisi nganggng ini.
Nganggung adalah kegiatan membawa dulang atau sejenis nampan bulat berisi makanan yang ditutup oleh tudung saji ke masjid maupun musholla untuk disantap bersama-sama setelah pelaksanaan ritual agama yang dilakukan sebelumnya sudah selesai. Dulang sendiri berisi berbagai jenis makanan yang telah disepakati bersama-sama. Misalnya, jika akan Nganggung nasi, maka dulang diisi nasi beserta dengan lauk pauknya dan jika Nganggung kue, maka yang diisi atau dibawa di dulang adalah berbagai aneka jenis kue. Hidangan ini pun dikeluarkan dan dibawa oleh masyarakat yang mengikuti kegiatan Nganggung  dengan rasa ikhlas. Biasanya pada saat menyantap makanan yang dibawa masyarakat yang mengikuti kegiatan Nganggung, mereka berbagi makanannya antara satu sama lain.
Dulang dibawa ketempat keagamaan yang telah disepakati dulu sebelumnya, lalu dulang akan dibawa oleh setiap kepala keluarga dengan cara di papah pada bahu yang ditutup menggunakan tudung saji dengan motif khas. Oleh karena itu, Kepulauan Bangka Beleitung disebut sebagai "Negeri Sepintu Sedulang". Sepintu sedulang sendiri memiliki makna maupun artian  yang mencerminkan sifat gotong royong dan kebersamaan antar  masyarakat di suatu desa maupun kampung.Selain itu, kegiatan Nganggung juga mencerminkan nilai-nilai keislaman, seperti ukhuwah Islamiyah.
Nganggung diadakan pada saat menyambut atau merayakan hari-hari besar islam, menyambu atau menyonsong tamu kehormatan, dan sebagainya. Tradisi ini juga dilaksanakan ketika ada masyarakat yang terkena musibah, misalnya selamatan orang yang telah meninggal dunia sebagai ungkapan rasa turut beduka cita.
Namun sekarang ini, untuk mempertahankan kelestarian dan keaslian suatu budaya mayarakat dengan tradisinya harus berjuang sangat keras untuk dapat menghadapi tantangan dunia yang semakin terintegrasi dengan tatanan global yang semakin mengamburkan batas-batas kebudayaan atau menghilangkan suatu keaslian dari budaya yang sudah menjadi warisan dan turun-temurun tersebut. Dan juga terdapat permasalahan bahwa kondisi perubahan gaya hidup dan memperluasnya sikap individualism, yang pada awalnya masyarakat sangat menjunjung tinggi semangat kebersamaan dan gotong royong,dan sikap sosial yang tinggi antar sesama masyarakat.
Tradisi ini juga merupakan salah satu warisan maupun peninggalan para pendahulu dari Bangka Belitung yang sangat berharga pada masyarakat yang ada di sana dan masih terus berlanjut,dilestarikan dan dipertahankan serta diapresiasi pada masyarakat sana. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan khusus melalui peraturan daerah (PERDA) oleh kabupaten Bangka benomor 06/PD/DPRD/1971.Selain itu upaya pelestarian nganggung juga dilaksanakan disekolah pada saat ada hari-hari besar islam, misalnya untuk memperingati maulid Nabi Muhammad SAW., Isra Mi'raj,dan sebagainya. Pelaksanaan Nganggung disekolah ini biasanya dimulai dari pihak sekolah mengumumkan terlebih dahulu bahwa nanti akan diadakan kegiatan nganggung. Lalu pada saa pelaksanaan nganggung tiba masing-masing siswa membawa kue dari rumahnya.Setelah  sampai disekolah pihak sekolah mengumpulkan siswa di lapangan maupun aula sekolah untuk mendengarkan ceramah dan dilanjutkan dengan sholawat nabi serta diakhiri dengan melakukan doa bersama.Setelah itu siswa akan berkumpul dengan masing-masing teman sekelasnya dan berbagi dan menikmati kue yang telah dibawa tadi, bahkan yang non muslim juga menikmati kue tadi bersama-sama dengan yang beragama muslim.Pelaksanaan kegiatan nganggung disekolah juga merupakan salah satu upaya untuk melestarikan tradisi yang sudah turun-temurun ini.
Jadi dapat disimpulkan dari penjabaran sebelumnya bahwa terdapat potensi untuk tetap mempertahankan dan menjaga keaslian dari tradisi nganggung ini.Terdapat beberapa cara yang telah dilakukan untuk menjaga dan mempertahankan tradisi tersebut, yaitu tradisi ini sudah mendapat perhatian khusus dari pemerintahan daerah yaitu dibuktikan dengan dikeluarkannya peraturan khusus melalui peraturan daerah (PERDA) oleh kabupaten Bangka benomor 06/PD/DPRD/1971. Lalu persekolahan juga biasanya sering mengadakan acara ini untuk upaya pelestarian tradisi yang sudah turun-temurun ini agar kelak generasi yang lebih muda akan terus ikut melestarikan dan mempertahankan tradisi yang sangat berharga ini.