Singkat cerita, wali kelas kami memasuki kelas. Kumisnya yang ikal dibagian samping membuat tangannya selalu melinting, memutar dan melakukan hal lainnya, menarik!
Dari perkenalan singkatnya, yang aku tangkap namanya Pak Bejo tinggal di Depok, punya 5 Anak dan 1 istri tentunya.
Dalam rangka 7 hari Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah, Pak Bejo menyuruh kami untuk membawa sebuah kantung, tali, dan kentang sebanyak jumlah orang yang kita benci dan diberikan namanya diatas kentang tersebut.Â
Kami semua kebingungan, tentu. Bahkan aku berfikir untuk bawa berapa kentang karena pasalnya, aku tidak ada orang yang dibenci.
Besok harinya, kami semua duduk dikursi yang sama. Bedanya, tiap meja kini dipenuhi kentang-kentang bak jualan dipasar! Aku tertawa melihatnya. Menyadari ada hal aneh yang ada di diriku, Deny---kawan 1 bangku ku--- mulai bertanya, "kamu gak bawa kentang sama sekali?"
Lantas aku menjawabnya, "untuk apa membenci orang? Buang-buang waktu saja!" Diakhiri dengan cengengesan pada ujung kalimat.
Rebecca, manusia paling terkenal di sekolah (katanya). Bangga dengan banyaknya kentang yang ia bawa. Teman-teman lain pun berbondong-bondong untuk bertanya siapa-siapa saja perwujudan asli dari kentang yang dibawanya.
Pak Bejo pun masuk, dari kejauhan nampaknya beliau tengah senyum-senyum sendiri. Setelah mengabsen kami satu persatu, beliau pun buka suara tentang tugas kami.
"Disini ada yang tidak membawa kentang?" Tanyanya.Â
Aku yang merasa terpanggil dengan percaya diri menunjuk tangan. Dan kini, semua pandangan tertuju padaku dan diikuti gelak tawa seantero kelas karena ke-konyolanku.
"Saya gak punya orang untuk dibenci, pak. Saya bingung mau menamai kentangnya dengan nama siapa,"Â