Pernakah kamu mengalami atau melihat anak yang takut dihukum sebab anak tersebut telah melakukan kesalahan hingga akhirnya anak tersebut memilih untuk menutup-nutupi kesalahan yang telah dilakukannya. Padahal pada akhirnya kesalahan yang telah diperbuatnya tadi diketahui oleh orang tuanya dan tidak menutup kemungkinan untuk mendapatkan sebuah hukuman. Dilihat dari contoh tersebut, maka secara tidak langsung anak tersebut memberi respon atau reaksi yang tidak tepat pada rasa takutnya sebab apa yang telah dilakukan anak tersebut sia-sia. Namun, semisal kita dikejar orang gila di jalanan, maka berlari sebagai reaksi pada perasaan yang sama yakni "takut" yang mana merupakan respon yang tepat.
Perkembangan emosi tidak dapat kita jauhkan dari masa anak-anak. Emosi tidak dapat berkembang begitu saja atau sendirinya, tapi harus diajarkan. Apabila semakin dini diajarkan, maka semakin bagus juga kualitas emosi anak hingga mencapai karakter yang solid, yakni growing to think, believe, and act morally.
Piaget mengatakan bahwasanya sejak usia 4 tahun anak sudah memahami emosi. Kualitas emosi yang baik pada anak sangat dibutuhkan guna untuk mendorong kesuksesannya dalam kehidupan baik itu di rumah maupun di lingkungannya. Anak yang memiliki kualitas emosi yang tinggi dikatakan sebagai anak yang dapat meregulasi emosinya. Oleh karena itu regulasi emosi dapat disebut sebagai skill yang mana penting dan harus dikembangkan pada anak guna mendukung dalam kesuksesannya kelak.
Kenapa dikatakan penting, memang apa itu regulasi emosi?
Regulasi emosi merupakan suatu kemampuan pada suatu individu dalam mengelola juga memberikan respon pada sebuah pengalaman emosional secara efektif. Ketika seseorang sedang meregulasi emosinya, maka seseorang tersebut belajar untuk mengendalikan bahkan mengurangi emosi negatif dan berusaha untuk mempertahankan atau membangun emosi yang positif. Â Semenjak bayi, proses pembelajaran untuk meregulasi emosi dimulai dan akan meningkat seiring bertambahnya usia. Bantuan dari keluarga terutama pada orang tua sangat amat dapat membantu dalam membentuk kemampuan regulasi pada anak sebab orang tua dapat memberikan pengaruh juga contoh termasuk dalam membimbing dan menjelaskan mengenai nilai atau aturan yang berlaku pada masyarakat.
Borba mengatakan bahwa hal penting yang dapat memberikan pengaruh terhadap kepribadian anak adalah pengasuhan. Namun, kenyataannya ibu lebih dibebankan terhadap mendidik dan membesarkan anak. Sedangkan tugas ayah hanya berfokus pada mencari nafkah guna untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sehingga tidak ikut dalam mengasuh anak.
Sebenarnya, kualitas pengasuh dari ibu dan dari ayah itu harus disetarakan sebab pengalaman yang dialami bersama ayahnya memiliki pengaruh bagi anak di kehidupan dewasa nantinya. Keterlibatan seorang ayah dalam pengasuhan suatu hal yang sangat amat penting. Keterlibatan seorang ayah dalam pengasuhan yakni partisipasi aktif yang mana menyertakan fisik, afektif, dan kognitif dalam suatu proses interaksi seorang ayah kepada anaknya yang berfungsi endowment, protection, provinsion, formation yang menandakan  bahwa peran dari seorang ayah yakni sebagai pelaksana juga pendorong bagi pembentukan dalam perkembangan anak.
Berbeda dengan Berns yang mengatakan bahwa interaksi yang positif antara seorang ayah dengan anaknya saja tidak cukup, akan tetapi juga harus memperhatikan setiap proses perkembangan yang dialami oleh si anak, dekat dengannya dengan nyaman, dan memahami serta menerima anaknya. Keterlibatan seorang ayah meliputi empat area dari perkembangan seorang anak, diantaranya elemen fisik, spiritual, intelektual, sosial serta mengandung unsur afektif.
Goleman melakukan sebuah penelitian yang mana merujuk pada anak-anak yang hidup tanpa seorang ayah mengalami suatu permasalahan yang merujuk pada fisik serta psikologisnya, seperti pergaulan, depresi, dan menurunnya nilai akademik. Adanya studi yang menunjukkan bahwasanya pada anak-anak TK, ditemukan hubungan yang positif antara regulasi emosi dengan kesuksesan akademis dini dimana kemampuan literasi juga matematika termasuk di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwasanya regulasi emosi memiliki pengaruh terhadap pembelajaran anak. Tak hanya itu, Nangle juga mengatakan bahwasanya keterlibatan dari sesosok ayah membawa pengaruh yang positif pada keenam aspek perkembangan anak.
Gottman dkk juga menyampaikan mengenai keterlibatan dari seorang ayah dapat mengembangkan rasa empati, penuh kasih sayang, menjalin hubungan sosial yang lebih baik. Terlebih dari itu juga dapat membentuk identitas gender yang sehat, perkembangan sosial emosional yang positif, juga penyesuaian diri yang positif. Kehangatan, dukungan, bimbingan, juga pengasuhan dari seorang ayah dapat memperkirakan kematangan emosi dari si anak yang mana diterapkan pada perilaku prososial juga perilaku yang positif.
Dari pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila regulasi emosi pada seseorang tersebut baik, maka orang tersebut dapat memberikan respon baik dalam berbagai macam situasi emosional. Begitupun sebaliknya, apabila pada seseorang tersebut regulasi emosinya tidak baik, maka orang tersebut akan mudah merasakan yang namanya kewalahan dan akan memberikan respon atau reaksi yang tidak sehat ketika menghadapi situasi.