Begitupun sebaliknya apabila seorang anak belum memiliki karakter prososial yang baik, maka akan berisiko mendorong orang untuk memelihara kepribadian yang bersifat antisosial di masa akan datang. Agar perkembangan karakter prososial dalam diri seseorang dapat optimal, maka kepekaan orang tua amat sangat diperlukan dalam mengamati setiap tahapan dalam perkembangan kualitas perilaku prososial anak.
Terdapat beberapa indikator perkembangan perilaku prososial pada anak usia dini menurut Kemendikbud (2014) sebagai berikut :
Usia 4-5 tahun, antusiasme anak ditunjukkan secara positif dalam permainan kompetitif, taat pada peraturan yang sudah diberlakukan dalam suatu permainan, menghargai orang lain dan menunjukan rasa simpati. Bermain peran merupakan permainan yang cocok untuk mengembangkan kepeduliann. Memasuki usia 5-6 tahun, anak mulai mengetahui perasaan temannya, ketika semisal dirinya tahu bahwa temannya kehilangan mainan yang disukai kemudian anak tersebut menunjukkan kepeduliannya dengan cara membantu temannya mencari mainan yang disukainya atau dia juga bisa bertindak untuk meminjamkan mainannya yang ia punya.
Poin lain dari pembahasan di atas, peran orangtua dalam emosi prososial anak juga menarik untuk dibahas. Perilaku pengasuhan menjadi ranah fokus dalam penelitian yang relevan mengenai peran rasa bersalah dan respon yang berhubungan dengan empati. Namun, pada artikel ini hanya berfokus pada dukungan dari orang tua, disiplin orang tua, dan sosialisasi terkait emosi.
Dukungan orang tua
Melalui dukungan orang tua diyakini dapat meningkatkan respon empati pada anak-anak sebab hal tersebut dipercaya guna mengarah pada hubungan yang positif serta responsif antara orang tua dengan anak. Terlebih lagi pengasuhan yang tepat juga dapat dijadikan model dalam simpati pada orang lain.
Disiplin orang tua
Hoffman menjabarkan mengenai bagaimana praktik disipilin ini dapat memposisikan guna memperkenalkan respon juga rasa bersalah terkait empati pada anak-anak. Dengan begitu, melalui praktik pendisiplinan yang mana dapat meningkatkan antusiasme guna memikat perhatian dari anak-anak, namun kecil kemungkinan melahirkan adanya tekanan yang tinggi.
Sosialisasi mengenai emosi
Studi yang membicarakan mengenai keterkaitan praktik sosialisasi yang berhubungan dengan emosi pada orang tua dengan emosi prososial anak jumlahnya masih terbatas. Strategi yang dianggap optimal dalam mengendalikan dorongan mereka secara konstruktif apabila sedang berhadapan dengan emosi orang lain yakni praktik dari orang tua guna membantu anak-anaknya dengan adaptif menandingi emosi negatif dari mereka. Jadi, melalui ekspresi emosi positif dan negatif mereka sendiri itu juga termasuk dalam salah satu upaya dari orang tua dalam mensosialisasikan emosi anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H