Mohon tunggu...
Luthfiyah Nurlaela
Luthfiyah Nurlaela Mohon Tunggu... -

Pendidik di Universitas Negeri Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kabar dari Maluku Barat Daya (MDB) 2

24 Juli 2013   13:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:06 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Malaria juga menguji kami bertiga. Saya sudah mengalami rasanya sembuh-kambuh karena malaria sejak Maret hingga kali ini, bulan Juli 2013. Menyusuri kebun berkilo-kilo untuk sekedar mewujudkan hasrat membuat perkedel jantung pisang pun sudah kami lakukan...."

Romlah sekali lagi memohon supaya kami mengirimkan guru SM-3T ke Romkisar sebagai pengganti dia dkk. Bahkan kalau bisa lebih banyak lagi. Dia juga minta supaya kami juga mengirimkan guru-guru ke Pulau Marsela.

"Saya tak bisa lupa raut wajah kepsek SD Kristen Nurah saat hendak menjemput kami yang awalnya ditempatkan di Pulau Marsela (namun tidak jadi), menjelang tengah malam pada bulan Oktober yang lalu. Tapi rombongan beliau harus kembali dengan tangan kosong dan kecewa..."

Kalimat Romlah mengingatkan saya pada sosok itu, Kepala Sekolah SD Kristen Nurah, yang kami temui di Letwurung, Pulau Babar, beberapa waktu yang lalu. Saya beserta tim (mas Heru Siswanto dan mas Rukin Firda) sedang berkunjung ke UPTD saat itu. Oleh karena masa-masa itu adalah masa UN, maka banyak kepala sekolah dari berbagai penjuru pulau, datang ke UPTD untuk mengambil dan menyerahkan soal UN.

Sama seperti Romlah, saya tidak bisa melupakan wajah itu. Wajah yang memohon, dengan mata yang merah berkaca-kaca, meminta dengan sangat supaya kami mengirimkan guru ke Pulau Marsela. Saat itu, saat ada pengiriman guru SM-3T, beliau mendapat kabar kalau akan ada seorang guru yang ditugaskan di sana, yaitu Romlah. Maka dengan speed beliau dan rombongan menyeberang laut, datang ke UPTD, bermaksud menjemput Romlah. Tapi apa yang terjadi? Ternyata Romlah tidak jadi ditugaskan di sana. Kendala transportasi dan komunikasi menyebabkan beliau tidak mengetahui kalau ada perubahan itu.

Ya, memang, atas masukan tim pendamping (Dr. Nanik dkk) saat melepas para peserta di Pelabuhan Galala, Ambon, dan juga berdasarkan hasil pembicaraan dengan pejabat Dinas PPO MBD, maka kami memutuskan supaya rentang tempat tugas peserta SM-3T tidak terlalu tersebar. Mengingat kondisi MBD yang begitu 'lain dari pada yang lain', kami jadi 'ngeri' sendiri untuk menugaskan anak-anak kami ke pulau-pulau kecil. Saya sendiri harus mempertimbangkan keamanan dan keselamatan mereka. Mungkin sebagai seorang ibu, saya harus mempertimbangkan juga, bagaimana sedihnya bila keluarga mereka nanti tidak bisa berkomunikasi dengan mereka, untuk sekadar memastikan keadaan mereka (Meskipun ternyata saat ini, seperti itulah yang terjadi....).

Kepala Sekolah SD di Pulau Marsela waktu itu menjelaskan pada kami, bahwa mereka sudah mengeluarkan 2,5 juta untuk menyewa speed, dalam rangka menjemput ibu guru Romlah. Begitu tahu bahwa Romlah tidak jadi ditugaskan di sana, tidak terbayangkan oleh saya, betapa kecewa dan sedihnya beliau. Kekecewaan dan kesedihan itu beliau tumpahkan saat bertemu kami di UPTD itu. Saat itu, saya berjanji, untuk angkatan 2013, kami akan mengupayakan ada guru yang bisa kami kirimkan ke Pulau Marsela.

"Ibu, mungkin begitu saja unek-unek yang ingin saya sampaikan. Mohon maaf jika terdapat hal yang kurang berkenan.... Semoga program SM-3T mampu mengirimkan sarjana-sarjana yang dapat membantu anak-anak negeri di daerah 3T menuju kenyataan terindah tunas bangsa, yakni cita-cita mulia yang mereka patri dalam hati..."

"Salam rindu dari saya dan teman-teman dari Bumi Kalwedo, untuk ibu kami tercinta..."

Saya, seperti biasa, selalu diliputi rasa haru, sedih dan bangga. Mata saya selalu menjadi kabur setiap kali membaca surat-surat dari anak-anak SM-3T. Ketegaran dan kerelaan mereka berjuang, benar-benar meruntuhkan hati saya. Mereka ada di sana, di titik-titik terpencil yang bahkan tak akan mudah dicari dengan google map di mana titik koordinatnya. Bertarung melawan segala macam rintangan dan rasa sakit yang benar-benar sakit. Merelakan diri untuk menjadi pelita-pelita dalam kegelapan yang tak jelas di mana titik terangnya. Dalam kondisi fisiknya yang digerogoti malaria dan berbagai sakit yang lainnya pun, bahkan yang mereka pikirkan adalah, bagaimana sekolah setelah mereka pergi, meninggalkan tempat tugas. Siapa yang akan mengurus murid-murid yang mereka sayangi itu?

Siang hari kemarin, saya juga berlama-lama bertelepon dengan Rico dan Leni. Keduanya yang bertugas di Mdona Hyera itu sedang ada di Pulau Kisar. Setelah tujuh bulan tidak pernah bertemu sinyal, mereka memuaskan diri untuk curhat. Bukan sakit, bukan keluhan karena keterbatasan dalam segala hal yang mereka sampaikan. Mereka hanya ingin memastikan, Mdona Hyera akan mendapat kiriman guru lagi, karena sekolah tempat mereka bertugas, hanya punya satu guru PNS, yaitu kepala sekolah. Bahkan kepala sekolah akan menelepon sendiri ke saya, agar kami mengirimkan lagi guru ke sana sebagai pengganti Rico dkk. Usai bertelepon, seperti biasa, saya mengambil tisu, menghapus air mata yang meleleh. Pak Sulaiman yang melihat itu, hanya tersenyum maklum, tanpa komentar sepatah pun. Tentu saja dia sangat tahu apa yang saya rasakan. Dalam segala ketegaran saya sebagai koordinator SM-3T, saya hanyalah seorang ibu yang selalu diliputi kekhawatiran tentang keselamatan dan keamanan anak-anak kami. Meski pikiran positif terus-menerus yang selalu kami kembangkan, namun, tak ayal, pada saat-saat tertentu, air mata menjadi saksi betapa saya sangat merindukan mereka semua selalu dalam keadaan terbaik yang bisa mereka dapatkan....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun