Ramadhan ini benar-benar berkah bagi para peserta SM-3T. Bersamaan dengan libur sekolah, karena ujian sekolah dan pembagian rapor sudah selesai, mereka memiliki waktu yang bebas untuk melakukan apa saja. Bahkan ketika sekolah sudah masuk lagi sejak tanggal 17 Juli yang lalu, aktivitas juga tidak terlalu padat, dan minggu berikutnya bahkan sudah diisi dengan kegiatan pondok Ramadhan.
Sebagian besar peserta memanfaatkan waktu libur tersebut untuk melanglang dari satu pulau ke pulau yang lain. Tentu saja dengan tetap memperhitungkan kondisi laut. Kesempatan untuk melakukan petualangan dan menjelajah di seluruh pelosok kabupaten tempat tugas, belum tentu akan ada lagi pada waktu-waktu yang akan datang. September mereka sudah harus ditarik dari tempat tugas, dan libur sekolah yang panjang hanya mereka miliki pada saat ini.
Beberapa waktu yang lalu, Nanda, peserta yang bertugas di Maluku Barat Daya (MBD), mengirim SMS kalau dia dan beberapa temannya sedang berada di Kupang. Senyampang ada kapal berlayar dari Mdona Hyera menuju Kupang. Mereka mengambil beasiswa di rekening mereka atau sekedar mengecek (maklum, di Mdona Hyera tidak ada bank, apalagi ATM). Mereka juga berbelanja keperluan sehari-hari. Dan tentu saja, juga sekalian 'refreshing', cuci mata, mencari selingan setelah berbulan-bulan hanya bergelut dengan sekolah, laut, pantai, daun singkong, dan ikan laut.
Nanda juga menanyakan, kapan kira-kira peserta SM-3T MBD akan ditarik dari tempat tugas. Sehari sebelumnya, kami memang kedatangan tamu dari Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga (PPO) MBD. Maksud kedatangan beliau selain untuk menandatangani MoU untuk penyelenggaraan Program SM-3T, juga untuk membahas rencana penarikan dan pengiriman peserta SM-3T yang ditugaskan di MBD. Nanda dan teman-temannya tahu akan hal itu, dan oleh sebab itu, dia menanyakan seperti apa hasil pertemuan tersebut.
Saya katakan ke Nanda, kalau menurut pak Kadis, untuk penarikan nanti, kita bisa menggunakan kapal Marsela (kapal tersebut milik Pemda MBD). Berangkat untuk mengantar peserta baru, dua minggu kemudian, menjemput peserta yang lama.
Tidak saya duga, balasan Nanda di luar dugaan. "Apa??? Hakakak... Ibu berarti kita pulang bukan sept bu... kalo angkatan 2013 berangkat nya kapan bu..? Kita pulang sendiri aja ya bu.. hakakaa".
Saya kaget membaca respon Nanda. Sampai saya bertanya-tanya, apa salah ya SMS saya tadi. Maka saya segera meralatnya: "Alternatif lainnya, mengantar peserta baru, sambil menjemput peserta yang lama. Hayo....jok ngakak ya...".
"Maaf, bu. Itu tadi bukan saya yang jawab. Sudah deal seperti itu ya bu? Untuk jadwal penarikan berarti kita tergantung pemberangkatan angkatan 2013 bu?" Lanjut Nanda. Saya tidak menjawab pertanyaannya, malah balik bertanya: "Emangnya tadi siapa yang njawab? Nggak sopan....." Dalam pikiran saya, jawaban spontan yang dengan ngakak tadi bukan dari Nanda.
Ternyata Nanda malah telepon. Meminta maaf untuk SMS yang tidak sopan tadi. Dia bilang, yang menjawab tadi 'Nandut', bukan Nanda. Oh, ternyata dia ingin meralat jawaban tidak sopan tadi, yang ternyata itu jawaban spontan dia sendiri, dan dia merasa sangat kurang ajar, makanya merasa harus menelepon dan meminta maaf.
Saya sendiri rileks saja menanggapi permintaan maaf Nanda. Saya sangat memahami situasi hatinya. Kerinduannya untuk pulang, kejenuhannya setelah berbulan-bulan bergulat dengan rutinitas yang mungkin tak memberinya banyak pilihan, tanpa listrik, tanpa sinyal, tanpa TV, tanpa hiburan apa pun; kecuali masyarakat dan alam Mdona Hyera yang musti diakrabinya sepanjang waktu yang dimilikinya. Nanda nampak tenang setelah saya pastikan ke dia, tidak ada yang perlu saya maafkan, karena saya sangat memahami perasaan dia dan teman-teman.
Tiga hari setelah itu (14 Juli 2013), SMS nanda masuk berdesak-desakan. Inilah SMS-SMS itu:
"Assalamualaikum Wr. Wb. Ibu, sebelum saya kembali ke Sermata, saya sempatkan sms bu Luthfi mengenai penarikan. Mungkin memang tidak bisa dipungkiri kalau saya dan teman-teman sudah rindu pada keluarga dan semua yang ada di Jawa. Tapi untuk saya pribadi, setelah mengingat, menimbang dan memutuskan sayang jika tidak ada pertemuan antara peserta lama dengan peserta baru. Mengapa?
- Kalau tidak ada pertemuan dan sharing sama saja kita mulai dari Nol lagi. Alias babat alas lagi.... jadi program kita mulai dari awal, mbangun pondasi baru lagi.
- Ada banyak hal yang kita alami yang sebelumnya juga tidak pernah terpikirkan ada menghadapi beberapa problem ini. Meskipun sepele namun jg cukup menghambat, dan jika ada sharing paling tidak bisa di hindari atau diminimalisir oleh teman-teman peserta baru.
- Perlunya tukar pikiran antara peserta lama dan baru tentang hal-hal yang perlu di perhatikan di tempat tgs.
- Membekali teman-teman peserta baru ttg pengalaman kami selama d tempat tgas. Segala hal tentang lingkungan setempat, karakter masyarakat dll...
- Mungkin paling tidak kalau kita pulang ke Jawa saat sudah ada teman-teman baru yang siap meneruskan langkah kami, kami bisa lebih lilo ninggal anak-anak kami... biar gak terlalu sedih buuuu...hiks hiks. Maaf, ibu, smsnya puanjaangg sekali."
"Oke, Nanda. Sdh kuterima semua sms-mu. Aku perhatikan. Kapan kembali ke Sermata?" (Sermata adalah desa tempat Nanda bertugas, ada di Pulau Mdona Hyera).
"Enggeh bu, sayang nya saya tidak bisa menghubungi yang ada di sermata, karena mas noval dan mbak risna juga masih tertahan di sermata dari awal liburan bu, belum ada kapal....
Mungkin seperti itu ibu secara garis besarnya. Namun kalau bisa, agar sama2 'enak', mohon diperhatikan masalah jadwal pengiriman teman-teman peserta baru yang bertugas di MBD.. mungkin diusahakan bisa lebih awal atau tepat waktu, agar penarikan peserta lama juga tidak terlalu molor bu. InsyaAllah seperti itu bu untuk sementara yang ingin saya sampaikan... terimakasih ibu luthfi: )"
Saya pikir, itu adalah SMS Nanda yang terakhir sebelum dia dan kawan-kawannya bertolak kembali ke Sermata. Ternyata kapal tak kunjung berlayar, dan besoknya (15 Juli 2013), Nanda memenuhi ponsel saya dengan SMS-SMS-nya lagi.
"Assalamualaikum. Ibu ada beberapa hal lagi yang mungkin menjadi masukan saya mewakili teman-teman khususnya yang ada di Mdona Hyera mengenai penempatan teman-teman peserta baru... (sebentar ibu smsnya panjang)".
"Bercermin pada pengalaman angkatan saya, ada beberapa hal sepele tapi penting yang perlu diperhatikan. Kalau boleh saya tahu untuk daerah mdona hyera ada sekolah mana saja yang menjadi sasaran bu?"
"Sekedar masukan ibu...
- Untuk keamanan dan keselamatan, mohon diusahakan untuk setiap penempatan ada laki-laki (jika memungkinkan).
- Untuk desa Rumkisar, jika ada yang ditempatkan disana mungkin lebih dikhususkan lagi kareka karakter daerahnya yang 'lebih' dari pada lainnya. Mungkin jika memang harus ada yang ditempatkan di sana, paling tidak ada 3, harus ada laki-laki, atau lebih baik perbandingan laki-laki lebih banyak dari perempuan, misalnya 2:1".
"Tapi kapan hari saya bertemu dengan salah satu bapak pengawas, beliau bilang ke saya katanya, jikalau tahun ini rumkisar dapat guru sm3t lagi, maka kemungkinan besar akan dipindah ke desa lain. Yang jadi alasan Rumkisar 'istimewa':
- Ujung pulau
- Musim teduh atau gelombang, Rumkisar tetap akan gelombang.
- Jangkauan ke desa sebelah via darat medan susah dan masuk hutan (samun)
- Jangkauan via laut juga tidak mudah karena selalu gelombang.
- Speed satu-satunya di rumkisar rusak.
- Hal-hal magic menurut penduduk pulau yg saya sendiri kurang paham.
Bahkan warga sebelah desa pun banyak yang dr kecil sampai tua belum pernah ke rumkisar karena beberapa alasan td".
"Jadi saya sendiri salut dengan perjuangan 3 saudara saya yang bertugas disana ibu, Romlah, Yuni dan mbak Vina... mereka sering sakit...
Tapi mereka bersikeras untuk tahun ini harus ada penerus..kalau tidak sekolah tutup.
Karena selama ini saja jika ada guru yang asli dari sermata mendapat SK di rumkisar, baru 2 minggu mereka sudah pulang ke desanya dan tidak mau kembali lagi... tapi teman-teman saya ini bertahan demi kewajiban tugas dan anak-anak. Singkat cerita tentang rumkisar seperti itu ibu.... mungkin bisa jadi tambahan informasi dan semoga sedikit membantu. Berikutnya Luang...."
"Untuk luang, meskipun merupakan pulau kecil yang terpisah dari ibu kota kecamatan, namun sarana komunikasi masih lancar... masih ada telepon satelit. Dan ada kapal yang singgah di luang. Ikan banyak, tapi air tawar yang bisa dikatakan tidak ada... saya kurang info masalah luang dari pada tempat lainnya. Namun yang saya tahu relatif lebih nyaman dari desa yang sebelumnya. Karena jarang ada keluhan... tapi kalau bisa tetap ada laki-laki bu, meskipun satu.."
"Sementara itu ibu... sebenarnya saya ingin mengirim cerita lagi tentang gambaran dan karakter tempat di mdona hyera. Mungkin bisa memberi sedikit info untuk angkatan berikut. Cuma sayangnya FD saya sudah terkirim ke Jawa semua. Jadi disini sudah tidak pegang FD lagi bu.. untuk lelang, mahaleta dan elo relatif aman... meakipun ada masalah insyaAllah masih bisa diatasi... hehehe.. nggeh mpun bu... terima kasih.... wassalamualaikum".
Perasaan saya diliputi rasa bangga dan haru membaca SMS-SMS Nanda. Terbayang semuanya tentang dia dan teman-temannya. Ketegarannya, ketulusannya mengabdi, dan juga kekonyolannya. Anak manis itu telah merebut hati saya sejak surat pertama yang dikirimkannya beberapa waktu yang lalu. Surat yang dikirimnya dari Mdona Hyera, yang baru tiga bulan kemudian saya terima.
Dan hati saya semakin terpikat pada kepribadiannya setelah selama seminggu saya bersamanya, sewaktu monev April yang lalu. Betapa pandainya Nanda, dan juga teman-temannya, menikmati keadaan mereka di tempat tugas. Semua keterbatasan yang ada menjadi sarana bagi mereka untuk selalu banyak bersyukur dan bersyukur. Juga semakin membulatkan tekad mereka untuk mengabdi, memberikan yang terbaik yang bisa mereka lakukan selama menjalankan tugas.
Semoga semangat juang dan jiwa penuh pengabdian itu tak lekang oleh zaman....
Surabaya, 22 Juli 2013
Wassalam,
LN [http://www.luthfiyah.com]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H