Berbicara mengenai muslim Eropa, maka kita akan diingatkan kembali tentang ekspansi yang dilakukan oleh pasukan muslim yang pada waktu itu dipimpin oleh Thariq bin Ziyad. Dan sekarang kita hanya melihat puing-puing dan peninggalan peradaban Islam yang ada di dataran Eropa, khususnya Andalusia(Spanyol). Sejak peristiwa 11 september 2001, jumlah umat muslim di Eropa dan Amerika justru semakin meningkat dengan pesat dan sangat signifikan sekali. Tidak ada tanda-tanda penurunan umat muslim disana, yang ada malah meningkat terus seiring dengan perjalanan waktu.
Bahkan menurut para peneliti di Pew Forum on Religion and Public Life memproyeksikan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk muslim dunia adalah 1,5 persen per tahun, sementara penduduk non muslim hanya tumbuh 0,7 persen per tahun. Penelitian yang berjudul “The Future of The Global Muslim Population” ini memproyeksikan bahwa jumlah penduduk muslim pada 2030 akan mengambil 26,4 persen total populasi dunia yang diperkirakan akan mencapai sekitar 8,3 miliar jiwa. Itu menandakan mengalami peningkatan 3 persen dari penduduk muslim saat ini yang mengambil porsi 23,4 persen dari total penduduk dunia yang sekarang mencapai 6,9 mliar.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam sudah diterima kembali oleh penduduk Eropa dan Amerika setelah pemerintahan Islam di Spanyol dan Turki runtuh. Islam akan memancarkan cahayanya sendiri, meskipun orang-orang yang ingin menghancurkan Islam akan melakukan segala cara untuk selalu mencitrakan Islam dengan ekses negatif, salah satunya yaitu isu terorisme.
Walaupun baru-baru ini terjadi lagi tindakan terorisme di salah satu negara di benua Eropa, yaitu Perancis. Buntut dari aksi terorisme itu disebabkan karena majalah satir tersebut selalu mempropagandakan pesan-pesan negatif lewat karikatur orang-orang yang paling berpengaruh di dalam sebuah agama tertentu. Salah satunya Nabi Muhammad saw. Namun bagi penulis, efek tersebut tidaklah terlalu signifikan untuk menjustifikasi seluruh umat muslim Eropa bahwa mereka mendukung perbuatan tersebut. Karena orang-orang di dunia sekarang sudah terbuka matanya, mana muslim garis keras (ekstrim) dan mana muslim moderat.
Dalam agama apapun selalu ada tiga kelompok, yaitu kelompok garis keras (ekstrim), kelompok moderat, dan kelompok liberal. Muslim Eropa ini lebih cenderung ke kelompok yang moderat. Ini terbukti dengan tidak adanya konflik horizontal dan antar pemeluk agama disana. Disaat di negara-negara Arab dan Timur Tengah dan negara-negara yang berpenduduk muslim sedang tumbuh subur kelompok ekstrimis Islamnya, justru di Eropa sedang tumbuh subur orang-orang yang berbondong-bondong masuk Islam disebabkan kesadaran mereka bahwa Islam merupakan satu-satunya jalan untuk menuju keselamatan dan kebahagiaan yang hakiki.
Muslim Eropa lebih mengedepankan praktek daripada hanya sekedar teori saja yang tidak ada dampaknya. Ini terlihat dari keseharian mereka yang menerapkan prinsip-prinsipdan nilai-nilai keislaman universal seperti kejujuran, toleransi, kebersihan, amanah, sopan santun, dan lain sebagainya. Harusnya negara-negara di dunia yang mengaku sebagai negara Islam dan berpenduduk muslim lebih konsisten dalam menerapkan nilai-nilai keislaman mereka dalam tataran praktis bukan hanya tataran teoretis.
Maka lihatlah sekarang pergolakan dan kericuhan banyak terjadi di negara-negara Arab dan Timur Tengah yang notabene muslim sebagai mayoritas disana, sehingga sangat sulit untuk bangkit kembali kalau prinsip-prinsip Islam tidak merasuk dalam dada setiap muslim disana. Yang ada hanyalah permusuhan, pertikaian, dan perselisihan yang tidak ada ujungnya. Terlepas dari konflik klasik antara Sunni-Syiah, maupun konflik diktator pemerintahan yang sekarang menjadi momok utama hampir di seluruh negara-negara Arab dan Timur Tengah.
Sekarang pertanyaan mendasar adalah apakah mereka tidak malu sama negara-negara lain yang dalam hal ini sebagai negara yang mengaku negara Islam, tapi konflik terjadi dimana-mana. Sedangkan tindak lanjut dan solusi dari konflik tersebut tidak kunjung usai bahkan lambat sekali. Apakah kita harus menunggu saudara-saudara kita mati terbunuh dahulu baru kita peduli? Apakah kita harus mengemis bantuan kepada negara lain untuk mengurus konflik ini? Dimana letak kepedulian negara-negara Arab dan Timur Tengah yang lain dalam kasus ini? Ah, mereka sibuk dengan urusan dunianya masing-masing. Mereka sibuk dengan kilang minyak mereka. Mereka sibuk menghambur-hamburkan uang mereka di klub sepakbola ternama di Eropa.
Ironis sekali memang, disatu sisi mereka berkoar-koar bahwa kita ini adalah bersaudara, satu nenek moyang, tapi ketika ada saudaranya yang dibantai mereka hanya punya sedikit empati bahkan lebih bersikap apatis, mereka lebih cenderung kalau kasus yang melanda Timur Tengah adalah kasus politik semata.
Itulah sekelumit gambaran negara-negara Arab dan Timur Tengah masa kini. Sekarang mari kita melihat sejenak kondisi masyarakat muslim Indonesia yang sangat dielu-elukan oleh sejumlah ulama bahwa Islam akan bangkit dari al-ardlu al-arkhobiil (Bumi Pertiwi). Bagaimana kita disuguhi berita korupsi setiap hari hampir di seluruh media cetak maupun elektronik. Dan anehnya lagi hampir para koruptornya itu 90 persennya adalah beragama Islam. Ini kan sungguh fenomena yang sangat miris dan memilukan hati bagi setiap pemeluk agama Islam di negeri ini. Belum lagi masalah fanatisme golongan dan ormas Islam yang akhir-akhir ini membuat kita gigit jari berkali-kali.
Bagaimana ingin bangkit, jika kita sering disibukkan dengan hal-hal sepele dan tidak prioritas. Masih banyak hal prioritas yang harus kita kerjakan dengan segera dan harus bersama-sama, bukan malah berpecah belah dan bergerak sendiri-sendiri. Memang ada kalanya kita bergerak sendiri jika itu hanya untuk kepentingan internal, tapi kalau sudah menyangkut kepentingan umat dan Islam, maka kita wajib untuk bersatu dan bergerak serentak. seperti halnya ketika kita ingin menunaikan ibadah shalat fardhu, kita boleh menunaikan shalat selain shalat fardhu sendiri-sendiri, tapi kalau sudah terdengar adzan berkumandang, maka kita harus langsung menuju masjid untuk shalat berjama’ah apapun golongan dan ormas kita. Sekali lagi, kita harus menunaikan yang wajib dan prioritas dahulu, baru setelah itu yang lain.Wallahul Musta’an
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI