[caption id="attachment_314139" align="aligncenter" width="557" caption="Dati Kampus untuk Presiden Negarawan"][/caption]
SOLO – Mendekati pesta demokrasi yang akan diadakan pada bulan April mendatang, Dompet Dhuafa bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, menggelar acara bedah buku bertajuk “Belajar Merawat Indonesia Edisi Ketiga, dari Kampus untuk Presiden Negarawan”, Sabtu (22/02) pagi.
Acara yang digelar sejak pukul 07.00 WIB di aula gedung B Fakultas Pertanian (FP), UNS, dipimpin oleh seorang moderator, Putra Pamungkas. Acara bedah buku ini mengundang tokoh-tokoh handal seperti Furqon, Prie G.S., Juliatmono, Romi dan Titis yang siap membedah buku seri terbaru karya mahasiswa penerima manfaat beasiswa Aktivis Nusantara. Tidak dapat dipungkiri, acara yang merupakan lanjutan dari lomba essay “Belajar Merawat Indonesia” ini ramai dihadiri oleh mahasiswa UNS, khususnya mahasiswa aktivis yang aktif berkontribusi di organisasi-organisasi kampus.
Bedah buku yang dipimpin oleh Master of Ceremony (MC), Eri Dwi Chayono ini, diharapkan mampu untuk meluruskan persepsi mahasiswa mengenai arti kata ‘negarawan’ yang sesungguhnya. Menurut pandangan Furqon selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS, arti singkat dari kata negarawan adalah amanah, memahami dan peduli. Sementara itu, Prie G.S., seorang budayawan yang sangat akrab disapa dengan panggilan PGS mengungkapkan, bahwa seorang negarawan tidak hanya butuh keindahan dari segi artistik tubuh, tapi juga keindahan empati yang mampu membuat sebuah negara bergerak. Juliatmono selaku bupati Karanganyar juga ikut mengungkapkan gagasannya, bahwa seorang negarawan lahir dari sebuah peradaban yang maju dan peradaban yang maju itu lahir dari sebuah sekolah. Ketika kita ingin mencari sosok pemimpin bangsa yang negarawan, maka kita wajib memperbaiki pendidikan anak bangsa.
Acara yang diakhiri dengan sosialisasi beasiswa Aktivis Nusantara 2014 dan penandatanganan deklarasi Aksi Cinta Budaya Indonesia (ACBI), “Balik Pasar Tradisional” ini, ditutup oleh Romi selaku perwakilan dari Dhompet Dhuafa, “Seorang negarawan harus bekerja dengan kejujuran, karena seorang negarawan masih bisa hidup dengan makan nasi dan garam”. (Luthfi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H