Siapa yang tidak membutuhkan pekerjaan, tanpanya, kita dapat terancam jatuh miskin karena kekurangan uang. Namun bagi sebagian orang, kegiatan yang satu ini hanyalah cara untuk mencari sesuap nasi dan akan sangat bahagia ketika hari libur tiba. Tapi hal ini nampaknya tidak berlaku di Jepang, kata "hari libur" malah menjadi sesuatu yang tabu.
Pekerja-pekerja di negeri matahari terbit ini-yang disebut dengan salaryman-amat enggan mengambil hari libur. Alasannya, jika mereka mengambil cuti atau menikmati hari libur, mereka terancam di pandang rendah oleh rekan kerjanya dan bahkan bosnya. Mereka juga merasa bersalah jika hanya mereka yang mengambil cuti sementara rekan-rekan dan bosnya tetap bekerja.
Budaya "kerja keras" ini sendiri memiliki akar dari kode etik Bushido yang mulai muncul kembali pada masa economic boom di Jepang. Dimana para pekerja ini dituntut untuk menjunjung tinggi nilai-nilai seperti ketekunan, kesempurnaan, dan yang terpenting adalah kesetiaan tanpa pamrih kepada perusahaan.
Masalahnya, nilai-nilai tersebut dipahami secara ekstrim oleh perusahaan-perusahaan dan pegawai di Jepang. Akibatnya muncul fenomena seperti karoshi dan inemuri. Dimana Karoshi sendiri berarti "death from overwork", sementara Inemuri dapat diartikan sebagai "present while sleeping".
Jika seorang pekerja tertidur akibat terlalu lelah bekerja (inemuri), maka ia dapat dianggap sebagai pekerja keras dan terkadang di dukung oleh atasannya, karena dianggap pekerja sebut kelelahan setelah bekerja selama 10 jam setiap harinya.
anime Sewayaki Kitsune no Senko-san. Cerita anime ini disajikan lewat perspektif sang protagonis, Kuroto Nakano, yang merupakan seorang salaryman.
Kebiasaan toxic dunia korporat di Jepang ini merupakan refleksi dari tekanan dan ekspektasi yang tinggi di dalam masyarakat Jepang yang workaholic. Hal inilah yang kemudian digambarkan dalam dalamIa selalu dipaksa bekerja lembur oleh atasannya dan membantu "adik tingkatnya" di kantor. Beban di tempat kerja ini pada gilirannya menjadi beban mental bagi Nakano, sehingga ia selalu memiliki energi negatif dan tidak dapat menikmati hidup.
Energi negatif yang dihasilkan Nakano ini dianggap berbahaya oleh para dewi karena dapat memengaruhi orang lain. Karena itu, Sora, tetua dari dewi-dewi memutuskan untuk mengirim Senko untuk membantu Nakano menghilangkan stressnya. Saat Nakano pulang, Senko menyapa Nakano dengan, "Welcome back, you must be tired from working this late".
Selain itu, Senko menunjukkan dukungannya kepada Nakano dengan mengizinkannya untuk bermanja-manja, mengurus rumah tangga, serta menjadi pendengar yang baik. Usaha-usaha yang dilakukan Senko ini tentunya memiliki dampak positif, karena siapa yang tidak suka bermanja-manja dengan seorang kitsune yang fluff?