Rusia melancarkan invasi ke Ukraina atau sebagaimana dalam bahasa Presiden Putin, “special military operation.” Serangan ini menjadi kulminasi dari penumpukan pasukan yang dilakukan Rusia sepanjang tahun 2021 sampai awal 2022. Penumpukan ini dilakukan baik di perbatasan antara Rusia dengan Ukraina itu sendiri atau antara Belarusia dengan Ukraina.
Pada 24 Februari 2022 silam, dunia dikejutkan dengan event yang terjadi di Eropa Timur. FederasiTidak main-main, Rusia berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 190.000 pasukan yang tergabung dari, South OSK (Distrik Militer Selatan) dan West OSK (Distrik Militer Barat) serta bantuan peralatan perang dari Rusia Timur Jauh. Jumlah pasukan ini belum menghitung pasukan cadangan Rusia yang bisa mencapai angka 2.000.000 personil.
Sementara Ukraina mempertahankan invasi tersebut dengan 200.000 personil aktif dan 900.000 pasukan cadangan. Dari jumlah tank, IFV (infantry fighting vehicle), helikopter, pesawat tempur, dan kendaaran perang lainnya, Rusia memiliki superioritas numerikal.
Sehingga tidak mengherankan, jika pada awal-awal perang di mulai, banyak pihak menganggap perang ini akan selesai dengan cepat. Namun tiga bulan kemudian, kita semua tahu bahwa hal tersebut tidak terjadi.
Serangan Rusia berasal dari empat arah yaitu dari utara menuju Kiev lewat Belarus dan Kharkiv, arah timur dari Donbas dan Luhansk, dan terakhir dari selatan lewat Krimea. Namun ternyata rencana serangan kilat dari sumbu Belarus dan Kharkiv berhasil di halau oleh Ukraina.
Misalnya saja, di hari-hari pertama pertempuran, pasukan Rusia gagal menguasai salah satu sasaran strategis, yaitu Bandara Hostomel. Akibatnya Rusia terpaksa membuat pertahanan statis di sekitar Kiev tanpa proses yang berarti selama kurang lebih dua bulan semenjak perang di mulai.
Masalah lain misalnya terjadi sumbu Kharkiv, di mana rute suplai Rusia menjadi terlalu lebar. Akibatnya, kendaraan-kendaaran suplai menjadi sasaran ambush oleh pasukan Ukraina. Karena kondisi yang semakin tidak kondusif, memasuki bulan ke tiga, akhirnya pasukan Rusia mulai menarik pasukan dari front Kiev untuk fokus ke area timur dan selatan yang lebih sukses.
Kesuksesan Ukraina ini tidak terlepas dari bantuan-bantuan yang diberikan oleh negara-negara barat. Misalnya roket anti-tank NLAW atau Javelin sampai tank T-72M1 dari Cekoslovakia. Bantuan senjata ini terbukti dapat membantu pasukan Ukraina dalam perang gerilya yang digelarnya serta membantu mereka melakukan beberapa counter-offensive. Sementara Rusia sendiri perlahan-lahan mulai belajar dari kesalahan yang mereka lakukan pada awal peperangan dan meningkatkan intensitas serangn mereka.
Misalnya menurut akun Jomini The West (@JominiW), VKS (angkatan udara Rusia) dapat melakukan 250-300 sortie per hari. Rusia sendiri telah meluncurkan lebih dari 1300 misil ke Ukraina ke pada target-target strategis dan mulai menggelar kendaraan-kendaraan tempur modern seperti T-90M dan BMPT.
Terakhir, dari segi peralatan yang hancur atau yang berhasil di rebut dapat di amati pada website oryxspioenkop.com. Rusia sendiri (per artikel ini di tulis) telah kehilangan 3.709 kendaraan dari kurang lebih 10.000 kendaraan tempur yang diterjunkan pada awal pertempuran.
Sementara Ukraina telah kehilangan 1.057 kendaraan tempur dari 3.309 yang mereka miliki.