Dollar Amerika Serikat berpotensi besar kehilangan dominasinya dalam sistem keuangan global. Pasca perang dunia kedua, dunia tidak juga terhindar dari adanya sistem 'bipolar' dimana dunia di era ini juga dipengaruhi dan dikendalikan oleh dua kekuatan negara besar yaitu, Amerika Serikat dan China. Bahkan, Kepala Ekonom di Atlas Capital, Nouriel Roubini atau yang biasa dijuluki dengan Dr. Doom menyatakan bahwa akan terjadi adanya kemungkinan bahwa rezim mata uang bipolar juga dapat menghentikan rezim unipolar.
Perlawanan terhadap dominasi dolar AS juga dilakukan baru-baru ini melalui upaya pengembangan mata uang cadangan baru dengan negara-negara yang tergabung dalam BRICS yaitu, Brasil, Rusia, China, dan Afrika Selatan. Saat ini mereka berupaya untuk melepaskan diri dari kendali dolar AS yang dinilai terlalu mendominasi sistem keuangan global tersebut.
Pasalnya, Indeks dolar (DXY) yang digunakan untuk mengukur dolar AS yang telah meningkat sebesar 15% pada tahun 2022 terhadap rata-rata mata uang utama lainnya seperti, euro, pound sterling dan yen. Bank sentral AS beberapa kali menaikkan suku bunga guna mengatasi kenaikan harga. Akibatnya nilai mata uang menjadi lebih mahal. Hal itu dapat mempengaruhi perputaran mata uang dunia.
Oleh karena itu, BRICS berupaya untuk menciptakan gagasan baru bagi alat tukar pembayaran berupa mata uang digital yang dinilai sangat menjanjikan. Mata uang digital ini berpotensi memberi manfaat yang sangat besar terutama terhadap China maupun negara anggota BRICS lainnya namun tidak untuk negara-negara barat terutama Amerika Serikat.
Mata uang digital ini dijamin oleh emas dan barang berharga lainnya. Dengan begitu, mata uang BRICS ini akan memiliki potensi dan kekuatan yang diminati oleh dunia terutama di era yang berbasis digital seperti sekarang. Anggota kelompok negara-negara tersebut bekerja sama mengembangkan mata uang digital untuk sistem pembayaran baru.
Sejauh ini, China dan Brasil telah membuat kesepakatan untuk saling bertukar mata uang. Perukaran mata uang tersebut akan mengakibatkan penggunaan mata uang dolar menjadi tergeser. Kedua negara tersebut telah berupaya meminimalisir penggunaan dolar dari sistem pembayaran Brasil dan China.
Sementara itu, di tengah perkembangan mata uang digital yang diciptakan oleh China, Amerika Serikat masih berperang melawan mata uang kripto yang berpotensi mengusik keberadaan dolar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H