Mohon tunggu...
Umi Luthfiyah
Umi Luthfiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Saya menyukai bidang penulisan, khususnya dalam bidang penulisan karya fiksi. Dan sekarang saya duduk dibangku perkuliahan dibidang Ke PAUD an

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kemampuan Pemecahan Masalah (Problem Solving) pada AUD 4-5 Tahun

30 September 2024   19:00 Diperbarui: 30 September 2024   19:02 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

National Association for The Education of Young Children (NAEYC) menyatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentang usia 0-8 tahun. Di Indonesia, menurut UU Sisidiknas No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal Ayat 14, anak usia dini memiliki rentang usia 0-6 tahun yang tergambar dalam pernyataan Ayat 14, yaitu: pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sementara itu, menurut Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun, baik yang terlayani maupun yang tidak terlayani di lembaga pendidikan PAUD. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwasanya anak usia dini merupakan anak-anak yang memiliki usia di bawah 6 tahun baik yang terlayani di lembaga pendidikan anak usia dini maupun yang tidak terlayani.

Pendidikan anak usia dini memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak karena pada masa ini hampir seluruh potensi anak akan tumbuh dan berkembang. Hal ini meliputi peningkatan tumbuh kembang anak, pembentukan karakter anak, sikap, dan pengetahuan dasar. Lebih lanjut, anak usia dini memiliki enam cakupan aspek perkembangan yang perlu dikembangkan, salah satunya adalah aspek kognitif. Kemampuan kognitif pada anak usia dini terbagi menjadi tiga bagian, dan kemampuan pemecahan masalah merupakan keterampilan yang berkembang dan bertahan sepanjang hidup serta memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan penentuan masa depan anak.

Anak-anak yang mampu memecahkan masalah akan memiliki cara berpikir yang memungkinkan mereka untuk belajar dari pengalaman nyata. Karena anak-anak usia dini menghadapi banyak masalah setiap hari, pemecahan masalah adalah keterampilan kognitif yang perlu diajarkan. Menurut Maria, empat kategori keterampilan menunjukkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah: membaca pemahamanen, pengumpulan dan pemrosesan data serta komunikasi. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini juga menyatakan tingkat kemampuan untuk memecahkan masalah untuk anak usia 4-5 tahun meliputi, (1) mengenal benda berdasarkan fungsi, (2)menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik, (3) mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari, (4) mengetahui konsep banyak dan sedikit, (5) mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri, (6) mengamati benda dan gejala dengan rasa ingin tahu, (7) mengenal pola kegiatan dan menyadari pentingnya waktu, (8) memahami posisi/kedudukan dalam keluarga, ruang serta lingkungan sosial. Berlandaskan standar tersebut, maka seharusnya anak usia 4-5 tahun sudah mencapai standar tersebut.

Dari indikator di atas, guru dapat mengembangkan atau meningkatkan kemampuan problem solving anak melalui proses pembelajaran yang menarik dan efektif untuk mengembangkan kemampuan tersebut dengan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dan kegiatan yang menarik sehingga anak mau terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya media pembelajaran, maka proses belajar mengajar akan semakin dirasakan manfaatnya. Penggunaan media pembelajaran ini di harapkan akan meningkatkan perkembangan anak dan memberikan dampak positif seperti proses pembelajar yang lebih kondusif.

Selain itu, dalam proses belajar mengajar diharapkan untuk terjadinya umpan balik dan mencapai hasil yang optimal. Dalam membantu anak untuk mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah (problem solving), dibutuhkan guru sebagai fasilitator yang bisa memilih media pembelajaran yang dapat membantu tercapainya kegiatan pembelajaran yang efektif, kreatif, dan inovatif serta menarik untuk anak sehingga anak akan tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

Penelitian yang berkaitan dengan media pembelajaran pernah dilakukan oleh Suwatra dengan judul Pengaruh Media Book Busy Terhadap Kemampuan Problem Solving Anak Kelompok A Taman Kanak-Kanak dengan hasil penelitian yang cukup baik yaitu terdapat pengaruh media Book Busy terhadap kemampuan problem solving anak. Menurut Sari dan Jaya dalam penelitian berjudul Penggunaan Media Puzzle Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Anak Usia 5-6 Tahun juga menunjukkan hasil yang baik karena terdapat pengaruh media puzzel terhadap kemampuan pemecahan masalah anak dalam aspek menjumlahkan, mengelompokkan, dan membedakan bentuk.

Penelitian di atas menunjukkan bahwa meningkatkan kemampuan kognitif anak dapat menggunakan media pembelajaran yang sesuai dan efektif. Peneliti memilih untuk menggunakan media pembelajaran pencari jejak atau maze untuk mengembangkan kemampuan problem solving anak secara optimal. Kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa anak-anak masih kesulitan untuk menyelesaikan atau memecahkan masalahnya sendiri. Hal ini bisa dilihat ketika guru memberikan tugas pada anak namun anak mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugasnya sendiri.

Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan media pencari jejak (maze) sebagai media untuk mengembangkan kemampuan problem solving. Maze merupakan sebuah permainan menggunakan lajur berliku dan sempit yang memiliki rintangan atau jalan buntu. Adapun manfaat dari media maze, yaitu untuk melatih kesabaran, melatih kemapun mengelompokkan, mencari solusi dan mempelajari bentuk dan warna, melatih motorik halus, berpikir logis, serta melatih tangan anak untuk lentur.

Sumber refrensi:

Suwatra, I. W., Magta, M., & Christiani, C. L. A. (2019). Pengaruh Media Busy Book Terhadap Kemampuan Problem Solving Anak Kelompok A Taman Kanak-Kanak. Mimbar Ilmu, 24(2), 185-193. 

Syaodih, E., Setiasih, O., Romadona, N. F., & Handayani, H. (2018). Profil keterampilan pemecahan masalah anak usia dini dalam pembelajaran proyek di taman kanak-kanak. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 12(1), 29-36.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun