Mohon tunggu...
Luthfil Hand
Luthfil Hand Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Balada Panen Rambutan

20 Mei 2018   03:14 Diperbarui: 20 Mei 2018   03:26 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Petaka Panen Rambutan

Sakit perut adalah hal yang manusiawi, tapi kalau timing nya ga tepat, gue rasa akan menjadi hal yang sangat buruk. Hal ini terjadi kepada gue, saat libur panjang , gue sekeluarga

pergi ke pontianak, o iya, pada saat itu lagi lebaran, tujuan nya ya untuk silaturahim. Kita nginap dirumah nenek nya bokap, cukup besar untuk keluarga yang ukurannya besar juga^^.

Hari demi hari berjalan lancar dipontianak, ada 1 makanan yang paling gua suka pada saat lebaran, yaitu sambal goreng kentang, menurut gua itu makanan paling enak,

kalau lebaran ga ada menu itu, ga lengkap rasanya. Karena ada kata "sambal'', tentunya makanan ini pedas, dan pedas yang berlebihan akan menyebabkan sakit perut,

dan disinilah kampret moment dimulai.

Pagi pagi gua ga sengaja kebangun tentunya dengan wajah yang tampan, udah disuruh manen rambutan dikebun om.

''Don, ikut ambil rambutan sana ''

''Iye''

Dengan perasaan sedikit menyesal karena kebangun tadi, gua pun bangun dengan tubuh yang hampir seperti zombie, merangkak dan minta makan otak.

Ada 2 anggota keluarga lain yang ikut manen, Om Wandi dan Yudi.

Perjalanan menuju kebun cukup lama tetapi menyenangkan, kalau lu tau jalan mau ke Bandara Supadio, nah itu jalan kan bersih , pagi - pagi sepi lagi,

banyak bangunan dan patung besar.

Kebun rambutan om gua ini ada ditepi sawah yang luas banget.

Jalan masuk ke kebun cukup sempit dan cukup brutal, dengan melewati jalan setapak dengan taruhan diri terjatuh ke got, gua ga mau jadi slime got, gua pun berhati - hati.

Sesampainya di tempat buat kita manen, kita nyiapin kantong beras buat ngangkut ntu rambutan,

Pohon-pohonnya udah pada besar besar, buahnya pun merah - merah, karena memang tanah om gua ini memang dipilih yang kualitasnya bagus buat bercocok tanam.

Memanen rambutan berjalan lancar sejauh 20 menit, setelah itu terjadilah hal yang tidak diinginkan, gua pingin boker.

Bisa lu bayangin seandainya lu lagi berada ditengah hutan dan tiba tiba lu sakit perut, itulah yang terjadi kepada gua, hanya gua lebih parah karena bisa diliat orang kalau lagi boker.

Sumpah rasanya tuh absurd banget.

i wish that i could be like a cool kids, setengah mati gua nahan dengan tampan dan berani, akhirnya rasa ini tidak bisa ditahan lagi, gua boker ditepi sawah.

masalah boker udah selesai tapi muncul satu masalah yang lain, ga ada air, gua jadi ingat kata - kata ahli

'' Buang air besar adalah hal yang manusiawi, tetapi jika disana tidak ada air, ingatlah , ANDA MAMPUS ''. Mantap. Om om gua bukannya nolongin malah ngakak kampret.

Ada kabar baik, kata temen om gua ada air yang bisa dipake di gubuk, dan jaraknya sekitar 150 meter, kabar buruk buat perut gua.

Dengan keadaan terpaksa gua berjalan ke itu gubuk , dan lu bisa bayangin jalan dengan keadaan gua yang saat ini. Disana gua ngambil air di kendi, airnya bersih, gua pun melakukan pensucian diri.

Gua kembali lagi ke tempat manen, kampret om gue masih ngakak, tapi ternyata masih ada satu hal yang gua lupain, orang - orang dirumah.

Mereka pasti udah dikasih tau apa yang sedang terjadi sekarang ke gua, gua udah siap menerima penghinaan dan segera menghanyutkan diri ke sungai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun