Mohon tunggu...
Humaniora

Pembentukan Karakter Siswa

15 April 2018   06:48 Diperbarui: 15 April 2018   08:39 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masalah yang begitu popular di negeri ini adalah pudarnya moral generasi muda. Pudarnya moral antara lain dengan banyaknya kasus terjadi di negeri ini yang dilakukan oleh generasi muda seperti pembunuhan murid terhadap gurunya, pergaulan bebas. Ini merupakan masalah besar yang memerlukan perhatian lebih dalam menyelesaikannya. Salah satu penyelesaian masalah tersebut dengan pembentukan karakter. Sebenarnya setiap sekolah sudah menerapkan pendidikan karakter disetiap jenjang, tetapi mengapa masih banyak sekali siswa yang tidak sesuai dengan ajaran disekolah.

Seperti apa anak tersebut, sehingga tega membunuh gurunya sendiri dan berperilaku dengan kehendaknya sendiri yang tidak sesuai dengan ajaran yang belaku.Maka dari itu, perlu mengevaluasi seberapa jauh pendidikan karakter yang di terapkan disekolah di negeri ini. Terlebih dahulu perlu mengetahui pengertian pendidikan karakter. Menurut Thomas Lickona pendidikan karakter adalah suatu usaha yang memang sengaja untuk dapat membantu seseorang sehingga dia bisa memahami, memperhatikan, dan senatiasa melakukan nilai-nilai etika yang inti.

Pengertian itu sudah jelah yang dimaksud dengan pendidikan karakter, tetapi mengapa tidak jarang ditemui anak-anak berperilaku tidak sesuai dengan pengertian tersebut. Dengan begitu perlu perbaikan pembelajaran pendidikan karakter disekolah, mengapa demikian? Karena banyak sekolah hanya memperhatikan atau menekankan berkaitan dengan hasil kognitif, tetapi menghiraukan dengan praktik dalam kehidupan setiap hari atau mengaplikasikannya.

Pendidikan karakter termasuk tugas dari guru agama, sosok penentu akan materi yang disampaikan dalam kelas, maupun contoh atau pedoman di luar kelas  dalam perilaku siswa. Guru agama menjadi pedoman atau contoh yaitu seseorang sebagai salah satu acuan siswa untuk berperilaku, selain guru agama harus juga memberikan atau meyelipkan materi-materi tentang perilaku baik yang berkaitan materi pelajaran yang utama (integrasi), semua guru merupakan peranggai yang selalu diperhatikan oleh siswa dalam segala tindakannya, sehingga perlu berhati-hati dalam bertindak.

Sedikit sekali saja bertindak kurang baik dihadapan siswa maka akan selalu diingat, sebaliknya jika sikap baik masih banyak yang lupa/ kurang mendalaminya. Pendidikan karakter berkaitan dengan perilaku sopan, santun, dan sesuai ajaran agama.

Bukan hanya guru saja yang mengajarkan pendidikan karakter tetapi kelurga juga harus membantu penerapan materi pendidikan karakter, kelurga juga merupakan penentu hasil dari materi itu, jika siswa tersebut lemah dalam keyakinan akan pendidikan karakter dan kelurga kurang memberikan contoh dalam kegiatan sehari-hari maka percuma materi yang diberikan guru disekolah akan sia-sia, sebaliknya jika siswa kuat dengan karakternya bagaimanapun keadaannya dengan keluarga yang mendukung maka hasil yang diperoleh akan sesuai dengan materi serta sesuai dengan harapan orang tua itu.

Maka dari itu, keluarga perlu juga menjaga kata-kata dan tindakan dengan baik, adapun jika kelurga mengalami masalah yang menyebabkan pertikaian antara dua belah pihak, sebaiknya menjaui anak agar anak tidak melihat dan tetap merasa kelurganya dalam keadaan yang tetap tenang dan damai seakan-akan tidak terjadi suatu permasalahan.

Selain sekolah dan keluarga yang sangat berpengaruh adalah lingkungan masyarakat. Masyarakat termasuk organisasi atau kelompok orang yang memiliki peran penting dalam membentuk karakter seorang anak, setiap orang atau siswa tidak terlepas dari masyarakat. Pengaruh masyarakat sangat besar karena setiap perilaku seseorang tersebut mencerminkan berasal dari masyarakat atau daerah. Masyarakat disini berkaitan dengan kebudayaan/ adat istiadat yang mereka percayai dari nenek moyang pendiri daerah itu.

Dengan demikian semua yang berpengaruh dalam pembentukan karakter siswa bukan hanya guru agama melainkan seluruh aspek yang berkaitan dengan siswa juga termasuk guru non agama, keluarga, serta masyarakat. Semua aspek tersebut perlu bekerja sama dengan memberi contoh dengan baik untuk mencapai generasi masa depan yang sehat, karakter baik, dan sehingga menghasilkan kemajuan negara. Hanya ini dari penulis jika terdapat kata-kata yang kurang baik, mohon masukan dan kritikkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun