Tradisi pendidikan di Indonesia saat ini merujuk pada pembuktian teori-teori besar atau sekedar tambahan dan pembeda seperti adanya pengcualian untuk beberapa studi kasus, jarang sekali ada teori akademisi Indonesia yang menjungkir balikkan teori atau menawarkan alternative baru.Â
Alhasil alih-alih menjadi intelektual yang menawarkan solusi atas fenomena, mayoritas akademisi justru menjadi budak intelektual yang sekedar membuktikan atau menyajikan particular exception. Well, mungkin kita masih menunggu angin segar yang bergerak dari Barat ke Timur, padahal Muhammad Iqbal menawarkan untuk Menciptakan Imam Mahdi bukan menunggu kedatangannya.
Anda mungkin akan bertanya, lantas apa solusi? Lagi-lagi saya harus sampaikn bahwa kritik tidak pernah dimaksudkan untuk solusi, kritik dimaksudkan untuk membongar dan menguliti.Â
Adapun solusi biasanya hadir didahulu pembongkaran, namun tidak menjadi kewjiban dalam membongkar harus menyusun ulang. Terlebih penyusunan ulang teori senantiasa menghadirkan kekosongan (difference)Â yang memungkinkan ketidakutuhannya (bahkan saat ia baru diciptakan teori sudah cacat dan tidak bisa diklaim akan menghadirkan kebenaran).Â
Jadi tulisan ini hanya bermaksud membongkar untuk menhadirkan kesadaran baru bagi mereka yang memaknainya dengan cara refleksi. Andalah yang memberi makna dan bertanggung jawab atasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H