Sebelum kelas ini dimulai izinkan kan membalas rangkaian untuk sahabatku tersayang.
"Sahabat adalah kata sederhana yang acap kali merapal makna dalam jiwa. Pada sahabat kerap kita terbangkan kepingan kisah yang tersusun rapi. Sahabat adalah ia yang paling mengerti hati kita dalam lara nan pekat, meski kerap kita tancapkan luka, sang sahabat akan membalas dengan seribu pelukan."
"Terkadang dalam hidup ada robekan paling tidak sopan yang menenggelamkan kita dalam tangisan, namun seorang sahabat membawa kita tertatih berjalan dan mengambil sisa tawa untuk masa depan. Menguatkan lewat doa dan menggenggam dengan Bismillah."
"Gerimis itu masih kamu, pelan-pelan membasahi dengan sejuk yang tak ingin kusudahi"., balas Ibu Widya
"Terimakasih Bestie ku tersayang, aku mengenalmu dari deret huruf sebagai batas ucap yang mempesona. Lewat beranda virtual engkau goreskan kata, menjadi sebuah warna. Meski ada sapa yang ku abaikan, namun engkau perjuangkan  hingga sang Tunas pun muncul, bunga semerbak harum matang buah sedap nan ranum. Kau merawatnya, menyirami tanpa mengeluh, memupuk dengan sabar hingga memanen sebuah benih bernama persahabatan.", jawab Ibu Maydearly.
Itulah cuplikan awal, dalam pertemuan ke-18 dari Kelas Belajar Menulis Nasional (KBMN) Gelombang 28 ini, dimana malam ini narasumber oleh Ibu Maydearly dan ditemani oleh moderator Ibu Widya Althabisma.
Tema materi malam ini, tentang Diksi & Seni Bahasa, dimana Ibu Maydearly menjelaskan pengertian dari kata Diksi -- akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.
Dalam sejarah bahasa, Aristoteles -- filsuf dan ilmuwan Yunani inilah diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics-- salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.
yang memperkenalkan