The last Golden Ages - Present Obstacle
Komik lokal di Indonesia sudah ada sejak tahun 1950 an. Tahun 70 dan 80an itu sedang jaya- jayanya atau disebut era emas pasar dan industri komik lokal jamannya R.A Kosasih dan lain-lain kala itu. Namun seiring berjalannya waktu, kreator  atau pembaca komik lokal lambat laun melemah dan industri komik Indonesia sempat mati suri.  Hal ini berdampak terhambatnya industri perkembangan komik lokal di Indonesia dan tertinggal jauh dibandingkan industri komik  luar seperti jepang dan amerika  yang tidak pernah stop berkembang sampai berjaya sekarang. Sehingga peminat/pembaca terhadap komik lokal menjadi cukup minim.  Contohnya saja sekarang, Peminat komik jepang (manga) lebih banyak berdasarkan buku komik yang dipinjam. Â
Sebab lainnya yaitu tak lain, tingkat literasi masyarakat indonesia yang cukup kurang, Masyarakat zaman sekarang masih susah untuk melakukan kegiatan membaca, terutama anak-anak. Perbedaan zaman menjadi pemicunya, jika orang-orang zaman dahulu masih sedikit  disuguhi media hiburan seperti, belum mengenal internet, game, bahkan  tampilan TV pun masih hitam putih. Sehingga orang-orang dahulu cukup memiliki daya literasi yang besar salah satunya membaca komik fisik sebagai salah satu media hiburannya. Namun, hal itu bertolak belakang dengan masa kini, orang-orang mulai meninggalkan media komik sebagai media entertaining karena telah tergeser dengan adanya media internet. Saat ini sangat jarang dijumpai pelajar menyewa komik, kebanyakan usia penyewa komik sekarang adalah mahasiswa dan orang dewasa yang ingin bernostalgia.
A way to stay Exist
Saat ini masih banyak tempat penyewaan komik di Indonesia yang masih menyimpan komik-komik lokal dahulu yang diproduksi pada tahun 70,80,90 an khususnya komik bertema wayang. Komik baru tidak begitu laris, malahan komik klasik yang laris karena nostalgia. Banyak komik  jadul yang dicetak ulang kembali dengan tampilan sampul yang lebih menarik dan kekinian namun dengan isi yang tidak berwarna . Rata-rata  yang peminat komik ini adalah orang tua yang memang ingin bernostalgia dan kolektor komik yang mengikuti series komiknya khusunya yang tinggal di jawa dan sunda, di luar jawa sangat minim karena kurang begitu mengerti tentang cerita pewayangan.Â
Di era serba digital ini, pasar dan industri komik lokal cukup bisa berkembang terutama komik digital karena terbantu dengan adanya platform webtoon, re:ON, dan sosial media yang dapat memberikan impact yang cukup besar terhadap pertumbuhan komikus lokal digital. Hal ini membuktikan bahwa komik digital memberikan dampak positif yang signifikan dalam hal mobilitas yaitu mempermudah akses untuk membaca komik. Faktanya juga, menurut statistik kemunculnya komik digital tidak mempengaruhi penjualan komik cetak pun. Disisi komik fisik ada Bumi langit yang turut menghiasi industri nasional dengan menghadirkan komik bertema superhero dan sudah memiliki universenya sendiri yang disebut "bumilangit universe". Industri dan pasar komik di Indonesia nampaknya akan tetap berjalan dan berkembang pesat apalagi jika turut didukung dengan seksama oleh pemerintah, masyarakat, dan komikus itu sendiri. Agar penggemar komik tetap bertahan dan memikat penggemar komik yang baru. Komikus lokal harus bisa menghasilkan karya yang bagus dan bisa konsisten mempertahankan kualitas itu sehingga pasar dan industri komik lokal di Indonesia akan tetap eksis dan tetap menyala dengan seiring zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H