Keputusan untuk mengambil jurusan memang tidak mudah. Biasanya banyak orang yang turut serta dalam membantu memilihkan jurusan untuk siswa/i yang bersangkutan, terlebih lagi orang tua yang memang menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Dan pengambilan keputusan mau jurusan apa nantinya, hal ini tak jarang menjadi perdebatan panjang antara sang anak dengan orang tua, dan bahkan terkadang sampai adu pendapat dengan guru BP sekolahnya atau pengajar di tempat les yang sering menjadi tempat curhatan si anak. Tak pelak, para camaba ini makin pusing dibuatnya.
Untuk anak yang notabene ikhlas, ridho, dan pasrah mau dipilihkan jurusan apa saja oleh orang-orang di sekitarnya, pengambilan keputusan jurusan ini bukan menjadi masalah besar karena pada dasarnya mereka berpendapat “yaudah, terserah”. Namun, untuk anak yang sangat mengetahui passion-nya dengan baik, benar-benar tahu apa yang dia inginkan, serta mau kemana dan jadi apa dia nanti, orang-orang yang ikut campur bahkan sampai memaksa tentu sangat mengganggunya. Anak dengan tipe seperti ini tentu ingin lebih dipercayai karena mereka sebetulnya sudah dewasa dan berhak menentukan pilihannya sendiri. Anak dengan tipe seperti ini hanya membutuhkan satu hal, yakni support penuh dari orang-orang di sekitarnya, terutama orang tua.
Dalam postingan kali ini, dari sekian banyak program studi yang ditawarkan untuk berbagai perguruan tinggi di Indonesia, saya akan fokus membahas jurusan sastra. Mengapa sastra? Karena jurusan sastra adalah yang biasanya tidak terlalu diminati. Tak jarang jurusan sastra juga diremehkan dan hanya dianggap pelarian (oleh beberapa orang). Banyak pendapat mengenai mengambil jurusan sastra di kuliah. Yang dulu sering saya dengar: Ngapain sih ngambil sastra? Mau jadi apa nantinya? Ngapain ngambil kuliah sastra 4 tahun mahal-mahal, kan bisa belajar dari tempat les? Itu kuliah lama-lama cuma belajar bahasa doang? Dan sebagainya, dan sebagainya...
Cobaan anak sastra tidak hanya sampai disini. Ada yang lebih menarik lagi dibandingkan hanya membahas jurusan sastra, yakni mengambil jurusan sastra selain Sastra Inggris. Hmm. Disini saya sama sekali tidak meremehkan jurusan Sastra Inggris. Tidak sama sekali. Saya mempunyai banyak sekali teman sastra Inggris, dan bahkan tidak ada satu pun dari mereka pernah memandang rendah jurusan sastra lain. Kita saling support satu sama lain sesama satu fakultas. Balik ke awal tadi, karena ini semua masalah passion dan keinginan masing-masing. Dan saya sangat geram dengan orang-orang yang jelas-jelas merendahkan sastra lain selain Inggris. Pertanyaan yang biasanya paling menohok; emang ada sastra X di univ. Y? Kenapa ga sastra Inggris yang lebih umum aja? Mau kerja apa keluar dari sana? Saya pun hanya membatin, ya ampun segitunya ya...
Bulatkan tekad dari awal
Memilih jurusan di kuliah memang tidak main-main. Jangan asal random atau cap cip cup dalam menentukan. Jangan pula main aman karena mungkin passing grade sastra X di univ Y rendah. Pilihlah dengan bijak dan matang. Sebagai seorang yang beranjak dewasa, pilihan kita merupakan tanggung jawab kita sendiri kepada orang tua yang membiayai kuliah kita nantinya.
Kalau tidak tahu bagaimana sistem pembelajaran di jurusan sastra yang benar-benar asing tersebut (karena bukan sastra Inggris yang jelas kita tahu bahasanya), cari mata kuliahnya di internet sebelum menentukan jurusan apa yang mau dipilih. Setidaknya kita tahu akan belajar apa saja selama 4 tahun ke depan. Jangan buta-buta amat. Teknologi sudah sangat canggih dan manfaatkanlah sebaik-baiknya. Just Google it!
Jika niat dan pilihan kita sudah bulat, siapapun tidak akan bisa meremehkan kita. Biarkan cemoohan mereka berlalu, ga perlu dengerin mereka yang coba menjatuhkan, dan jika memang ada masukan, ambil saja yang positifnya.
Jangan takut belajar
Setelah tahu gambaran mata kuliah apa saja yang akan dihadapi nantinya, biasanya akan terlintas di benak kita, “Susah gak ya bahasanya? Gimana kalau nanti gak bisa ngerti dosen ngomong apa? Gimana kalau gak bisa ikutin pelajarannya?”. Tidak usah khawatir, karena jawaban semua itu adalah: tenang saja.
Kuliah sastra asing itu belajar dari nol. Benar-benar belajar dari perkenalan diri, membaca huruf dan angka, bahkan juga belajar tata letak benda sampai cara buka-tutup pintu. Perkuliahan diawal memang seperti dulu kita belajar bahasa Inggris sewaktu SD. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, perkuliahan akan semakin kompleks dengan permasalahan grammar yang akan siap diuji untuk kuis yang datang tiga minggu sekali.