Mohon tunggu...
Luthfia Rizki
Luthfia Rizki Mohon Tunggu... Editor - Editor

Lifetime Learner | Humanities | Writing with purpose

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Ditinggal Mantan Menikah, Benarkah Kita Rela?

21 Agustus 2016   16:58 Diperbarui: 22 Agustus 2016   07:53 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://papasemar.com

“Serius dia mau nikah?” Spontan kalimat itu yang akan terlontar jika kamu mendengar sang mantan mau menikah, bukan? Memang, mendengar sang mantan kekasih ingin mengikat janji sucinya dengan orang lain rasanya sedikit menyesakkan hati. Ya, kata “sedikit” perlu ditekankan disini. Menyakitkannya memang hanya se-sedikit itu karena perasaan kita hanya lebih kepada “kaget”, bukan sedih karena belum bisa move on. Kemudian terlintas di pikiran kita, kok bisa secepat itu dia yakin dengan orang lain, sedangkan dengan kita dulu bertahun-tahun lamanya belum diberi kepastian?

Yakinkan diri, kita bukan siapa-siapanya lagi

Setelah hubungan asmara kita dan si dia sudah berakhir, kita memang sudah bukan siapa-siapanya lagi. Kita tidak berhak untuk mencampuri urusannya kembali. Biarkan dia memilih dan menentukan pasangan hidupnya sendiri, dengan siapa dia ingin melabuhkan cintanya secara abadi. Kita sudah tidak berperan apapun untuk kehidupannya. Biarlah kenangan-kenangan yang dulu (rasanya) sulit terhapus, menjadi penguat dan pelajaran untuk perjalanan cinta kita yang berikutnya.

Semua butuh proses, biarlah waktu yang menjawab

Pertama kali mendapat kabar mengenai sang mantan yang akan menikah, walaupun kita sudah totally move on, pasti akan ada perasaan “tergelitik” sebagai respon atas diri kita. Sejenak perasaan kita dihinggapi rasa kaget, sedih, senang, semua campur aduk. Tiba-tiba memori dalam ingatan mendadak seperti sebuah film yang di-rewind, terus-menerus flashback memutar kembali rasa kita yang dulu pernah ada terhadapnya. Memutar kembali perasaan nyaman yang dulu pernah hinggap dan berkembang, serta kenangan seperti apa yang tak terlupakan.

Namun, biarkan saja semua berputar dan teringat kembali. Tidak usah dipaksakan agar bisa terlupakan, karena semakin dipaksa, tentu diri kita akan semakin menolak. Biarlah semua berjalan termakan oleh waktu. Ikhlaskan dia yang ternyata sudah menemukan yang lebih baik dari kita. Jadikan hal itu sebagai evaluasi untuk diri sendiri, hal-hal menyebalkan atau masalah seperti apa yang dulu bisa menyebabkan kandasnya hubungan cinta kita dengannya. Tak usah menyesali apa yang sudah terjadi. Because everything happens for a reason, right?

Padahal sudah move on, kenapa masih sedih?

Perasaan seperti ini sangat wajar. Hal ini membuktikan bahwa kita memang hanya manusia biasa, hanya wanita biasa. Sekuat apapun wanita, bisa akan rapuh juga. Selama masih mempunyai akal dan perasaan, rasa sedih yang timbul “sedikit” itu pasti bisa teratasi kembali seiring dengan berkembangnya waktu karena semua butuh proses. Jika dulu kita sudah bisa move on dan benar-benar sudah tidak peduli lagi dengan kabarnya, masa karena dia akan menikah saja mendadak tidak bisa move on (lagi)?

Siapkan mental jika diundang (ataupun tidak)

Hal ini cukup membuat grumpy jika mengetahui fakta mengenai diundang atau tidak kita ke pernikahannya. Jika diundang, siapkanlah mental sebaik-baiknya ketika melihat dia bersanding dengan orang lain di pelaminan. Jika diundang tapi tidak ingin datang, ya seharusnya sang mantan mengerti sendiri perasaan kita sih, mengapa kita tidak ingin datang. Tinggal kita yang memutuskan, mau datang atau tidak kita ke pernikahannya dan pikirkan baik-baik segala resiko dan konsekuensinya.

Tetapi kemungkinan terburuk, jika tidak diundang, (kita juga harus mengerti) mungkin dia tidak ingin menyakiti kita sama sekali. Jadi, tidak usah juga menuntut apalagi sampai meneror agar dia memberikan undangannya untuk kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun