Salah satu headline kompas.com kemarin adalah pengumuman SNMPTN. Dan setelah itu, timeline media sosial saya seperti Path dan Instagram Story dipenuhi oleh screenshot teman-teman saya yang adik atau saudaranya diterima SNMPTN. Melihat ini tentu saya ikut bahagia, dan menjadi flashback teringat zaman saya dulu.
Jalur SNMPTN merupakan jalur masuk PTN yang dinilai berdasarkan nilai rapor siswa. Detail lengkapnya ada di laman web SNMPTN ini. Selain itu, SNMPTN merupakan jalur masuk dambaan siswa SMA, namun tak jarang banyak siswa menilai lolos/tidaknya SNMPTN merupakan "hoki-hokian".
Di balik berbagai polemik dan misteri penilaian pada jalur SNMPTN, terdapat sepercik harapan bagi para siswa SMA untuk masuk ke PTN impiannya. Dengan berbagai taktik dan strategi, mereka sudah mempertimbangkan dengan segala cara agar bisa lolos SNMPTN. Karena jalur SNMPTN cenderung "mudah", hanya melalui nilai rapor dan tanpa capek-capek belajar lagi untuk jalur SBMPTN dan jalur tulis lainnya.
Kebijakan SNMPTN tiap tahun berubah-ubah. Saya dulu bukan merupakan siswa peraih kesempatan untuk mendaftar SNMPTN, tetapi saya memiliki adik dan teman-teman yang banyak mendaftar SNMPTN namun tidak lolos. Di sini saya hanya ingin berbagi berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya.
Tak usah banyak berharap
Ini yang terkadang membuat siswa SMA lengah dan "jumawa". Mereka suka lupa bahwa jalur SNMPTN ini hanya merupakan langkah awal dari puluhan jalur untuk masuk PTN.
Setelah mendaftar SNMPTN dengan segala pertimbangannya, banyak siswa yang mengira bahwa nilai mereka akan aman-aman saja. Padahal nyatanya tidak, bahwa segala strategi yang mereka lakukan agar bisa lolos, misalnya mengambil jurusan yang sedikit peminatnya di PTN favorit ataupun sebaliknya, bisa saja meleset.
Sejatinya menurut saya, penilaian SNMPTN itu seperti misteri antara panitia dan Yang Maha Kuasa. Kenyataannya, saya memiliki banyak teman yang di SMA prestasinya biasa-biasa saja tapi lolos jurusan favorit di PTN ternama. Ya, itu memang rezeki dia. Dan kita tidak usah terlalu berkecil hati mengenai itu.Â
Mengambil pahit-pahitnya, tak usah terlalu banyak berharap akan hasil SNMPTN karena itu cuma langkah setitik dari seribu langkah yang bisa diambil. Jika kamu sudah menyerah di sini, kamu tidak akan bisa survive untuk kehidupan selanjutnya, yang notabene lingkungan perkuliahan dan pekerjaan jauh lebih keras daripada ujian masuk PTN ini.
Jangan takut ikut ujian tulis
Banyak orang yang malas belajar lagi untuk ujian tulis, baik itu SBMPTN atau ujian lainnya karena mereka sudah terlena menunggu hasil SNMPTN. Kemudian setelah tahu bahwa mereka tidak lolos SNMPTN, mereka langsung panik, takut, dan pesimis duluan dengan alasan "belum intensif belajar" untuk ikut SBMPTN.
Sebagai pejuang ujian tulis, yang saya rasakan adalah benar-benar struggling di sini. Tangis, galau, serta rasa pilu setelah ke luar ruangan selesai mengerjakan soal telah saya alami. Mendaftar ke PTN ini-itu dan berpindah ke banyak tempat untuk mengikuti ujian telah saya lalui.
Lebih pahit lagi, ketika itu saya juga tidak diterima SNMPTN Tulis (sekarang bernama SBMPTN). Nangis? Tentu saja. Rasa penyesalan? Pasti ada. Pesimis? Banget. Tapi jika mengingat orang tua yang sudah membiayai formulir pendaftaran, dengan segala kemampuan saya ikuti saja berbagai ujian masuk PTN lainnya selain SBMPTN.
Karena ujian tulis adalah ujian sesungguhnya
Di sini saya tidak bermaksud merendahkan orang yang lolos melalui jalur rapor. Karena, balik lagi, setiap orang memiliki rezekinya masing-masing.
Mengambil sudut pandang lain, mengikuti ujian tulis berarti mengukur kemampuan diri kita sendiri terhadap jurusan yang kita ambil. Worth it atau tidak jika nantinya kita menjadi bagian dari mahasiswa jurusan tersebut. Karena survive di dunia perkuliahan jauh lebih berat ketimbang ujian masuknya.
Sisi baiknya, berjuang untuk mengikuti ujian tulis berarti kita tahan banting melalui berbagai "cobaan". Kita sudah mau capek-capek dan diuji ketangguhan kita dalam belajar intensif menuju hari-H ujian. Seberapa kuat motivasi kita untuk kuliah agar lolos ujian masuk PTN tersebut (karena tujuan kuliah setiap orang berbeda-beda). Perjuangan dalam belajar dan "kepantang-menyerahan" inilah yang bisa menjadi bekal kita untuk survive di dunia perkuliahan nanti.
Saya memiliki teman yang sembilan kali ditolak masuk berbagai PTN, sampai pada akhirnya ia mengulang tahun berikutnya untuk mengikuti SBMPTN kembali. Ketika ini, mental dan pengendalian emosinya pasti sudah terlatih dengan cukup baik untuk menghadapi fase kehidupan selanjutnya.
Jangan rendah diri, hidup harus terus berjalan
Jika kamu langsung merasa rendah diri setelah tidak lolos SNMPTN, ini merupakan kesalahan besar. Ketidaklolosanmu ini mungkin memiliki makna positif lain di masa depan.Â
Bulatkan tekadmu untuk kuliah. Hilangkan sisi egomu untuk mengambil jurusan favorit hanya karena gengsi. Dan jangan takut untuk mengambil jurusan "anti-mainstream" hanya karena takut diremehkan orang (padahal jurusan tersebut adalah bidang kesukaanmu). Dengan sudah mengikuti bimbel dan puluhan try out untuk SBMPTN, kamu pasti sudah bisa mengukur kemampuanmu untuk masuk jurusan yang kamu tuju.
Jangan melakukan "kejumawaan" yang sama lagi seperti SNMPTN kemarin. Walaupun pilihan jurusan memang harus realistis, tapi jangan sampai merendahkan diri sendiri. Kamu tetap harus bisa mengukur minatmu, jangan memilih jurusan yang sesuai dengan nilai tetapi kamu nanti tidak mampu mengikutinya, serta menyesal di kemudian hari karena masalah "salah jurusan".
Lagipula, masalah "salah jurusan" ini sesungguhnya tidak selalu "salah" untuk sebagian orang. Kadang kita diberi hal yang menurut kita "salah" namun sesungguhnya itu yang terbaik untuk kita. Saya sudah mengalaminya dan kamu akan merasakannya sendiri nanti :)
Semua orang tahu bahwa masuk PTN tidaklah mudah. Dibutuhkan niat dan tekad kuat serta sikap yang pantang menyerah. Selain berusaha, tentu tidak lupa untuk berdoa dan berserah diri pada-Nya atas segala upaya yang telah kita lakukan. Karena segala keambisiusan berlebihan manusia dapat mengarah ke keegoisan, sehingga bisa lupa bahwa keputusan ada di tangan-Nya.
Jalan terakhir, jika tidak lolos di PTN manapun, tetap jangan menyerah karena kuliah di manapun sesungguhnya sama saja. Mengapa saya mementingkan jalur masuk PTN pada artikel ini karena saya terkendala biaya ketika itu. Namun, jika tidak ada kendala finansial atau masalah apapun, keputusan akhir ada di tanganmu.
(FIA)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H