Mohon tunggu...
Luthfia Rizki
Luthfia Rizki Mohon Tunggu... Editor - Editor

Lifetime Learner | Humanities | Writing with purpose

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Bus Transjakarta, Kamu Kurang Kasih Sayang?

5 Oktober 2016   16:15 Diperbarui: 5 Oktober 2016   23:34 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Problematika moda transportasi umum di Jakarta memang tak kunjung selesai. Masalah kemacetan dengan transportasi umum selalu saling bersinggungan dan tak terpisahkan antara satu dengan yang lain. Transportasi massal favorit warga jabodetabek saat ini selain Commuter Line adalah Transjakarta (TJ). Seperti kehidupan, ada saja masalah yang timbul pada transportasi umum Jakarta ini.

Jika penumpang Commuter Line selalu mengeluhkan lamanya kereta terhenti karena antre masuk stasiun, maka penumpang rutin Transjakarta seperti saya menyayangkan kondisi bus yang beroperasi akhir-akhir ini. Padahal kondisi bus tersebut dari luar terlihat sangat baik, secara fisik terlihat mulus. Tapi siapa yang tahu dalamnya seperti apa, kan?

Kemacetan yang terlihat dari dalam bus Transjakarta. Dok.pribadi
Kemacetan yang terlihat dari dalam bus Transjakarta. Dok.pribadi
Peristiwa 1

Baru saja tadi pagi, untuk yang kesekian kalinya saya mendapatkan masalah saat menaiki Transjakarta. Saya naik bus dari halte Garuda TMII arah Bundaran Senayan (rute alternatif dari koridor 9). Baru jalan sedikit melewati lampu merah depan Tamini Square arah Kramat Jati, bus berhenti sebentar. Kemudian sang pramudi terdengar berbicara dengan petugas pintu Transjakarta.

Samar-samar terdengar sang petugas mengusulkan pada pramudi agar mengevakuasi penumpang di halte Cawang UKI. Langsung saya dan penumpang lain berdecak sebal, karena kami yakin pasti ada masalah –entah apa- yang terjadi di bus tersebut. Sepenglihatan saya, mesin bus TJ-nya masih nyala, tetapi kadang sempat tersendat dan –saya tidak tahu mengapa- bus sulit untuk berjalan lagi.

Selama sepanjang jalan tol dari TMII menuju Cawang UKI, sudah banyak penumpang lain yang mengeluh sebal. Saya pun turut geram. Bagaimana tidak? Tadi pagi bus yang bermasalah itu terjadi benar-benar di jam sibuk, yakni sekitar pukul 06.15. Penumpang sudah penuh mendesaki bus dari dua halte pertama koridor 9 (Pinang Ranti dan Garuda TMII). Halte Garuda TMII tempat saya naik bus adalah halte kedua setelah halte Pinang Ranti yang merupakan tempat tujuan awal/akhir  koridor 9.

Kabar buruk pagi tadi tidak berhenti sampai disitu saja. Di tengah jalan tol menuju Cawang UKI, bus mendadak berhenti kembali dengan mesin yang masih menyala. Kami sebagai penumpang masih tidak diberitahu secara gamblang oleh petugas mengapa kami mesti dipindahkan, hanya diberitahu secara samar bahwa bus sedang ada gangguan yang kami juga tidak tahu gangguan apa.

Kemudian, sebagian dari kami dievakuasi ke bus TJ lain -yang sudah penuh sesak menjadi semakin sesak- yang kebetulan lewat dari arah yang sama, yaitu Pinang Ranti. Ya, kami dievakuasi di tengah jalan tol. Bayangkan saja betapa riuh dan sesaknya keadaan dalam bus, yang saya rasa mustahil jika semua penumpang dievakuasi ke bus  lain. Semua orang rebutan dan ingin cepat sampai. Saya sudah membayangkan bagaimana penuh sesaknya halte Cawang UKI sebagai halte transit, ditambah pula kami penumpang (yang menyusahkan) hasil evakuasi.

Mengenai kondisi bus gandeng ini, terlihat masih sangat bagus dan layak jalan. Bus tersebut juga terlihat masih baru dan saya kira semuanya masih berfungsi dengan baik. Tapi ternyata semua itu hanya terlihat dari luarnya saja.

Yang saya heran sekali, jika transjakarta itu bermasalah, mengapa tidak terdeteksi dari awal saat masih di halte Pinang Ranti? Mengapa baru ngeh busnya rusak di halte kedua? Apakah setiap bus tidak diperiksa sebelum beroperasional setiap harinya? Sebetulnya bagaimana prosedur struktural bus TJ sebelum pergi beroperasi dari halte? Apakah tidak ada peraturan khusus apabila bus gangguan, maka akan dikirim armada tambahan?

Peristiwa 2

Di bulan Agustus kemarin saya mendapatkan masalah serupa. Transjakarta yang saya tumpangi mogok di tengah jalan. Namun, menurut saya, malam itu yang paling ruwet karena kondisi lalu lintas hari Senin yang sedang macet parah akibat rush hour (jam sibuk), antrean masuk gerbang tol sepanjang Jl. Gatot Subroto yang tak terkendali, dan penumpang yang sangat menyesaki bus.

Bus dari arah Grogol menuju PGC yang saya naiki mendadak berhenti ketika akan memasuki halte Tegal Parang. Untungnya, bus saya tidak mogok di jalur separator busway yang ditinggikan. Jika iya, entah kapan saya dan penumpang lain bisa keluar dari dalam bus.

Mengenai kondisi bus secara keseluruhan, bus yang saya naiki adalah bus tipe gandeng berwarna merah-orange dan masih terlihat sangat baik dari luar. AC masih dingin, dinding tidak ada yang keropos, sistem buka-tutup pintu lancar, dan tidak ada bunyi-bunyi aneh mesin yang mengganggu. Intinya secara kasat mata, bus masih sangat layak digunakan.

Saat itu kecepatan bus yang saya naiki tiba-tiba melambat dan berhenti. Mesin dan AC mulai mati serta lampu yang menyala di dalam bus kedap-kedip. Seperti biasa (ya, saya memang biasa menaiki bus TJ yang gangguan), kami semua dievakuasi dari dalam bus dengan cara menunggu transjakarta lain yang melewati bus kami. Transjakarta lain yang lewat di samping kami berhenti tepat di depan pintu bus dan kami memasuki bus “tetangga” tersebut seperti biasa.

Penumpang yang akan dievakuasi ke TJ lain (dipindahkan antar bus TJ). Dok.pribadi
Penumpang yang akan dievakuasi ke TJ lain (dipindahkan antar bus TJ). Dok.pribadi
Namun, yang saya perhatikan, ketika transjakarta ini mulai berhenti dan mesin tidak kunjung nyala kembali, lagi-lagi tidak ada petugas transjakarta (baik pramudi atau petugas bus) yang memberitahu penumpang mengapa bus tiba-tiba berhenti. Kami semua hanya bisa menebak-nebak bus ini mogok karena mendengar sang pramudi yang kesulitan menyalakan starter.

Sekilas mereka mengatakan antara satu dengan yang lain bahwa ada gangguan pada aki bus jadi startersusah dinyalakan. Namun, mereka sama sekali tidak mengabari dan mengumumkan padakami secara langsung mengenai keadaan bus. Kami sebagai penumpang hanya bisa saling pandang dan pasrah menanti kabar baik.

Peristiwa 3

Beda halnya dengan kasus yang ini. Pada bulan Juli kemarin saya juga pernah mengalami kejadian serupa. Bus dari arah Pinang Ranti menuju Grogol yang saya naiki mendadak berhenti persis depan Komdak, dekat pintu keluar tol Semanggi. Kala itu waktu menunjukkan pukul 10.30 dan untungnya keadaan lalu lintas sudah tidak macet.

Tapi sialnya, bus saya mogok literally di tengah jalan dan masih sangat jauh dari halte busway Semanggi. Pada saat itu, petugas bus sigap menanyakan pada pramudi mengenai apa yang sedang terjadi dan langsung memberitahu pada seluruh penumpang bahwa bus sulit dinyalakan kembali.

Sang pramudi beserta petugas bus pun meminta maaf pada para penumpang sampai berkali-kali. Sang pramudi juga kerja keras memeriksa mesin di bagian luar bus dan mencoba semaksimal mungkin untuk menyalakannya kembali. Hal itu dia lakukan bolak-balik keluar masuk bus sampai bajunya bermandikan keringat.

Saya disini secara pribadi juga tidak menuntut permohonan maaf yang berkali-kali harus dilontarkan oleh petugas bus seperti kejadian yang barusan saya ceritakan. Saya hanya mempertanyakan mengapa kondisi transjakarta yang sebetulnya “kelihatan” masih layak jalan itu bisa sebegitu tak terawat mesinnya.

Karena tidak hanya satu-dua transjakarta yang mogok seperti yang barusan saya tuliskan, tetapi masih banyak juga bus lain yang saya jumpai mogok di jalan. Tak jarang bus-bus tersebut merupakan bus baru, seperti bus transjabodetabek yang baru launching beberapa bulan lalu. Bisa dibayangkan, mengapa bus-bus yang terbilang baru seperti itu bisa cepat rusak mesinnya dalam waktu singkat? Apa disebabkan oleh bus yang tak tahan macet berjam-jam? Atau karena kelebihan penumpang? Belum pernah ada penjelasan yang jelas dari pihak Transjakarta mengenai hal ini.

Saya tidak mengetahui apa yang terjadi di dalam pengelolaan transjakarta. Saya hanya sangat menyayangkan jika revitalisasi bus yang seharusnya dapat meningkatkan kepuasan dan kenyamanan penumpang, malah rusak dengan hal-hal fatal seperti mogok yang tentu merugikan semua penumpang. Tak ketinggalan juga dengan masalah penumpukan penumpang yang kerap terjadi karena jarangnya armada bus yang tersedia.

Nyatanya yang sering terjadi adalah kondisi halte yang sangat penuh sesak pada jam sibuk. Ditambah juga kelakuan beberapa penumpang yang tidak memiliki etika sebagai penumpang, yang maunya menang sendiri dan tidak sabar sampai saling dorong-dorong berebut masuk ketika bus transjakarta datang. Sampai-sampai penumpang yang ingin keluar, tidak bisa keluar.

Tidak jarang beragam umpatan, teriakan, dan bentakan terlontar dari para penumpang itu. Sudah tertekan dengan perlakuan oleh penumpang lain, ditambah keadaan bus transjakarta yang tidak menentu. Jakarta memang keras!

Sederhananya, seharusnya jangan menyia-nyiakan bus yang sudah ada. Sudah dibeli mahal-mahal, sayang sekali bukan jika tidak disayang-sayang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun