Mohon tunggu...
Luthfi Azizaa
Luthfi Azizaa Mohon Tunggu... Guru - GURU

Dalam situs Study, dituliskan bahwa identitas diri bisa berubah seiring perubahan dan pengaruh kehidupan individu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Pendidikan Lingkungan di Indonesia: Antara Retorika dan Realita

19 Januari 2025   19:27 Diperbarui: 19 Januari 2025   19:53 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan lingkungan memiliki peran vital dalam membentuk generasi sadar lingkungan. Namun, di Indonesia, isu ini kerap terabaikan di tengah gempuran modernisasi. Salah satu kasus mencolok terjadi di tahun 2024 ketika beberapa sekolah di daerah perkotaan besar menghapus program edukasi lingkungan dari kurikulum merdeka dengan alasan kurangnya alokasi dana dan minimnya sumber daya manusia yang kompeten.

Langkah ini memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk aktivis lingkungan dan masyarakat umum. Mereka berpendapat bahwa penghapusan ini justru bertentangan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang telah dicanangkan pemerintah. Bagaimana mungkin Indonesia mencapai tujuan pengurangan emisi karbon jika generasi mudanya tidak dibekali pendidikan tentang pelestarian lingkungan?

Dalam perspektif saya, masalah ini tidak hanya terkait dana, tetapi juga komitmen pemerintah dan institusi pendidikan. Banyak kebijakan pendidikan yang masih cenderung pragmatis dan berorientasi jangka pendek, sehingga aspek lingkungan dianggap kurang prioritas. Selain itu, kurangnya kolaborasi antara sektor pendidikan, swasta, dan komunitas lingkungan menjadi salah satu akar masalah.

Solusi yang perlu diambil mencakup integrasi kurikulum pendidikan lingkungan ke dalam mata pelajaran wajib, pelatihan khusus bagi guru untuk menyampaikan materi lingkungan secara efektif, serta kerjasama dengan LSM lingkungan untuk menyediakan sumber daya dan pengalaman belajar praktis. Selain itu, partisipasi aktif masyarakat dalam mendukung pendidikan lingkungan, misalnya melalui program sekolah hijau, harus lebih digalakkan.

Tidak kalah penting adalah dukungan teknologi dalam proses pembelajaran. Misalnya, aplikasi edukasi berbasis lingkungan dapat dikembangkan untuk memberikan pengalaman belajar interaktif bagi siswa. Pemerintah juga dapat memanfaatkan platform digital untuk menyelenggarakan kampanye atau seminar daring tentang pentingnya pelestarian lingkungan.

Selain itu, penting untuk memperkuat peran keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan sejak dini. Orang tua dapat mengajarkan anak-anak mereka kebiasaan sederhana seperti mengurangi penggunaan plastik, memanfaatkan barang bekas, dan menanam pohon di sekitar rumah. Langkah-langkah kecil ini dapat menjadi fondasi yang kuat untuk menciptakan generasi yang peduli lingkungan.

Dalam konteks global, Indonesia juga perlu meniru kebijakan negara lain yang berhasil dalam pendidikan lingkungan, seperti Finlandia yang mengintegrasikan pendidikan lingkungan dalam setiap aspek kurikulumnya. Dengan belajar dari praktik terbaik negara lain, Indonesia dapat menciptakan pendekatan inovatif yang sesuai dengan kebutuhan lokal dan tantangan nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun